Yun Bàntiān adalah pendekar pedang terkuat di dunia kultivasi. Terkenal, tampan, dan ditakuti... namun memilih hidup damai bersama istri dan anaknya, jauh dari hiruk-pikuk dunia.
Tapi kedamaian itu hancur ketika dua dewa turun dari langit—berniat membunuhnya demi menghentikan sebuah ramalan kuno.
Dalam pertempuran yang mengguncang dunia, Yun Bàntiān mengorbankan seluruh tubuh dan jiwanya… dan membunuh dua dewa sekaligus..
Namun kematian bukan akhir.
Ia terbangun di masa lalu—sebagai bayi!
Sayangnya, ingatannya telah hilang, tercerai-berai bagaikan bintang di langit.
Siapa dia sebenarnya?
Kenapa para dewa takut padanya?
Apa isi ramalan yang bahkan surga ingin lenyapkan?
Ini adalah kisah sang pendekar yang hidup kembali untuk mengubah takdir... dan menantang surga itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yun Ru Ze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19– Penyatuan Yin Dan Yang
Udara di kamar begitu itu hangat, diterangi cahaya lampu minyak yang redup. Tirai sutra merah menggantung di sekeliling ranjang, berombak ringan terkena hembusan Qi dari tubuh dua orang yang berdiri berhadapan. Di luar, bulan purnama bersinar pucat, memantulkan cahaya yang masuk melalui celah jendela, menyelimuti mereka seperti kabut perak.
Luo Qīngméi berdiri satu langkah di depan Yun Bàntiān, bibirnya melengkung nakal. Matanya yang dalam berkilat, memancarkan aura wanita yang tahu persis apa yang ia mau.
“Tiān’er…,” ucapnya pelan, suaranya seperti bisikan angin musim semi yang membawa racun mematikan, “tahu tidak… aku sudah menantikan saat ini seumur hidupku.”
Yun Bàntiān menelan ludah, tubuhnya menegang.“Eh… usiaku masih sepuluh tahun… apa kamu tidak malu?”
Luo Qīngméi hanya menggeleng kepalanya, senyuman nya bertambah lebar.“Malu? Tidak ada kata malu dalam dunia kultivasi ganda, Tiān’er… hanya Yin dan Yang yang saling menyatu.”
Ia melangkah maju, gerakannya anggun namun mengandung ancaman lembut. Kakinya menapaki lantai seperti tarian siluman malam, dan sebelum Yun Bàntiān sempat mundur, tubuhnya sudah didorong ke ranjang.
Ranjang itu terbuat dari kayu hitam cendana, mengeluarkan aroma harum yang samar bercampur dengan wangi tubuh Luo Qīngméi. Ia memanjat naik, gerakannya seperti macan betina yang hendak mencabik mangsanya. Jemarinya meraih kerah pakaian Yun Bàntiān, mencoba merobeknya. Namun sebelum kain itu sobek, gelombang Qi hitam lembut dari Yun Bàntiān menahan tangannya.
Ia cemberut dengan manja.
“Dasar Tiān’er… aku hanya bercanda. aku tidak akan merobek pakaianmu. Lebih baik kita… lepaskan saja perlahan.”
Senyum licik kembali bermain di bibirnya.“Aku melepas pakaianmu… dan kau melepas pakaianku. Adil, bukan?”
Yun Bàntiān, meski pipinya memanas, hanya mengangguk pelan. Tangannya bergerak kaku di awal, namun segera terbiasa. Ia membuka lapisan demi lapisan pakaian Luo Qīngméi, hingga yang tersisa hanyalah kain sutra putih tipis yang menempel rapat di kulitnya, memperlihatkan lekuk tubuh yang sempurna.
Sebaliknya, Luo Qīngméi melepas pakaian Yun Bàntiān dengan gerakan lincah—namun tiba-tiba, dengan tatapan menggoda, ia merobek sisa kain di tubuhnya dengan satu gerakan cepat.
“Qing’er!” ucap Yun Bàntiān, separuh kesal, separuh malu.
Namun Luo Qīngméi tidak mempedulikannya. Ia menindih tubuh Yun Bàntiān, tubuhnya hangat dan lembut, lalu menurunkan tirai ranjang. Bayangan mereka terperangkap di dalam cahaya remang, menyatu perlahan seperti dua arus sungai yang akhirnya bertemu di muara.
Gerakan Luo Qīngméi bagaikan badai. Ia menguasai ritme, memandu tubuh Yun Bàntiān dengan sentuhan yang membuat napasnya tercekat. Erangan lirih keluar dari bibirnya, terdengar seperti alunan musik surgawi yang hanya bisa didengar oleh dua hati yang terikat.
Di sekitar mereka, Qi hitam dari tubuh Yun Bàntiān dan Qi putih dari tubuh Luo Qīngméi mulai bercampur, berputar seperti pusaran Yin dan Yang yang saling mengejar. Aroma spiritual dari energi itu memenuhi ruangan, membuat udara bergetar.
Luo Qīngméi menggenggam tangan Yun Bàntiān, membimbingnya meletakkan telapak di pinggangnya yang ramping. Bibir mereka bertemu, saling mengunci, ciuman itu dalam dan panas, seolah mereka ingin menelan jiwa satu sama lain.
Desahan Luo Qīngméi makin nyaring seiring tempo gerakannya meningkat. Ranjang berdecit, tirai bergoyang, dan suara napas mereka bersahutan, mengisi ruang dengan irama yang hanya dimengerti oleh dua kultivator yang saling jatuh cinta .
“Qing’er… jangan terlalu cepat…” ujar Yun Bàntiān di sela napas beratnya.
Mendengar itu, Luo Qīngméi menurunkan tempo, gerakannya kini selaras dengan detak jantung mereka. Di telinga Yun Bàntiān, detak itu terdengar seperti genderang perang para kultivator yang sedang berperang .
Gelombang energi mulai terkumpul di dantian Yun Bàntiān, tanda puncak teknik kultivasi ganda semakin dekat.
“Lepaskan… sekarang!” bisik Luo Qīngméi, pupil matanya melebar, suaranya seperti perintah dan permintaan langsung.
Namun tepat sebelum puncak, ia memutar tubuhnya dengan kelincahan luar biasa. Dalam sekejap, ia berada di bawah, memandang Yun Bàntiān dengan tatapan menggoda.
“Sekarang… giliranmu yang memimpin.”
Tatapan Yun Bàntiān berubah. Kali ini, ia tidak lagi pasif. Tubuhnya bergerak, memasuki Luo Qīngméi dengan kekuatan penuh, seperti badai yang menghancurkan kebun suci yang tertutup embun. Suara erangan Luo Qīngméi kembali pecah, lebih nyaring, lebih murni.
Qi hitam dan Qi putih di sekitar mereka kini berputar liar, membentuk pusaran energi yang menembus atap spiritual ruang itu, seakan ingin memanggil perhatian langit. Pusaran itu memancarkan cahaya perak keemasan—tanda penyatuan sempurna Yin dan Yang.
Gerakan Yun Bàntiān cepat dan dalam, tapi tetap teratur, seperti seorang ahli pedang yang tahu persis di mana harus menusuk untuk membuat lawan menyerah. Luo Qīngméi melingkarkan kakinya di pinggangnya, tubuhnya gemetar, namun senyumnya tak hilang.
“Lebih dalam… Tiān’er… bawa aku lebih tinggi…” bisiknya, nyaris seperti sihir.
Energi mereka menyatu, mengalir melalui nadi spiritual, melewati delapan meridian utama, memecah penghalang yang ada di tubuh keduanya. Yun Bàntiān merasakan aliran kekuatan baru masuk ke tubuhnya, sementara Luo Qīngméi merasakan kehangatan Qi murni yang memenuhi seluruh dantiannya.
Puncaknya tiba seperti ledakan petir di tengah badai. Keduanya melepaskan energi pada saat yang sama, Qi hitam dan Qi putih meledak menjadi cahaya perak yang membutakan, melesat ke langit malam di luar jendela.
Di luar, angin berputar, bunga-bunga di halaman berjatuhan. Di ranjang, dua tubuh masih terhubung erat, napas mereka berat, namun mata mereka saling terkunci—penuh dengan sesuatu yang tak hanya sekadar gairah, tapi juga ikatan jiwa yang baru saja ditempa.
Luo Qīngméi tersenyum lemah, jemarinya menyentuh pipi Yun Bàntiān.“Sekarang… kita sudah melakukan yang dilarang…bibi Língxiāo”
Yun Bàntiān, masih terengah, hanya menatapnya, "Qing'er ini bukan salah ku tapi salah mu."
Luo Qīngméi tertawa centil "tentu saja ini salah kita berdua,kalau kamu tidak dipilih kita tidak akan seperti ini."
Yun Bàntiān mencoba turun dari tubuhnya Luo Qīngméi namun,Luo Qīngméi menariknya dengan manja,ia berkata dengan lembut "Apa kita sudah selesai seperti ini saja."
Yun Bàntiān melihat tatapan Luo Qīngméi yang membuatnya sedikit gemetar ketakutan karena tatapan itu seperti wanita yang belum puas melakukan nya.
Ia menghela nafas panjang "lebih baik kita selesai saja, bila sudah menikah sebanyak apapun yang kamu inginkan aku akan melakukannya."
Luo Qīngméi tersenyum tipis "ingat janjimu itu, Tian'er."
Yun Bàntiān perlahan melepaskan diri dari pelukan Luo Qīngméi, lalu mengambil pakaian dari cincin penyimpanannya dan mengenakannya kembali. Sementara itu, Luo Qīngméi masih berbaring manja di ranjang, matanya menatapnya dengan sorot menggoda yang membuat udara di antara mereka terasa kembali memanas.
Yun Bàntiān bergumam dalam hati dengan sedikit khawatir"sepertinya aku akan mendapatkan masalah setelah acara pernikahan."
Luo Qīngméi turun dari ranjang, mengenakan kembali pakaiannya dengan gerakan anggun. Begitu selesai, ia melangkah mendekat dan memeluk Yun Bàntiān dari belakang, bibirnya mendekati telinganya sambil berbisik menggoda, “Tiān’er… apa kau tidak berniat menghapus aroma yang tertinggal di kamar ini?”
Yun Bàntiān"..."
Ia menghapus aromanya dengan Qi-nya,Luo Qīngméi melirik lemari yang ada di ruangan itu saat membukanya ternyata terdapat pakaian wanita dan pria berwarna hitam putih seperti yang di gunakan oleh naga Yin dan Yang.
Dengan Senyuman tipis, Luo Qīngméi mengambil semua pakaian tersebut dan memasukkan nya ke cincin penyimpanan nya.
Ia berkata dengan lembut "Tiān'er kamu juga ambil pakaian itu,ini pasti hadiah dari Naga Yin dan Yang."
Yun Bàntiān mengaguk dan memasukannya semua ke cincin penyimpanan nya, setelah itu mereka keluar dari ruangan untuk bertemu Naga Yin dan Yang.