Selina, seorang agen narkotika, yang menjadi buronan polisi, akhirnya mati dibunuh kekasihnya sendiri.
Jiwanya bertransmigrasi ke tubuh Sofie, seorang istri CEO yang bertepatan saat itu juga meninggal karena kecelakaan.
Kehidupan kembali yang didapatkan Selina lewat tubuh Sofie, membuat dirinya bertekad untuk balas dendam pada kekasihnya Marco sekaligus mencari tahu penyebab kecelakaan Sofie yang dianggap janggal.
Ditengah dendam yang membara pada Marco, Selina justru jatuh cinta pada Febrian, sang CEO tampan yang merupakan suami Sofie.
Hingga suatu ketika, Febrian menyadari jika jiwa istrinya sofie sudah berganti dengan jiwa wanita lain.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Apa Selina berhasil membalas dendam pada Marco? Bisakah Selina mendapatkan cinta Brian yang curiga dengan perubahan Sofie istrinya setelah dirasuki jiwa Selina?
CUSS.. BACA NOVELNYA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sama-sama mencintai
Febrian dan Jimmy bergegas bangkit dari duduknya dan menghampiri Selina penuh rasa khawatir.
"Kamu baik-baik saja sayang?" tanya Febrian cemas.
"Aku? Aku baik-baik saja. Kenapa kamu dan Jimmy bisa ada disini?" tanya Selina pura-pura heran.
"Mau apa lagi, tentu saja aku mencarimu. Aku dan Jimmy tak sengaja lewat sini dan melihat mobilmu diparkir disana. Aku sempat curiga, ada orang yang menculikmu. Itu sebabnya aku dan Jimmy terperangkap disini. Aku mencemaskanmu Sofie," jawab Febrian berkilah.
"Maafkan aku sayang, aku sudah membuatmu khawatir." Ucap Selina menekuk wajahnya menunjukan rasa bersalah.
Raut wajah Febrian berubah datar dan dingin. Dia masih berharap Sofie bicara jujur padanya. Akan tetapi, wanita yang ia cintai itu seolah masih ingin menutupi kebohongannya yang sudah jelas ketahuan menyembunyikan sesuatu darinya.
"Tempat apa ini? Apa kamu tidak akan memberitahuku?" selidik Febrian menelusuri penampilan istrinya yang dikatakan Betty tadi, seperti laki-laki.
"Oh, ini adalah tanah perkebunan milik mendiang ayahku yang tidak pernah terurus sama sekali. Aku sengaja kesini untuk memantau keadaan tempat ini yang sudah penuh dengan semak belukar dan ilalang yang sangat tinggi." Jawab Selina terpaksa berbohong.
"Jadi ini adalah tanah perkebunan milik mendiang orangtuamu? Tempat yang sangat aneh. Bisa masuk dengan mudah, namun sulit mencari jalan keluarnya." Ujar Febrian kemudian berpura-pura mengangguk bodoh.
"Ikuti aku, aku akan menunjukan jalan keluar dari sini." Selina mengabaikan sikap Febrian yang sudah ia ketahui hanya pura-pura bodoh.
Dalam hati Selina sadar, sebentar lagi, semua rahasianya akan terbongkar dan diketahui oleh Febrian. Namun bukan sekarang, walau Febrian memaksanya, dia tak'kan buka mulut. Dia akan berusaha bungkam seribu bahasa hingga tiba waktu yang tepat untuk menceritakan segalanya.
Tak lama kemudian, Febrian dan Jimmy hanya melongo ketika mereka berhasil kembali keluar dari perkebunan yang penuh semak belukar tinggi itu bersama Selina.
"Tempat misterius." Otak Febrian jadi pusing sendiri memikirkan betapa rumitnya ia dan Jimmy tadi menemukan jalan keluar dari tempat itu.
Sepanjang perjalanan pulang di atas mobil berdua dengan istrinya, Febrian yang tengah mengendarai mobil sesekali melirik wajah istrinya yang duduk disampingnya. Dia bisa melihat, ada kegelisahan dan kegundahan yang mendera perasaan Sofie.
"Hhh... Harusnya, kamu tak perlu mengantarku pulang. Aku bisa pulang sendiri." Desah Selina memandangi mobil miliknya yang di kemudikan Jimmy mengiringi mobil mereka dari kaca spion sebelah kirinya.
"Keselamatanmu adalah tanggung jawabku Sofie. Kamu adalah istriku. Aku tak bisa membiarkan terjadi hal yang buruk padamu." Ucap Febrian tanpa menoleh pada istrinya.
Bibir Selina tersenyum getir. Hatinya terbakar cemburu. Kasih sayang dan cinta serta perhatian yang diberikan Febrian padanya hanyalah untuk Sofie istrinya bukan untuk dirinya, Selina. Jika lelaki itu tahu siapa yang saat ini menghuni raga istrinya, entah apa yang akan terjadi.
"Kamu memata-matai ku. Apa pekerjaanmu di kantor sangat membosankan?" sindir Selina memandang Febrian yang sedang fokus mengemudikan mobilnya.
DEG!
Jemari Febrian menggenggam stir mobilnya kuat. Kalimat istrinya cukup membuat hatinya berguncang hebat. Ia tetap berusaha fokus menguasai hati dan pikirannya agar tetap tenang dan tidak terpancing emosi.
"Aku cukup membuat kesalahan satu kali. Kecelakaan yang terjadi padamu adalah kelalaianku. Aku tak ingin itu terjadi lagi. Apa kamu tak memahami perasaanku Sofie?" Nada bicaranya terdengar bergetar. Kesabarannya benar-benar teruji.
Dalam hati Febrian tengah berperang antara rasa cinta, tanggung jawab sebagai suami dan kecurigaan yang mendalam pada istrinya. Lelaki yang selalu menyimpan sisi kelamnya dihadapan semua orang itu, tetap bersabar menghadapi semua kenyataan buruk yang ia dapatkan dari orang-orang yang ia cintai. Dia benci pengkhianatan, namun selalu dikhianati.
Selina menutup mulutnya rapat. Dia kesulitan untuk bicara lagi. Satu kalimat saja, bisa membuat dirinya ceroboh. Apa yang dirasakan Febrian saat ini, dia sangat mengerti. Jika kebenaran tentang Sofie terungkap, dirinya akan ikut hancur. Lelaki itu pasti sulit menerima kenyataan bahwa istri yang ia cintai nyatanya adalah seorang pengkhianat.
Semua pengkhianatan Sofie berawal dari keserakahan Harry Anderson. Selina harus segera menemui kakak tiri Sofie itu dan mengakhiri segala hubungan yang terkait dengan Harry. Dia harus bekerja keras, memperbaiki diri, agar Febrian tidak mencurigai Sofie.
"Maafkan aku sayang, aku selalu menyusahkanmu. Aku belum bisa menjadi istri yang terbaik untukmu." Ujar Selina pelan, menyentuh hati Febrian.
Wajah Selina tertunduk sedih. Air matanya tiba-tiba jatuh. Entah apa yang membuat dirinya menangis. Jantungnya mendadak terasa sesak dan sakit bagai tertusuk ribuan jarum.
Kepalanya terasa pusing, ingatan kejadian kecelakaan yang menimpanya serta kejadian kecelakaan yang menimpa Sofie, bercampur aduk bagai siluet yang terpampang samar dibenaknya. Ada beberapa ingatan Sofie yang mendadak muncul dalam pikirannya.
"Ugh..." Keluhan pendek dari mulut Selina mengejutkan Febrian yang tengah fokus mengemudi.
"Sayang, kamu tidak apa-apa?" Febrian memandang istrinya sekilas.
Selina tampak tersandar lemas dan wajahnya pucat disertai banjir keringat didahinya.
Jarak rumah kediaman milik Febrian sudah hampir dekat. Febrian mempercepat laju kendaraannya. Dalam beberapa menit, mobilnya memasuki halaman rumah kediamannya yang besar dan luas. Lelaki itu memarkir mobilnya sembarangan dan bergegas menggendong Selina yang terbaring lemas dalam pelukannya.
"Apa yang terjadi dengan Nyonya Tuan?" Jimmy bergegas turun dan berlari menyongsong majikannya yang tampak panik menggendong istrinya.
"Aku tak tau, dia tiba-tiba pingsan. Hubungi Dokter Loly! Suruh dia kemari!" perintah Febrian cepat.
"Tapi Tuan, Dokter Zyan adalah Dokter handal, kenapa harus Dokter Loly yang amatiran?" tanya Jimmy kebingungan.
"Aku tidak suka istriku diperiksa Dokter lelaki. Apa kau tidak mengerti hah?!" bentak Febrian yang kumat posesifnya.
Jimmy hanya mengangguk lemah. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil berlalu pergi menuruti perintah majikannya yang memang suka aneh jika berurusan dengan dunia medis. Andai ada tabib pintar ahli pengobatan, mungkin dia lebih memilih berobat kesana daripada ke dokter.
Lelaki itu selalu bilang, Dokter cuma bisa merawat luka dan melakukan tindakan operasi. Kalau untuk mengobati, cukup minum obat. Jika perlu, kita harus mengenal semua fungsi obat-obatan dan meramu obat sendiri.
"Kenapa dia tidak jadi Dokter atau tabib saja sekalian?" rutuk Jimmy antara kesal dan geli sendiri memikirkan kelakuan majikannya yang terkadang suka bereksperimen meracik obat-obatan sendiri.
*****
POV SOFIE DAN FEBRIAN.
Malam sebelum musibah kecelakaan yang menimpa Febrian dan Sofie.
"Sayang, kamu mau kemana?" Sofie bergayut manja di lengan Febrian yang telah berpakaian rapi dan tampak sangat tampan malam itu.
"Aku akan menemui Harry Anderson salah satu kolegaku. Ia menawarkan kerjasama dengan perusahaan." Jawab Febrian mengulum senyuman di bibirnya dan mengecup dahi istrinya lembut.
Sofie terkejut. Ada ketakutan yang ia sembunyikan di wajahnya.
"Aku ikut." Pintanya memelas.
"Tidak sayang, kamu dirumah saja. Aku belum terlalu mengenal Harry." Cegah Febrian memeluk istrinya erat.
"Kamu belum tahu siapa Harry, aku takut ini hanya perangkap. Jika aku pergi bersamamu, dia tak'kan berani macam-macam." Batin Sofie merasa cemas.
Cinta dan kasih sayang Febrian selama ini, telah meluluhkan niatnya yang semula ingin menghancurkan keluarga Sander.
Awalnya, dia dan Harry telah sepakat untuk menjebak Febrian dengan pernikahan. Kematian Anderson ditangan William Sander, telah mengukir dendam di hati keluarga Anderson.
Namun seiring waktu, Sofie mulai jatuh cinta pada Febrian. Setiap hari ia hidup dalam tekanan keluarga Anderson yang memintanya untuk segera menghabisi nyawa Febrian. Sayangnya, Sofie hanyalah wanita lemah yang tak mampu melawan keinginan mereka.
Hidupnya selalu di pantau oleh Brenda yang menjadi mata-mata keluarga Anderson.
"Sayang, aku mau ikut. Aku tak mau tinggal dirumah. Please," rajuk Sofie memasang wajah sedih yang selalu jadi senjata andalannya.
"Baiklah, kamu boleh ikut." Kebiasaan merajuk Sofie membuat Febrian tak berdaya.
Dia terpaksa mengalah daripada mendapatkan wajah cemberut istrinya saat pulang nanti.
Malam itu, binar-binar indah dan senyum ceria terukir di wajah Sofie. Mereka berdua pun berangkat dengan mobil yang di kemudikan Febrian, tanpa Jimmy yang malam itu minta izin untuk pergi bersama Brenda ke acara pesta pernikahan saudaranya.
Dan, kecelakaan naas itupun terjadi saat mobil yang mereka tumpangi mengalami rem blong dan menabrak truk besar yang melaju didepan mereka. Febrian masih sempat sadar, ketika istrinya berucap satu kalimat samar sebelum pingsan. Kalimat yang masih di pendam dan di pegang teguh oleh Febrian dalam hatinya.
.
.
.
Galau nggak? Galau nih jadinya. Sofie si pengkhianat ternyata juga cinta sama suaminya. Tapi percuma saja, dia sudah mati di gantikan Selina 🙃
BERSAMBUNG