Belva Kalea harus menelan kekecewaan saat mengetahui calon suaminya berselingkuh dengan saudara tirinya tepat di hari pernikahannya. Bukan hanya itu saja, Glory diketahui tengah mengandung benih Gema Kanaga, calon suaminya.
Di sisi lain, seorang pengusaha berhati dingin bernama Rigel Alaska, harus menelan pil pahit saat mengetahui istrinya kembali mengkhianatinya. Disakiti berulang kali, membuat Rigel bertekad untuk membalas rasa sakit hatinya.
Seperti kebetulan yang sempurna, pertemuan tak sengaja nya dengan Belva membuat Rigel menjadikan Belva sebagai alat balas dendam nya. Karena ternyata Belva adalah keponakan kesayangan Roland, selingkuhan istrinya sekaligus musuhnya.
Akankah Rigel berhasil menjalankan misi balas dendam nya?
Ataukah justru cinta hadir di tengah-tengah rencananya?
Mampukah Belva keluar dari jebakan cinta yang sengaja Rigel ciptakan?
Ataukah justru akan semakin terluka saat mengetahui fakta yang selama ini Rigel sembunyikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
"Dari mana saja Kamu?" Gema menatap tajam istrinya yang baru saja pulang. "Jangan mentang-mentang aku membebaskanmu, Kamu bisa bersikap seenaknya seperti ini!"
Glory tidak mengindahkan ucapan Gema, wanita pemilik tatapan sinis itu berlalu begitu saja meninggalkan suaminya yang masih sibuk mengoceh.
Brakkk
Gema menyusul langkah Glory yang masuk ke dalam kamarnya. Pria itu menendang pintu dengan keras membuat Glory yang baru saja masuk ke dalam kamarnya tercekat kaget.
"Apa sih, Gem? Aku capek, jangan mengajak ku bertengkar."
Glory hendak masuk ke kamar mandi. Badannya terasa lengket setelah seharian aktivitas di luar rumah. Ia tidak tahan ingin segera membersihkan tubuhnya.
"Aku belum selesai bicara, Glory." Gema mencekal tangan Glory. "Bisakah Kamu menghargai aku sedikit saja. Aku ini suamimu."
Gema semakin muak dengan tingkah istrinya yang semakin hari semakin keterlaluan. Selama menikah hampir tiga tahun, hubungan keduanya tidak ada kemajuan. Selama ini Gema hanya bertahan karena putrinya yang terlanjur lahir dari rahim Glory.
"Suamiku? Haaa... haaa..." Glory terbahak sambil memegang perutnya. Ucapan suaminya itu terdengar sangat menggelitik di telinganya. "Suami yang tidak pernah mencintai istrinya, dan suami yang tidak bisa move on dari mantannya. Apa aku harus menghargai suami yang seperti itu?"
Glory berteriak tepat di depan wajah Gema, wanita itu berharap suaminya mau mengerti jika ia kecewa dengan sikap suaminya itu. "Aku tersiksa, Gema," ucapnya lagi dengan lirih.
Gema selalu meminta untuk dihargai, sedangkan dia sendiri tidak pernah mau menghargai istrinya.
"Kalau begitu, kita pisah saja," ucap Gema dengan seringai tipis di wajahnya. "Kamu pikir aku tidak tersiksa?" Tambahnya lagi dengan menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya. "Aku juga sama tersiksa nya denganmu. Jadi, jangan pernah merasa Kamu lah orang paling menderita di sini."
Sikap Glory yang merasa seolah dia yang paling menderita, membuat Gema tidak bisa lagi menahan kesabarannya.
"Maksudku bukan begitu, Gem. Aku---"
"Kenapa, bukankah Kamu bilang tersiksa menikah denganku? Kalau begitu, ayo kita berpisah. Aku juga sudah muak berpura-pura terlihat bahagia di depan orang lain."
Selama ini Gema dan Glory pura-pura menjadi keluarga sempurna untuk putri mereka, Flory. Dan juga demi menjaga nama baik keluarga besarnya. Namun sepertinya, Gema sudah tidak perduli lagi dengan anggapan orang-orang tentang rumah tangga nya, ia ingin terbebas dari belenggu yang mengikatnya dalam hubungan yang sejak awal dipaksakan.
"Kamu jangan egois, Gema. Kamu pikirkan Flory. Bagaimana perasaannya kalau dia tahu kita berpisah?"
Glory sedikit menurunkan egonya, ia sangat takut jika Gema benar-benar akan menceraikannya. Walaupun hubungan rumah tangga nya jauh dari kata harmonis, tapi setidaknya ia mendapat kedudukan menjadi istri Gema Kanaga.
Karena itu sebisa mungkin, Glory akan berusaha mempertahankan rumah tangga nya dengan Gema. Bukan semata-mata demi Flory, putrinya saja. Tetapi demi statusnya sebagai istri dan juga menantu keluarga terpandang.
"Cih! Justru yang egois di sini itu, Kamu. Jangan Kamu pikir aku tidak tahu, Kamu memanfaatkan Flory untuk bertahan menjadi istri ku. Flory masih kecil, ia tidak akan mengerti dengan semua ini."
Gema tetap bersikukuh dengan keputusannya. Sejak awal ia sudah memikirkan tentang perceraiannya dengan Glory, hanya saja istrinya itu selalu menghalanginya dengan berbagai drama dan juga trik murahannya.
"Jangan memutar balikkan fakta, Gem! Aku tahu, alasan sebenarnya Kamu ingin bercerai denganku, Kamu ingin mengejar Belva lagi, kan?"
"Kalau iya, kenapa?" Ucap Gema tanpa rasa bersalah.
Sejak menikah dengan Glory, Gema tidak pernah lagi bertemu dengan Belva, atau pun mengetahui kabar dari wanita yang sangat dia cintainya itu. Namun sampai saat ini perasaannya pada Belva tidak pernah berubah.
"Tega Kamu, Gem." Glory menggelengkan kepalanya bersama air mata yang jatuh tanpa perintah. Ia tidak menyangka suaminya itu akan menjawab dengan terang-terangan dan tidak terlihat sedikit pun rasa bersalah di wajahnya.
"Sejak awal aku sudah bilang, aku hanya mencintai Belva. Kamu yang bersikeras membuatku menikahimu. Jadi, terima saja. Ini adalah pilihanmu."
Gema tersenyum puas melihat Glory akhirnya bungkam seribu bahasa.
"Kalau Kamu masih ingin menikmati statusmu sebagai istriku, maka ikuti aturan main ku. Jangan bertingkah seenaknya di rumahku," ucapnya dengan penuh penekanan. "Kalau Kamu merasa ini tidak adil untukmu, maka pergilah. Dengan senang hati, aku akan melepaskanmu."
Setelah puas meluapkan emosinya, Gema hendak pergi dari kamarnya. Namun tiba-tiba saja, seseorang menghubunginya.
"Hallo?"
"(....) "
"Apa? Baiklah aku ke sana sekarang!"
Entah apa yang Gema bicarakan dengan seseorang di telpon tadi, namun tiba-tiba saja wajahnya terlihat panik dan khawatir.
...----------------...
"𝘈𝘭𝘢𝘴𝘬𝘢 𝘩𝘰𝘵𝘦𝘭."
Kalea membaca nama hotel yang terpampang nyata di depan matanya.
Farez tidak memberitahu nama pemilik hotel itu pada Kalea, namun dari namanya, terdengar sangat familiar di telinga wanita cantik itu.
"𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘢, 𝘬𝘢𝘯? 𝘕𝘢𝘮𝘢 𝘈𝘭𝘢𝘴𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘵𝘶, 𝘸𝘢𝘭𝘢𝘶𝘱𝘶𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘥𝘪 𝘐𝘯𝘥𝘰𝘯𝘦𝘴𝘪𝘢, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘬𝘰𝘵𝘢 𝘪𝘯𝘪. 𝘈𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢."
"Kenapa Kamu terlihat gugup? Ini bukan pertama kalinya Kamu fashion show, Lea."
"Ng--nggak, aku... aku cuma nervous," jawab Kalea. dengan sedikit gugup.
Setelah beberapa jam mengudara, Kalea dan Farez akhirnya sampai di tanah air. Tidak ingin membuang-buang waktu, begitu mendarat, keduanya langsung menuju ke tempat diadakan nya acara fashion show.
Ini bukan kali pertama Kalea menjadi model fashion show apalagi memakai desain fashion nya sendiri. Namun kali ini Kalea merasa sedikit berbeda. Kalea merasa jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.
Farez terkekeh melihat wajah gugup Kalea, di matanya terlihat sangat menggemaskan, membuat pria itu tidak tahan untuk mencubit hidung bangir nya.
"Kamu lucu kalau sedang gugup," ucap pria itu sambil terbahak.
Kalea mencebikkan bibirnya, ia sangat kesal dengan Farez yang malah menertawakan kegugupan nya.
"Kamu bukannya nenangin aku, malah membuatku semakin kesal." Kalea pura-pura merajuk. Wanita cantik itu memalingkan wajahnya dari Farez.
Benar saja, Farez panik melihat wanita cantik itu merajuk.
"Iya, maaf. Kamu jangan marah, ya?" Bujuk Farez. Namun Kalea tetap bungkam dan enggan menatap ke arah Farez.
Pria itu mencoba memutar otaknya supaya Kalea tidak marah lagi. Namun bukannya meredakan kekesalan Kalea, Farez justru membuat Kalea benar-benar marah.
"Kamu tahu nggak, pemilik hotel ini duda highclass?"
Kalea menyipitkan matanya penuh selidik, ia tidak mengerti dengan maksud ucapan Farez yang memberitahukan status pemilik hotel padanya.
"Maksud Kamu apa?" Nada bicara Kalea tidak terdengar seperti biasanya, namun sayangnya Farez tidak peka dengan perubahan itu.
"Kali aja Kamu tertarik," ucap Farez tanpa beban.
Farez tidak sadar jawabannya itu membuat Kalea mengepalkan erat tangannya. Pria itu lupa 'duda' adalah kata yang harus dihindari saat berbicara dengan Kalea.
"Farez, Kamu mau aku laporin Om Oland?"
Deg
Mendengar satu nama itu membuat napas Farez tercekat di tenggorokan.
"𝘈𝘴𝘵𝘢𝘨𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘭𝘶𝘱𝘢," 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘍𝘢𝘳𝘦𝘻. 𝘗𝘳𝘪𝘢 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢. "𝘚𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘱𝘰𝘳𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘶 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘒𝘢𝘬 𝘙𝘰𝘭𝘢𝘯𝘥."
𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥
Kalo emang cinta Belva, yo sono datengin bpknya lamar secara gentle bukan malah minta DP duluan gitu...
Syukurin, kalo perlu si Anaconda disunat bae smpe ngepook aja, biar tau rasa Rigel
Jangan mudah terbujuk rayuan Rigel,Abel.Biar dia berjuang dululah
ada calon suaminya looping.... 🤣🤣🤣