Yasmin merasa ada ikatan kuat terhadap keponakannya. Layaknya Dejavu, Yasmin merasa anaknya hidup kembali meskipun kenyataannya hal tersebut tidaklah mungkin.
Dibalik suasana hatinya yang selalu sedih ketika merindukan anaknya, ada adik iparnya yang terus menggoda Yasmin. Esther yang melihat suaminya lebih memihak kepada kakaknya, timbulah perasaan cemburu yang kini menyelimuti nya.
Akankah diantara mereka terlibat cinta segitiga? Akankah ada korban, dari rumitnya hubungan asmara mereka? Simak selengkapnya hanya di cerita ini.
Kuy, tak baca tak suka. Sudah baca baru suka❤️. Jangan lupa vote dan komen ya guys. Happy reading!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon diamond ice, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdana menjadi sekretaris
" Yasmin, siap-siap ikut saya ke perusahaan Dhananjaya Group. Bawa berkas yang udah disiapkan oleh Brina. Pelajari dulu supaya nanti kamu nggak keteteran," titah Arvin. Melalui pesawat telepon antar ruangan, Arvin memberikan tugas kepada Yasmin. Dengan teliti Yasmin mencatat semua beban pekerjaan yang diberikan kepadanya.
" Mbak Brina, berkasnya ini aja apa masih ada lagi?" tanya Yasmin kepada Brina.
" Itu aja, kamu cek ulang ya mbak. Saling cross check,"
" Dhananjaya Group adalah perusahaan besar, kenapa dia harus bawa aku sih? Aku agak tidak percaya diri," keluh Yasmin kepada Brina. Memang meja mereka berdekatan, jadi mereka dapat dengan mudah mengobrol.
" Memang di sana perusahaan besar, look karyawannya aja kayak selebriti. Gosip yang sampai sekarang masih beredar, di kantor Pak Arvin masih banyak karyawan perempuan yang terang-terangan menggoda Pak Arvin. Bahkan kemarin ada yang dipecat karena menggodanya berlebihan. Wanita itu memberikan obat perangsang di minuman Pak Arvin,"
" Masa sih? Apa mereka nggak tahu kalau Pak Arvin sudah menikah?"
" Nah itu, yang namanya obsesi apa aja pasti dilakuin. Kasihan banget adik mu mbak. Kuat banget jadi istrinya Pak Arvin. Kalau aku sih bisa tekanan batin setiap hari,"
Yasmin terdiam mencerna kata-kata Brina. Memang tidak salah Arvin menjadi incaran para wanita, tetapi bukankah status Arvin adalah suami sah Esther. Mengapa wanita-wanita di luar sana masih mengejar Arvin? Sangat tidak bermoral sekali mereka yang terang-terangan ingin menggoda Arvin.
" Oh ya mbak, jangan tersinggung ya. Aku saranin Mbak Yasmin memoles wajah dikit biar enak dilihat. Karena ke depannya Mbak Yasmin akan bertemu kolega-kolega Pak Arvin. Pasti kesan pertama orang melihat Mbak Yasmin adalah look nya. Sekarang bukan jamannya natural yang benar-benar polos tanpa perawatan melainkan natural hasil perawatan kulit ratusan juta,"
" Emmmm kamu ada benarnya juga,"
" Sebelum berangkat aku pinjemin make up aku dulu mbak. Aku bantuin dandan sini,"
Brina serius dengan ucapannya, perempuan itu memoles wajah Yasmin menggunakan peralatan makeup nya sendiri. Yasmin menurut, meskipun ia enggan tapi demi totalitas pekerjaan ia bersedia melakukannya. Tampak Brina sangat mahir menorehkan serbuk semacam bedak di wajah Yasmin. Brina juga mengganti kacamata yang bertengger di hidung Yasmin dengan soft lens. Hampir selesai, kini penampilan Yasmin tidak seperti wanita berusia tiga puluh tahunan. Ia seperti siswa yang baru lulus kuliah.
" Spill klinik kecantikan mu dong mbak, asli kulit mu bagus banget. Mulus banget kulitnya, apalagi bibirmu merahnya kayak alami. Sulam dimana kalau bibir nya?"
" Nggak ada aku nggak pernah ke klinik,"
" Seriusan ih mbak. Jangan pelit amat lah. Santai aja kamu perawatan dimana, aku cuma nanya aja kok"
" Beneran Mbak Brina. Dari dulu ya gini gini aja,"
" Seriusan?"
Yasmin hendak menjawab pertanyaan dari Brina namun suara seseorang menginterupsi mereka. " Jadi gini kerjaan kalian? Berdandan di kantor?"
" Eh Pak Arvin, maaf pak" ucap Brina gugup. Saat ini jantung nya berdetak lebih cepat takut kena semprot Arvin.
" Maaf pak, Brina hanya membantu saya membenahi penampilan " sahut Yasmin.
" Memang kenapa sama penampilan kamu?" tanya Arvin sembari meneliti penampilan Yasmin dari atas sampai bawah. Munafik jika ia tidak terpesona dengan kecantikan Yasmin.
" Maaf pak, jika bapak tidak berkenan saya akan menghapus makeup nya," timpal Yasmin.
" Tidak perlu, ayo kita berangkat sekarang "
" Bukankah masih satu jam lagi kita berangkatnya pak?"
" Menurut info traffic hari ini ada kecelakaan jadi kita harus nyari jalan lain dan jalan lain memakan waktu yang lebih lama buat sampai di kantor,"
" Baik pak,"
...****************...
Yasmin benar-benar dibuat takjub dengan kemegahan kantor pusat Perusahaan Dhananjaya Group. Dari segi bangunan maupun interior nya sangat mewah dan berkelas. Pasti Arvin memiliki kesibukan di kantor ini tapi mengapa pria itu lebih sering menghabiskan waktu bekerja di kantor cabang perusahaan Dhananjaya yang terbilang kecil dan tidak ada apa-apanya dengan perusahaan pusat.
" Sebentar lagi meeting diadakan, kamu sudah siap?" tanya Arvin. Saat ini mereka berjalan beriringan memasuki lift untuk sampai di ruang meeting.
" Siap pak," jawab Yasmin berlainan dengan hatinya yang merasa gugup. Ia tidak pernah bekerja di perusahaan sebesar ini. Ia takut kemampuannya tidak sebanding dengan sekretaris Arvin yang lain. Meskipun ia lulusan S2 tapi pengalamannya tidak sebanyak itu. Ia pernah terpuruk dan lebih suka menghabiskan waktu di rumah. Ini merupakan pekerjaan pertama Yasmin setelah menganggur cukup lama.
" Kamu tenang aja, ada saya. Nanti kalau kamu ada yang nggak ngerti santai saja, tidak ada yang berani menekan kamu. Karena kamu,,,,,," di dalam lift Arvin berucap sembari menatap wajah Yasmin. Ia bisa melihat gurat kegugupan di wajahnya. Dalam hati Arvin tersenyum, menurutnya Yasmin terlihat sangat lucu untuk saat ini. Perempuan polos dan kolot akhirnya bergaul dengan banyak orang.
" Karena kamu adalah orang saya. Saya bos nya, tidak ada yang berani menindas bawahan saya," lanjut Arvin kemudian menyingkirkan anak rambut Yasmin yang sedikit berantakan. Jujur saja penampilan Yasmin siang ini mampu membuatnya pusing. Pusing takut hatinya goyah memilih meninggalkan Esther dan berpaling untuk kakaknya.
Di dalam ruang meeting sudah berkumpul banyak orang. Mereka terlihat rapi dan mencolok dalam segi berpakaian. Yasmin bisa membayangkan berapa harga outfit yang dipakai mereka hari ini. Yang pasti senilai dengan gajinya sebelum menjadi sekretaris.
" Baiklah semua, meeting bisa kita mulai siang ini," ucap Arvin kemudian mengambil tempat duduk diikuti Yasmin yang duduk di kursi kosong.
" Baik Pak Arvin rapat dimulai dengan penjelasan dari divisi pemasaran. Ada beberapa aplikasi pesaing yang menyamai sistem aplikasi kita. Bedanya mereka menawarkan biaya layanan untuk aplikasi tersebut dengan harga di bawah kita. Hal ini berdampak sekitar kurang dari dua persen presentase penggunaan aplikasi kita di kalangan masyarakat menjadi menurun,"
" Oke lanjutkan," ucap Arvin sembari mendengarkan. Bukan hanya mendengarkan sesi rapat, pria itu juga fokus memperhatikan wajah Yasmin yang sibuk menyimak rapat. Arvin heran, daya pikat apa yang Yasmin berikan kepadanya sehingga membuatnya betah menatap wajah Yasmin untuk waktu yang lama.
" Langkah pertama yang mungkin dapat kita lakukan adalah menyamai harga yang ditawarkan oleh pesaing. Dengan begitu produk aplikasi milik kita kembali digemari masyarakat. Karena bagaimanapun produk aplikasi kita adalah produk aplikasi yang pertama kali muncul, akan sangat mudah untuk mendapatkan atensi masyarakat untuk berpihak kepada kita" ucap seseorang yang mewakili divisi pemasaran.
" Oke ide yang cukup lumayan tapi saya kurang merasa puas. Ada yang ingin menyanggah?" Meskipun fokusnya Arvin terhadap Yasmin tetap dirinya tetap profesional dalam memimpin rapat.
" Mohon maaf pak saya sanggah. Seperti yang dikatakan sebelumnya jika produk aplikasi kita merupakan produk aplikasi yang pertama terbit, hal ini menjadi nilai plus karena produk kita dikenal lebih dulu. Tetapi apabila kita menurunkan harga biaya layanan menyamai dengan produk pesaing bukankah hal tersebut dapat membuat kredibilitas produk aplikasi kita menurun? Saya hanya ingin memberi saran, bagaimana jika kita tetap bertahan dengan harga biaya layanan yang ada namun untuk menarik daya minat masyarakat kita tambahkan fitur diskon. Kita gencarkan iklan fitur diskon tersebut di berbagai sektor agar masyarakat tahu pembaharuan aplikasi kita memang nyata. Hal ini diharapkan menjadi daya tarik tersendiri untuk masyarakat agar kembali memakai produk aplikasi kita," sanggah Yasmin.
" Saya sangat setuju," ucap Arvin disertai tepuk tangan yang diikuti peserta rapat lainnya.