NovelToon NovelToon
Tentang Rasa

Tentang Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Asrar Atma

Menyukai seseorang tanpa tahu balasannya?
tapi dapatku nikmati rasanya. Hanya meraba, lalu aku langsung menyimpulkan nya.
sepert itukah cara rasa bekerja?

ini tentang rasa yang aku sembunyikan namun tanpa sadar aku tampakkan.
ini tentang rasa yang kadang ingin aku tampakkan karena tidak tahan tapi selalu tercegat oleh ketidakmampuan mengungkapkan nya

ini tentang rasaku yang belum tentu rasanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asrar Atma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Estafet

Pov Haneul Kamandaka

Dengan perlahan aku melangkahkan kaki, menghampiri mereka yang memakirkan motor didekat pohon kasturi. Sesekali aku menyentuh telinga ku yang masih terasa pedih, tapi juga membuat hangat yang lain, lalu senyum tipis muncul setelahnya.

"Haneul...." aku menyipitkan mata, melihat Rina berteriak sambil berlari mendekat pada ku.

"Kenapa?"Matanya merah, bibir terkatup rapat dan tanpa aba-aba langsung melingkar tangannya dipinggang ku, merasa bingung aku pun melihat pada Gato yang hanya mengangkat bahu.

"Ada apa, Rina?" Jawaban yang ku dapatkan hanya pukulan di dadaku dan Hoodie ku yang terasa basah, aku menguraikan pelukan ku. Dan dia terisak sambil mengusap pipinya yang basah .

"Aku khawatir Han sama kamu yang ngga muncul-muncul , aku takut kamu kenapa-kenapa"

"Aku baik Rina, lihat aja sekarang. Ngga kurang ngga lebih" bahkan sangat baik, apalagi jika lebih lama lagi Daniza dalam pelukan ku.

"Aku tadi manggil-manggil kamu sampai teriak-teriak, suara ku nyaris hilang, dan juga sempat narik Hoodie kamu, Han. Tapi...kamu...."Rina melayang kan pukulannya lagi di dada ku, lebih keras seakan ingin meluapkan seluruh emosinya.

"Aku dengar dan aku tahu, tapi kaki ku ngga bisa jalan buru-buru" aku menahan pergelangan tangan nya, yang ingin melayang kan pukulan selanjutnya. " yang penting semua amankan?" lalu menurunkan tangan itu ke sisinya, dan dia memasang wajah cemberut.

"Berkat Gato, yang bawa aku. Aku baik-baik aja" aku mengangguk dan mengajak nya berjalan mendekati Gato dan Dimas. "Udah selesai kan drama, romantis nya. Sekarang ayo kita pulang...aku merasa acara kondangan ini terkutuk. Ini pasti karena kentut Iil suka mengacau suasana, makanya acara nya juga jadi kacau" aku menerima helm dari Gato, lalu naik ke motornya.

"Tahu darimana Dimas? Kamu yang kutuk kah?" Dimas terkekeh seraya menaiki motornya, diikuti Rina dibelakang nya,"ketawa lagi, jawabannya itu?"ujarku lagi, dan dia mengangguk.

"Siapa yang tahu kenyataan, tapi sebenarnya bukan acara nikahan nya yang aku kutuk, tapi hubungan pertemanan. "

kami lalu bergerak untuk pulang setelah cerita Dimas tentang Iil, dan ditengah jalan, ketika melewati rumah Daniza aku menghadap kan seluruh wajah ku ke rumahnya dan siapa sangka mataku dapat bertemu dengannya yang tengah duduk di teras bersama warga yang berkumpul didepan rumahnya.

Matanya terlihat marah dan wajahnya begitu jengkel tapi dia tidak mengalihkan pandangan nya kali ini dan aku terkekeh kecil diantara bising motor. Apalagi ketika aku teringat bagaimana dia menungguku didepan teras nya waktu aku mengantar buku ke rumah Ali , bagaimana mata itu berbinar menatapku padahal aku hanya memandang nya tanpa senyuman, dan yang lucu bagaimana dia diteriaki Mama nya karena pekerjaan nya yang berantakan, dia seperti itu dulu dan sekarang berubah dan itu tidak boleh dibiarkan terlalu lama, karena meski tatapannya yang tajam aku sukai akan lebih baik lagi jika tatapannya yang berbinar itu kembali.

Hari itu aku sengaja bertanya pada Daniza "Rumahmu berdekatan dengan Ali kan? boleh titip buku paket Sejarah" dan aku tidak serius untuk itu, aku melakukannya Hanya karena ingin tahu bagaimana respon nya, setelah bertahun aku amati, dia memperhatikan ku.

Namun dia masih mengencewakan dengan jarak yang sengaja aku ciptakan , wajahnya pucat yang gugup dan tangan yang gemetar memegang sepatunya, apalagi jika lebih dekat lagi.

"Tidak....!" dan jawabannya sesuai harapan, memang itu yang inginkan- penolakan. Hanya saja aku merasa kurang,karena dia benar-benar tidak mau menambah percakapan nya, dan dengan terpaksa aku mengikuti alurnya-berhenti disana.

Dan ketika dia masuk kedalam kelas maka untuk berjaga-jaga dengan kewarasanku aku memilih pergi. Dan aku mengulanginya ketika pulang sekolah, dengan mengikutinya hanya untuk mencari tahu sedekat apa rumahnya dengan Ali.

###########

Selain saat dekat dengan ku, Daniza juga gugup untuk beberapa hal, olahraga salah satu nya. Itu terlihat dari bagaimana wajah nya menjadi pucat, kakinya yang terus bergerak-mengetuk ke bawah, dan sesekali menghembuskan napas.

Dia terlihat kecil diantara semua manusia yang ada disana, tapi matanya tetap memancarkan ke fokosan pada apa yang ada dihadapan nya saat ini.

Sementara aku hanya bisa duduk di bangku panjang dekat pohon jambu karena kaki ku yang tidak mungkin diajak untuk lari, dan itu membuat jumlah pembagian kelompok jadi ganjil, lalu dilakukan lah undian yang barangsiapa namanya keluar maka dia juga tidak perlu olahraga tapi akan tetap mendapatkan nilai dan masalah ini sudah di diskusikan sehingga tidak ada satupun yang merasa dicurangi.

"Tim yang menang nanti melawan tim menang yang lain dari kelas sebelah " jelas guru olahraga yang duduk ditengah, aku pun bertanya dengan pandangan yang tidak putus dari Daniza yang akan olahraga Estafet.

"Kapan dimulai nya Pak, Pertandingan ulang antar kelas?" Didepan sana, Daniza menerima tongkat dari Dimas menggunakan teknik pemindahan upsweep, seperti yang sudah ditentukan sebelumnya, sebelum tongkat yang terbuat dari bahan pipa itu berpindah tangan lagi.

"Itu nanti...bareng saja dengan Pertandingan sepak bola, untuk acara hari jadi sekolah kita." Guru olahraga menepuk pundak ku pelan, membuat ku menengok padanya yang tersenyum.

" Sayang sekali kamu ngga bisa ikut, padahal sudah dipersiapkan jauh- jauh hari"

"Masih ada yang lain Pak, tim kita akan menang." Lalu perhatian kami beralih pada lapangan besar ketika terdengar suara teriakan dan pekikan terdengar keras.

Tongkat Daniza terjatuh, tertinggal dibelakang nya dan dia diteriaki agar segera sadar untuk mundur. Dan Daniza melakukannya tapi ketika dia berlari lagi ke depan setelah mengambil tongkat, dia malah terjatuh dan kesulitan untuk bangkit. Kakinya kemungkinan terkilir, namun dia masih berusaha bergerak menyelesaikan Pertandingan, yang sayangnya tetap kalah cepat meskipun tongkat itu sudah diterima oleh Gato dengan teknik push pass, jarak 100 meter itu sudah dimenangkan kelompok yang lain.

Buku tangan ku belum sempat mengerjakan perintah otak ku untuk mengetuk ketika pintu kayu itu terbuka dari dalam, orang pertama keluar dengan mata terbelalak dan langsung memberikan ku pertanyaan.

"Mau lihat keadaan Daniza yaa, Han?"

"Tentu" setelah Winda , satu orang dibelakang keluar lagi, merasa lega dan bersyukur akan kedatangan ku.

" Baguslah kalo gitu, Daniza ada yang nemenin. Kami mau ganti baju sama ke kantin dulu!" Lalu keluar yang terakhir, dengan wajah serius, Lani memberi ku pesan.

"Jaga baik-baik Daniza, nya Han!" Aku mengangguk sambil tersenyum menatap kepergian ketiganya yang perlahan menjauh dari ruang UKS.

Aku memegang kenop pintu dan dengan perlahan mendorongnya, saat kaki ku masuk suara seseorang yang meringis terdengar dan mataku langsung tertuju pada Daniza yang duduk di brankar.

Mataku dengan cepat menilai keadaannya, celana olahraga nya ditarik sampai lutut yang diperban, lengan kaos olahraga dilipat sampai siku yang juga diperban. Aku melangkah perlahan berusaha keras tidak meninggalkan suara dari tongkat penyangga, mendekati nya yang tengah menatap kakinya. Namun ketika jarak kami semakin dekat, Daniza menyadarinya.

" Cepat bangat kalian datang nya, ngga jadi ?" Tapi dia tidak menengok dan belum tahu bahwa ini aku.

"Kaki ku keseleo kayanya, nanti suruh Mama cari tukang urut saja." Satu langkah kecil lagi aku akan sampai dihadapan nya, akan tetapi kepala nya lebih awal mendongak, mungkin karena telah melihat tongkat ku.

1
Abel Peony
Seliar Lalat
Abel Peony
Kacamata/Shhh/
Abel Peony
Awas, bau jigong!
Abel Peony
Jahil Banget, sumpah, deh!
Abel Peony
Jahil, yah!
rina Happy
haruskah aku mnunggu tamat dulu novelmu baru aku baca author?
aaaaaaa aku tak sanggup menungguuuu
Asrar Atma: hehehe sabar yaa, rina.
total 1 replies
Kesini
panas hanul
Kesini
sopan lah begitu
Kesini
wahhhh intens
Abel Peony
Huh/Shhh/
Abel Peony
Daniza itu anak alam
Abel Peony
Gatot, Hanul/Good/
Abel Peony
Masa langsung nanya bawaan orang, sih, Bu?
Kesini
kan benar Gato tau segalanya
Kesini
mertua mu kejam hanul
Kesini
walah Bu Gato itu
Kesini
banyak sekali pertanyaan
Abel Peony
Banyak duit, Si Han, ini. Pantesan Daniza suka.
Abel Peony
Masa, Dim?
Asrar Atma
wah...makasih Rina Happy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!