NovelToon NovelToon
BISMILLAH CINTA

BISMILLAH CINTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:58.2k
Nilai: 5
Nama Author: poppy susan

Berkali-kali dikhianati membuat Marwah mengalami trauma, dia tidak mau menjalin hubungan dengan pria mana pun juga. Hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang pengusaha berkedok ustaz yang sedang mencari orang untuk mengurus ibunya.

Nahyan ternyata tidak jauh berbeda dengan Marwah. Keduanya tidak beruntung dalam hal percintaan.

Akankah Allah menjodohkan mereka berdua dan saling mengobati luka satu sama lain?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 20 Wanita Luar Biasa

Halimah tertidur setelah diberi obat. "Marwah, bisa kita bicara sebentar!" seru Nahyan.

"Bisa, Ustaz," sahut Marwah.

Nahyan pun mengajak Marwah ke ruang tamu. "Duduklah," seru Nahyan.

Marwah duduk di seberang Nahyan. "Marwah, aku mau mengucapkan terima kasih kepada kamu karena berkat kamu, Mama sekarang sudah mulai luluh lagi," ucap Nahyan.

"Sama-sama, Ustaz," sahut Marwah.

"Aku ngajak kamu bicara karena aku butuh bantuan kamu lagi," ucap Nahyan.

"Bantuan apa?" tanya Marwah.

"Dulu, Mama sempat menjalani pengobatan stroke di rumah sakit tapi semenjak Mama marah kepadaku, beliau tidak mau lanjut berobat. Aku minta bantuan kamu, untuk membujuk Mama supaya mau menjalani pengobatan lagi," jelas Nahyan.

"Baiklah, nanti aku coba membujuk Ibu," sahut Marwah.

"Terima kasih, Marwah," ucap Nahyan kembali.

Keduanya tidak sengaja saling tatap satu sama lain, hingga Nahyan pun segera memalingkan wajahnya sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Keduanya tampak salah tingkah. "Ustaz, kalau sudah tidak ada pembicaraan lagi, aku pamit," ucap Marwah gugup.

"Ah, silakan."

Marwah pun bangkit dari duduknya dan segera pergi masuk ke dalam kamarnya. Marwah duduk di ujung ranjang sembari memegang dadanya. Jantungnya berdetak tak karuan dan itu membuat Marwah sangat malu.

"Ada apa ini? jangan Marwah, kamu jangan sampai suka sama Ustaz. Ingat, kamu di sini hanya untuk bekerja dan jangan terlalu memikirkan masalah lawan jenis. Apa kamu mau terluka lagi?" batin Marwah berbicara kepada dirinya sendiri.

Malam pun tiba....

Seperti biasa setelah membawakan makan malam, Marwah akan duduk di sofa menemani Halimah. "Marwah."

Marwah kaget saat tiba-tiba terdengar suara Halimah memanggilnya. Untuk pertama kalinya Halimah memanggil namanya. "Iya, Bu? apa Ibu butuh sesuatu?" tanya Marwah.

Halimah menoleh ke arah Marwah. "Saya ingin mencoba berdiri," sahutnya.

Marwah terkejut, dia pun dengan cepat menghampiri Halimah. Selama ini Halimah selalu menolak untuk menerima bantuan Marwah bahkan Halimah tidak mau disentuh oleh Marwah. Namun, kali ini Halimah secara tiba-tiba meminta bantuan Marwah.

"Ibu, yakin?" tanya Marwah.

"Saya sudah terlalu lama duduk di kursi roda," sahut Mama Halimah.

Marwah tersenyum. "Baiklah, Marwah bantu Ibu untuk belajar berjalan," ucap Marwah.

Perlahan Marwah membantu Halimah untuk duduk karena posisi saat ini Halimah sedang rebahan. Lalu Marwah memegang tangan Halimah dengan sangat hati-hati dan membimbingnya pelan. Halimah mengerang pelan saat mencoba menggerakan kakinya bahkan seluruh tubuhnya gemetar tapi Halimah tidak menyerah.

Sedikit demi sedikit Halimah mulai mencoba menopang berat badannya sendiri. "Bagus, Bu. Pelan-pelan saja jangan buru-buru," ucap Marwah lembut.

Sementara itu, Nahyan yang baru saja selesai shalat isya dan mengaji memutuskan untuk melihat Mamanya. Nahyan membuka pintu kamar Halimah, dia terkejut dan diam di ambang pintu menyaksikan Mamanya berusaha berjalan dengan dibantu oleh Marwah. Mata Nahyan melebar, sudah bertahun-tahun sejak Papanya meninggal Halimah seperti sudah tidak ada semangat untuk hidup.

Beberapa saat kemudian, Halimah pun meminta untuk duduk di kursi roda dengan napasnya terengah-engah. Kali ini Nahyan bisa melihat tidak ada lagi kemarahan dan keputus asaan dari wajah Mamanya itu melainkan senyuman tipis. Nahyan merasakan dadanya sesak, ia tidak menyangka jika gadis kampung yang sederhana itu mampu mengubah sesuatu yang selama ini ia kira mustahil.

"Ternyata aku memang tidak salah memilih orang," batin Nahyan.

Dia pun memutuskan untuk menutup pintu itu kembali, dia tidak mau mengganggu Mamanya dan juga Marwah. "Minum dulu, Bu," ucap Marwah sembari memberikan segelas minum kepada Halimah.

Marwah berlutut di samping kursi roda Halimah, dia ingat akan permintaan Nahyan tadi siang. "Bu, kata dokter Ibu harus menjalankan terapi, bagaimana kalau Ibu kembali terapi lagi di rumah sakit?" seru Marwah dengan sangat hati-hati.

Marwah memberanikan diri untuk menyentuh tangan Halimah. "Bu, Marwah ingin melihat Ibu bisa jalan lagi. Ibu mau ya, terapi ke rumah sakit? Marwah temani Ibu," ucap Marwah lembut.

Halimah menatap mata Marwah, untuk pertama kalinya tatapan Halimah tidak tajam lagi melainkan tatapan yang memperlihatkan sebuah harapan besar. Halimah pun mengangguk dan itu membuat Marwah bahagia. "Sudah malam, sekarang Ibu tidur ya," seru Marwah.

Marwah pun kembali membatu Halimah turun dari kursi roda dan merebahkannya di atas tempat tidur. Walaupun Halimah masih sangat irit untuk berbicara, tapi setidaknya ada kemajuan dalam diri Halimah. Marwah menyelimuti tubuh Halimah.

"Tidurlah, Marwah akan berada di sini sampai Ibu tidur," ucap Marwah.

Marwah pun kembali duduk di sofa. Tidak membutuhkan waktu lama, Marwah melihat jika napas Halimah sudah teratur dan itu tandanya Halimah sudah tertidur. Perlahan Marwah pun keluar dari kamar Halimah dan kembali ke kamarnya.

***

Keesokan harinya....

Setelah sarapan, Marwah kembali mengajak Halimah jalan-jalan keluar. Walaupun Halimah masih irit bicara, tapi Marwah sudah sangat bahagia setidaknya Halimah tidak lagi menolak kehadiran dirinya. Nahyan sudah siap-siap untuk pergi ke kantor.

"Ma, Nahyan berangkat dulu," pamit Nahyan sembari mencium punggung tangan Mamanya.

Halimah mengangguk. "Nanti Mama akan terapi ke rumah sakit," ucap Mama Halimah.

Seketika Nahyan membelalakkan matanya, dia tidak percaya dengan apa yang ucapkan Mamanya itu. "Alhamdulillah, Mama serius?" tanya Nahyan.

"Iya, nanti Marwah yang akan temani Mama," sahut Mama Halimah.

"Alhamdulillah ya, Allah." Nahyan menoleh ke arah Marwah dengan senyuman yang mengembang dan Marwah membalasnya dengan senyuman juga.

"Terima kasih, Marwah," ucap Nahyan.

Marwah hanya mengangguk dan tersenyum. "Kalau begitu, Nahyan berangkat dulu. Nanti Mama bisa pakai mobil yang satunya lagi, biar Nahyan hubungi Pak Budi untuk mengantarkan kalian ke rumah sakit," ucap Nahyan bahagia.

"Iya," sahut Mama Halimah.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Nahyan semakin bersemangat, untuk pertama kalinya Nahyan begitu sangat semangat dan bahagia. Marwah memang benar-benar wanita luar biasa, dia membawa kebahagiaan di rumah itu. Menjelang siang, Marwah pun akhirnya membawa Halimah ke rumah sakit.

Dokter yang menangani Halimah mulai memeriksa kesehatan Halimah. Tetapi mulai dilaksanakan dan Marwah setia menunggu Halimah bahkan sesekali membantu Halimah. "Bismillah ya, Bu. Semoga Ibu cepat sembuh dan bisa berjalan lagi," ucap Marwah dengan senyumannya.

Halimah tersenyum tipis membuat Marwah semakin bahagia. Berbeda dengan Marwah yang sedang bahagia, di kampung Dadang dan Ani sangat terkejut dengan kondisi Nazwa. Nazwa sama sekali belum menjemput Namira, hingga kedua orang tuanya khawatir dan memutuskan untuk menemui Nazwa ke kontrakan.

"Assalamualaikum, Nazwa!" panggil Ibu Ani.

Tidak ada jawaban sama sekali, Ani dan Dadang pun memutuskan untuk masuk dan ternyata pintunya tidak dikunci. Ani pun segera mengetuk pintu kamar Nazwa, karena tidak ada jawaban sama sekali secara perlahan Ani pun membuka pintu kamar itu. Tapi betapa terkejutnya Ani saat melihat kondisi Nazwa yang terbaring di tempat tidur dengan wajah yang babak belur.

"Astaghfirullah, Nazwa!" pekik Ibu Ani.

Dadang yang masih di ruang tamu dengan menggendong Namira, kaget mendengar teriakan istrinya. "Ada apa, Bu?" tanya Pak Dadang panik.

Dadang pun segera masuk ke dalam kamar, dan Dadang jauh lebih terkejut melihat kondisi anak bungsunya itu.

1
mikashatensei
𝘏𝘢𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘪𝘭𝘪𝘴 𝘯𝘰𝘷𝘦𝘭 𝘣𝘢𝘳𝘶~~~
Naysila mom's arga
semngat edzar
Rahma Inayah
jgn mencintai seseorng krn dia cantik or taat saja tp km hrs mencintai krn allah berubh istiqomah krn allah dan dirimu sendri km krn orng lain.yakutnya klu org trsbt gk berjodoh km mlh malas ibadah nya krn km tdk mendptkn dia .
ꪶꫝNOVI HI
semangat ya edzar
**✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿**
merasa ada saingan ya boss tapi maaf kamu ma dia beda level 🙂‍↔️
**✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿**
yohhh karyawan istimewa di anter jemput coba🤭
**✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿**
lha iy belum nikah kan yg di tampakkan yg bagus" aja n taunya cuma cinta-cintaan coba kalau dah nikah banyak tanggung jawab yang kudu di lakoni
**✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿**
baiknya ustadz nahyan🥰
Rahma Inayah
perbaiki dl.agamamu edzar br km lamr ank org bgaumaan pun km akan menjdi imam dlm rumh tanggamu nnt
Rahma Inayah
bikqis termkn omonganmya sendri
KC~
nanti di tes ngaji dulu sama bacaan sholat sama Babah Nahyan 😅😅😅
KC~
dih sat set juga ya,,,, kalo keterima maharnya jangan kasbon juga ya 😂😂
KC~
mana ada belum juga nikah udah mikir kasbon buat nafkahnya 🤣🤣🤣
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
ya ampun didikan Marwah sama Nahyan itu ..Namira bisa menerima ayah nya dengan baik ..untung aja calon mertua nya pun baik
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
ya elah baru aja Dateng dah maen peluk sembarangan aja ....kira2 Namira mau gak anggap Iwan sebagai bapak nya
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
duh ada2 aja si edzar ngode banget deh ke bilqis pake nanya begitu
KC~
gak apa2 Bilqis biarpun edzar belum pinter agama kan nanti bisa belajar bareng
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
terang2an banget si edzar bilang nya 🤣
KC~
cieee ada yg udah terbayang bayang nih 😍😍😍
KC~
sumpah ngakak kelakuannya si edzar 🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!