NovelToon NovelToon
The Book

The Book

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Mata Batin / Kutukan / Hantu
Popularitas:23.5k
Nilai: 5
Nama Author: Dfe

Ziudith Clementine, seorang pelajar di sekolah internasional Lavante Internasional High School yang baru berusia 17 tahun meregang nyawa secara mengenaskan.
Bukan dibunuh, melainkan bunuh diri. Dia ditemukan tak bernyawa di dalam kamar asramanya.
Namun kisah Ziudith tak selesai sampai di sini.

Sebuah buku usang yang tak sengaja ditemukan Megan Alexa, teman satu kamar Ziudith berubah menjadi teror yang mengerikan dan mengungkap kenapa Ziudith memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Belum berakhir

Setelah hari itu, setelah kemunculan Ziudith dengan wujud mengerikan di dalam kamar asrama miliknya, Megan jadi makin menutup diri. Orang-orang akan berpikir jika dia melakukan hal itu karena kehilangan Samuel, tapi tidak! Setelah melihat kematian ada di mana-mana, ada di sekelilingnya, Megan jadi menyadari sesuatu.... Antara hidup dan mati itu terdapat batas garis yang sangat tipis!

Sekarang dia ada di dalam kelas, perasaan tak nyaman muncul lagi. Bukan karena tidak enak badan tapi karena sosok Ziudith sedang ada di sana! Duduk menyeringai seram sambil menggoyangkan kakinya di meja teacher. Padahal hari-hari kemarin sosok Ziudith tidak semenakutkan ini, tidak pernah muncul menampakkan diri, tapi sekarang dia jelas-jelas seperti hantu yang berkeliaran di mana-mana! Sialnya, Ziudith memang sesosok hantu sekarang. Hantu yang hanya bisa dilihat oleh Megan saja.

Ziudith melayang pelan, dia duduk di kursi yang dulu dia tempati. Kursi itu selalu kosong. Tidak ada yang mau duduk di sana. Tapi yang menyeramkan, matanya terus mengawasi Megan. Megan pura-pura tidak melihatnya tapi gagal. Sedetik kemudian, teriakan Megan terdengar lantang ketika Ziudith berpindah cepat di depan wajahnya.

Dengan mulut terbuka lebar, matanya yang melotot tajam, lidahnya yang basah memanjang mengeluarkan cairan hijau bening menjijikan yang jatuh di atas buku catatan Megan.

"AAAAARRRRGHHHH!!!" Megan melompat dari kursinya. Dia memegang dadanya yang nyaris kehilangan detak jantung.

"Hei! Ada apa Megan?! Bisakah kau bersikap tenang? Kau menggangu murid yang lain!!" Teacher memberi Megan peringatan karena menganggap Megan membuat kegaduhan di dalam kelas.

"Ta--tapii... Ak-Aku.. Mr, itu-- Ada..--" Megan menunjuk ke arah meja dan kursinya tadi.

Semua orang ikut menatap ke arah yang ditunjuk Megan, wajah mereka mengisyaratkan keinginan tahuan. Namun ketika melihat ke arah yang Megan tunjuk, tidak ada apa-apa di sana. Kosong.

Ya, kosong. Ziudith sudah tidak ada di sana. Tapi Megan tidak ingin duduk di kursi itu lagi. Dia meminta pindah tempat duduk. Karena banyak bangku yang kosong, teacher membiarkan Megan duduk di manapun, asal jangan berisik.

Namun baru saja pindah tempat duduk, Megan dibuat terkejut dengan bola mata yang jatuh tepat di pangkuannya. Bola mata itu masih meneteskan darah. Memandang Megan penuh. Megan membekap mulutnya, dia tahu ini halusinasi, fatamorgana, atau apapun itu sebutannya, tapi untuk tidak berteriak sangat mustahil dilakukan

Megan membuang bola mata itu dengan tangannya, dilempar ke sembarang arah, sebelum dia mendengar suara.....

"AMBIL!! KAU MAU TERUS BERPURA-PURA BUTA HAH?? YANG KAU BUANG ITU MATAKU, KENAPA TIDAK KAU CONGKEL MATAMU SENDIRI LALU MEMBUANGNYA!!" Teriakan itu sangat lantang, sangat jelas di telinga tapi sayangnya hanya Megan saja yang mendengarnya.

Gadis itu menggeleng keras. Dia menolak perintah suara tadi. Yang terjadi adalah... Di papan tulis putih itu tercetak tulisan warna merah darah..

'Penjahat yang sebenarnya adalah dia yang melihat tapi pura-pura buta. Dia yang mendengar tapi pura-pura tuli. Dia yang bisa bicara tapi pura-pura bisu. Jadi apakah kau penjahat itu?'

Sekujur tubuh Megan menggigil. Dia kedinginan, seorang pasien hipotermia bisa menggambarkan betapa menggigilnya Megan saat ini.

Dengan bibir yang mulai membiru, Megan ambruk di dalam kelas. Selain fisiknya, Megan juga sakit secara psikis. Teacher dan teman sekelas Megan terkejut, sesaat pelajaran dihentikan. Megan di antar ke health center untuk mendapat penanganan.

Ketika keluar dari kelasnya, tak sengaja, Arkana melihat Megan dibopong seorang laki-laki menuju health center. Tadinya Arkana izin ingin ke toilet, tapi daripada ke toilet, Arkana lebih memilih melipir ke health center saja. Ingin tahu apa yang terjadi pada Megan.

"Dia kenapa?" Tanya Arkana pada Felix. Lelaki berkacamata yang ngos-ngosan setelah meletakkan tubuh Megan di ranjang istirahat health center.

"Tidak tahu. Tadi di kelas tiba-tiba dia berteriak keras, teacher menegurnya. Tapi setelah itu dia tak sadarkan diri. Ar, bisa minta tolong kau jaga dia di sini? Aku belum menyelesaikan catatan ku, aku takut semua sudah selesai mengumpulkan tugas ketika aku kembali." Felix berkata sambil membetulkan letak kacamatanya.

Arkana mengangguk. Urusan dapat hukuman dari guru yang mengajar di kelasnya karena dianggap bolos dari pelajaran itu pikir saja belakangan. Sekarang yang ingin dia lakukan adalah berada di dekat Megan.

Seseorang perawat yang bekerja khusus untuk Lavente selesai memeriksa Megan, katanya Megan hanya syok dan kelelahan. Membiarkannya istirahat akan membantu memulihkan kondisi kesehatannya, ujar perawat itu.

"Megan, apa kau tahu.. Aku sudah tahu semuanya. Ziudith memberitahu lewat memori yang dia miliki... Mungkin ini terdengar konyol dan tidak masuk akal tapi itulah yang terjadi, Ziudith memberitahu padaku semuanya."

Arkana bicara pada Megan yang belum sadarkan diri.

"Megan, akhir-akhir ini sangat berat untuk mu. Untuk kita semua, jangan menyimpan apapun sendiri. Kau bisa membaginya dengan ku. Aku bukan ingin mengambil kesempatan untuk mendekati mu karena semua yang telah terjadi, tapi aku hanya ingin menjadi teman yang baik yang siap mendengar cerita mu kapan saja."

"Kau tahu... Semua hal mengerikan ini terjadi karena semua orang menolak mendengar dan mau peduli pada penderitaan Ziudith.." Lirih Arkana.

"Apa kau juga menyalahkan ku?" Suara Megan serak, dia sudah membuka matanya.

"Apa maksud mu? Ah, sebentar.. Kau ingin minum? Kau butuh sesuatu? Aku akan memanggil petugas kesehatan ke sini jika kau mau.." Arkana ingin beranjak dari duduknya tapi dicegah Megan. Tangan Megan menarik jemari Arkana.

"Tetaplah di sini... Aku takut..."

Bibir Megan bergerak menekuk ke dalam. Ingin bicara lebih tapi yang dia lihat adalah... Sosok Ziudith ada di lemari tempat penyimpanan obat. Dia duduk di sana dengan pandangan mengerikan, senyum pahit yang mampu menikam jantung Megan.

"Apa yang kau takutkan? Apa kau juga ditemui Ziudith? Dia juga mengatakan segalanya padamu?? Berarti tidak cuma aku yang gila di sini.. Syukur lah." Arkana tersenyum hangat.

Yang pemuda itu tidak tahu adalah, Megan berusaha menyembunyikan dirinya dari sosok Ziudith yang terus mengintainya, dengan cara lebih mendekat ke arah Arkana. Megan sampai menggunakan bantal untuk menghalau apa yang dia lihat.

"Dia ada di sini, Ar..." Bisik Megan pelan. Megan menggigil lebih hebat. Dia menatap Arkana seakan ingin memastikan jika lelaki itu benar-benar nyata, bukan ilusi lain yang dikirim Ziudith.

"Dia... dia tidak pergi, Ar... Dia duduk di sana..." Jemarinya menunjuk ke lemari penyimpanan obat di sudut ruangan. Tubuhnya merunduk, napasnya sesenggukan. "Matanya... Dia menatapku... Apa kau tidak melihatnya?"

Arkana melirik dengan cemas. Lemari itu hanya lemari, tidak ada apapun di sana kecuali bermacam obat yang ada di dalamnya. Tapi entah kenapa hawa dingin merambat ke tengkuknya. Ia tak ingin menambah ketakutan Megan, jadi dia tak menjawab pertanyaan itu. Sebagai gantinya, Arkana menggenggam jemari Megan lebih erat.

"Dia... dia bilang... aku sama saja seperti yang lain," Megan terisak.

"Aku lihat dia dikucilkan, tapi aku diam. Aku dengar dia menangis di kamar mandi malam-malam, tapi aku pura-pura tidur. Aku... aku pikir kalau aku tak ikut campur, semua akan selesai sendiri..."

Suara Megan patah di tengah kalimat. Tangisnya pecah, menyesakkan dadanya yang sejak tadi serasa dikunci beban tak kasat mata.

"Aku penjahat, Ar... Dia bilang... aku penjahat..."

Arkana mengusap punggung tangan Megan, berusaha menenangkan. Tapi saat dia hendak bicara, lampu di ruangan itu berkedip-kedip, lalu padam sekejap. Dalam kegelapan itu, Megan menjerit.

Cahaya kembali menyala.

Ziudith sudah ada di dinding. Melakukan gerakan merayap bagai seekor kadal raksasa. Rambutnya tergerai panjang menutupi wajahnya, karena dia merayap dengan posisi terbalik. Dari celah rambutnya, Megan bisa melihat sorot mata merah milik Ziudith.

"Tenangkan dirimu.. Ada aku! Ada aku, Megan."

Arkana memeluk Megan ketika dia kembali menjerit.

"Ziudith, aku tidak bisa melihat mu tapi aku bisa merasakan kehadiranmu di sini. Ziudith, kau sudah menunjukkan kebenaran padaku, aku pikir semua ini sudah berakhir ---"

"Berakhir? Belum... Kikikikikiiiik, kau tidak tahu apapun. Masih ada dua jiwa yang harus ikut dengan ku.... Tebak, siapa??"

Tidak ada wujud tapi ada suara. Kalimat Arkana terpotong oleh suara Ziudith di dalam kepala Arkana.

"Astaga!" Spontan Arkana melonjak terkejut.

Bagaimana tidak terkejut ketika dia merasakan ada tetesan cairan yang jatuh membasahi lengannya ketika memeluk Megan, cairan merah itu dari atas. Arkana menatap dan memastikan apa yang jatuh mengenai tangannya. Dan dia bisa tahu ketika jarinya menyentuh lalu mendekatkan cairan merah kental itu ke dekat hidungnya.

"Darah...." Arkana lansung mendongak ke atas.

Sekali lagi, jantung Arkana seakan ingin lompat dari posisinya dan kehilangan detaknya ketika melihat sosok Ziudith menyeringai menyeramkan dari atas langit-langit health center lalu melesat cepet ke bawah tepat di depan wajahnya, menyisakan jarak beberapa centi saja. Dan cairan merah pekat yang menetes tadi berasal dari mulutnya..... Mendadak Arkana ikut kehilangan kontrol atas dirinya.

Ketegaran serta rasa aman yang tadi ingin dia salurkan pada Megan, mendadak pergi entah kemana. Dia sendiri ketakutan sekarang!

Detik berikutnya, ruangan health center berubah menjadi koridor sekolah. Semua seakan berputar. Hal yang mustahil terjadi rupanya bisa muncul di depan mata Arkana dan Megan sekarang ini. Keduanya di bawa ke dalam memori Ziudith. Memori ketika Ziudith dirundung oleh Patricia, dicekik dan disemprot cairan lada oleh Nancy.

Arkana dan Megan saling tatap, mereka tahu ini bukan mimpi, juga bukan halusinasi, tapi sepenggal memori yang Ziudith ingin bagi pada mereka.

"Ar, tolong hentikan mereka!! Mereka bisa membuat Ziudith terluka!!" Teriak Megan sambil menarik ujung serajam Arkana.

"Sayangnya meski aku ingin tapi aku tidak bisa melakukannya, Megan. Semua yang terjadi itu bukan masa sekarang, tapi masa lalu Ziudith. Dia ingin kita melihat apa yang terjadi padanya..." Ucap Arkana pelan.

"Kenapa?? Untuk apa??? Ar, Patricia dan Nancy sudah meninggal. Ziudith bahkan telah menuliskan semuanya itu di dalam buku, kenapa kita harus melihat semua ini?? Tujuannya apa??" Lagi-lagi Megan bertingkah seperti kehilangan kontrol dirinya. Dia seperti bukan Megan yang pendiam, dia begitu emosional dan meledak-ledak.

"Karena kalian harus melihat target The Book selanjutnya.... Lihat! Lihat orang itu??? Dia melihat semuanya, melihat ku dicekik, melihat ku dianiaya, tapi dia diam. Dia malah berlari, seperti pengecut yang ingin bersembunyi di balik wajah polosnya. Kikikikiiiiiiik.. Dia munafik! Bukankah orang munafik harus ikut terbakar bersama ku di neraka??" Ziudith bersuara.

Arkana dan Megan mencari siapa yang Ziudith maksud, melihat ke segala penjuru koridor memastikan ada orang lain selain Ziudith, Patricia, atau Nancy di sana... dan mereka melihat gadis berwajah polos sedang menyaksikan kejadian pembullyan Ziudith kala itu dengan tubuh bergetar, bersembunyi di balik pintu health center. Dia adalah Queenza!

Dan benar seperti apa yang Ziudith katakan, alih-alih menolong.. Queenza malah berjalan cepat meninggalkan pemandangan yang menurutnya mengerikan! Bukan berlari , tapi berjalan secepat yang dia bisa. Queenza tidak kembali, benar-benar hilang ditelan kesunyian koridor dan menyembunyikan fakta, jika hari itu ada sorot mata mengharap dari seorang gadis berkacamata yang menanti datangnya Queenza untuk sekedar membantunya berdiri atau menyeka air matanya dengan sapu tangan.

"Queenza...? Apa dia target berikutnya?" Tanya Megan dengan suara bergetar.

"Tapi dia seperti tidak pernah terlibat masalah apapun. Dia gadis pendiam, Megan." Jelas Arkana tidak percaya jika Queenza mampu melakukan perundungan pada orang lain.

"Dia yang pendiam... Memang harus diam selamanya! Kalian tahu, yang menyakitkan adalah... Kalian melihatku hidup di sekitar kalian, tapi kalian menganggap ku seperti orang mati! Membiarkan semua kekejaman terjadi padaku!! Kalian melihat tapi, lebih senang menjadi buta!!!"

Ziudith bicara penuh amarah. Matanya menyala merah. Kedua tangannya terulur meraih leher Megan dan Arkana lalu mencengkeram keras. Ini terasa menyakitkan untuk mereka berdua.

"Ar..... A--apaaa.. Kita akaaaan maatii sekarang??" Ucap Megan putus-putus.

1
🟢🌻ֆɦǟզʊɛɛռǟ ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ🌻
biarkan sja mereka mati megann siapa suruh gak percaya🙄🙄
🟢🌻ֆɦǟզʊɛɛռǟ ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ🌻
dihhh jaga tuh mulut mu iti kl kamu tuh udah jadi target dr the book gak bakal.selamt lagi aliass koitt🤣🤣🤣
🍊 NUuyz Leonal
please lah Thor aku ko ya yg cape gini berasa aku yng di kejar kejar sama hantu nya
🍊 NUuyz Leonal
asli padahal aku takut tapi masih nekat aja baca😫😫😫
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
ish kalo Megan mati, selese donk ceritanya..
Kan Megan pemeran utamanya
ㅤㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ ㅤ ㅤㅤㅤㅤㅤ𒈒⃟ʟʙᴄ
itu si ziu kok minta di bunuh sekali lagi yaa😤😤iblis mana sih menyerupai ziu sampai segitunya sama megan🤦‍♀️🤦‍♀️🚶🏿‍♀️🚶🏿‍♀️🚶🏿‍♀️
Huewir Ruek 𝐙⃝🦜
ihhhh ksian Ziudith
tadinya kami menyanjung dan mengasihaninya Krn nasib tragis yg menimpanya
tapi sekarang kami membencinya karena dendam yg membabi-buta
dikira jadi saksi kejahatan itu mudah apa?
dipikir kalo kita mengadukan ke pihak berwajib juga akan bisa 'menolong' sang korban sebagaimana mestinya?
disangka kalo kita jadi saksi gak akan kena beban moral dari sonosini?
huhhhh dasar iblissss, emang udh tabiatnya berbuat sesaddddd lagi menyesadkannn😤😤😤
𝐙⃝🦜尺o
apa ziu perlu mati lagi biar lenyap?
𝐌𝐄𝐍𝐘𝐄𝐌𝐄𝐍𝐘𝐄 😏
thorrr oeiiii.. kok habis.. ga bisa skrol lagi ini😤😤😤😤
𝐌𝐄𝐍𝐘𝐄𝐌𝐄𝐍𝐘𝐄 😏
untung ga ketemu ladhu... bisa berabe negonya🤣
Rita Ariani
kasian megan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
itu mah bukan ziu tapi iblis yang menyerupai ziu😒😒yuk megan kamu bisa melawan rasa takut dalam dirimu 🙈🙈🚶🏿‍♀️🚶🏿‍♀️🚶🏿‍♀️
𝐇𝐁𝐃 𝐄𝐑𝐋🎉🎊
sepertinya sia² Meg..
karna kmn pun kamu pergi, dia selalu mengikutimu
𝐇𝐁𝐃 𝐄𝐑𝐋🎉🎊
lagu siapa nih?
bae² kena royalti ntar🚴🏻‍♀️🚴🏻‍♀️🚴🏻‍♀️
𝑨𝒌𝒖 𝑴𝒂𝒚𝒂🎐ᵇᵃˢᵉ
Megan akan menjadi sasaran terakhir ziudith kah??
Megan tidak pernah jahat kepada ziudith,tapi kenapa Megan selalu di buru oleh Ziudith???!
𝐙⃝🦜尺o
deritamu dan nasib burukmu gak harus menyeret orang lain yang gak berhubungan denganmu ziu, meski Megan cuek tapi dia gak jahat sama kamu
💖⃟🌹Ʃеᷟʀͥᴎᷤᴀᷤ🌹💖👥
Ya ampun,Ziudith ini ngeselin amat sih. Situ yg dibully koq minta balas dendam kesemua orang. Aneh lho..
Apakah Megan bakal kecelakaan,smoga enggak ah.. Jangan sampe
maya ummu ihsan
aku harap kalian tidak kalah dari iblis yg menyerupai ziudith
𝐇𝐁𝐃 𝐄𝐑𝐋🎉🎊
benar² bisa gila klo setiap hari selalu dihantui kek gitu🤦🏻‍♀️
𝐇𝐁𝐃 𝐄𝐑𝐋🎉🎊
knp seperti buah simalakama?
mau diem, diteror terus.. mau nolong, ehh malah lebih horor lagi juga🤦🏻‍♀️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!