DI CINTA PRIA-PRIA TAMPAN

Langkah kaki Tania yang baru sampai di meja kerjanya, langsung di hadang Chiko yang menatapnya tajam.

"Apa yang terjadi? Kamu ngapain berantem sama si mulut bebek? Pak Rudi bilang apa sama kamu?" Chiko memberondong Tania penasaran.

"Gara-gara mulut bebek, gajiku dipotong tiga hari sama Pak Rudi." Keluh Tania jengkel menghempaskan pantatnya ke atas kursi dengan wajah merungut masam.

"Wah, nggak adil banget si Rudi." Chiko mengepalkan tinjunya geram.

Bagaimana pun juga, dia adalah fans Tania paling fanatik. Chiko nggak rela Tania dirugikan karena ulah Ratih yang dari dulu ia ketahui hobi bergosip.

"Aku sebal, huh! Padahal Pak Rudi sudah tahu kalau Ratih yang salah, tapi ia tetap menghukum ku." Dengus Tania tak terima.

Chiko jadi ikut kesal dengan keputusan Rudi kakak tirinya itu. Andai kantor itu miliknya, mungkin Tania tidak ia biarkan di gosipkan terus menerus oleh teman-teman sekantornya. Chiko bakalan pecat semua karyawan yang mengganggu Tania. Segitu besar cinta dan perhatiannya pada Tania.

Dret... Dret ... Dret...

Ponsel Tania bergetar di atas meja kerja. Tania sejenak bimbang mengangkat telpon dari nomor ponsel yang tidak ia kenal.

"Angkat saja, mana tahu penting." Saran Chiko yang sempat mencuri lihat nomor telpon yang menghubungi ponsel Tania.

"Halo?" Tania mengikuti saran Chiko.

"Halo Tania, ini Tante, mamanya Mike. Nanti kamu bisa kesini nggak habis pulang kerja? Mike baru sadar setelah melewati masa krisisnya, dari tadi dia nanyain kamu terus. Tante kehabisan akal untuk membujuknya." Tutur mama Mike terdengar gundah.

Tania jadi gembira mendengar kabar Mike yang sudah sadar dan bisa melalui masa krisisnya.

"Baik Tante, nanti aku mampir setelah pulang kerja."Jawab Tania bersemangat.

Tak lama setelah itu, komunikasi mereka pun terputus setelah mama Mike mematikan ponselnya.

"Kamu mau kerumah sakit lagi?" tanya Chiko dengan ekspresi wajah seolah tak rela melepas Tania pergi.

"Aku harus kesana, bukan cuma Mike, aku juga harus melihat keadaan Zyan." Tutur Tania sedih.

Mata indahnya yang lentik terlihat redup seolah ingin menangis. Mike adalah mantan kekasihnya, dan Zyan, adalah cinta pertamanya yang hingga saat ini masih menggetarkan hatinya.

"Aku boleh ikut?" Ujar Chiko berinisiatif untuk ikut daripada membiarkan Tania sendirian bertemu dua saingan cintanya yang punya kesan tersendiri dihati Tania.

"Boleh, asal kamu jangan bikin keributan." Sahut Tania acuh tak acuh.

"Siapa yang mau bikin ribut di rumah sakit? Serem tau, di kejar suster trus di bius. Aku yang tampan mempesona ini bisa di gerayangi perawat. Hilang perjaka ku." Ucap Chiko narsis habis.

Tania spontan mendelik, jarinya mengulur cepat. Gemas pengen nyubit, tapi si Chiko duluan menghindar sambil menjulurkan lidahnya.

"Gak kena, wek!" Sebelum Tania mengamuk, Chiko buru-buru kabur ke meja kerjanya dan memberi ekspresi genit dari kejauhan membuat Tania menahan senyum saking gregetan dengan ulah Chiko.

*****

Tania tak mampu menahan tangis ketika melihat kondisi Mike yang cukup parah. Kepalanya di perban, tangan kanannya patah dan sekujur tubuhnya penuh luka lebam.

"Mike, Mike, ini aku, Tania." Tania mendengus sesenggukan dihadapan mike yang terbujur lemah tak berdaya.

"Tan, Tania." Desis Mike lemah nyaris tak terdengar suaranya.

Tania menangis pilu dan meraih tangan kiri Mike yang terjulur hendak menggapainya.

"Iya Mike, ini aku." Sahut Tania disela tangisnya.

"Kamu menangis ya?" tanya Mike menatap Tania sedih.

"Enggak, aku nggak nangis kok." Sahut Tania cepat menghentikan tangisnya dan bergegas mengusap air matanya.

Mike tersenyum tipis. Menyentuh pipi Tania dengan lembut.

Chiko yang berdiri di samping Tania, hanya menghembuskan nafas panjang melihat adegan romantis yang terpampang dimatanya. Kesal bercampur cemburu, tapi apa daya, dirinya dan Tania belum punya status yang kuat yang dinamakan pacaran.

Mike menoleh sedikit kearah Chiko yang ternyata juga ikut bersama Tania. Sorot matanya terlihat tidak senang melihat kehadiran Chiko.

"Tania, uhk..." Mike berusaha untuk bisa duduk walau dalam keadaan terluka parah.

"Jangan dipaksakan Mike. Berbaringlah." ujar Tania menggenggam tangan Mike kuat dan mencoba menahan tubuh Mike agar tidak bergerak.

"Tubuhku sakit semua rasanya. Ugh, apalagi kedua kakiku, kayaknya sulit digerakkan." Keluh Mike mencoba mengangkat kakinya namun tak bisa.

"Jangan banyak gerak dulu Mike, kamu baru sadar." Tania memandang Mike penuh perhatian.

Sikap Tania yang penuh perhatian, membuat hati Chiko merasa panas. Apalagi ketika Mike bersikap manja pada Tania, Chiko merasa Mike sengaja membuat dirinya cemburu dan memanfaatkan situasinya untuk merebut perhatian Tania.

"Aku kok jadi lapar ya?" celetuk Mike tiba-tiba mengundang perhatian Tania lagi.

"Kamu belum makan ya?" tanya Tania khawatir.

"Belum..." geleng Mike dengan raut sendu.

Tania menatap kearah lemari kecil yang biasa di pergunakan untuk menaruh makanan. Tak ada makanan yang bisa mengenyangkan perut disitu. Hanya setumpuk buah-buahan yang tadi sengaja Tania beli dipinggir jalan, khusus untuk menjenguk Mike dan Zyan.

"Chiko, kamu mau nggak bantu aku belikan Mike makanan diluar?" tanya Tania tanpa perasaan minta bantuan pada Chiko yang langsung melotot tidak suka.

"Kenapa aku sih Tan!?" Chiko jadi dongkol.

"Trus, aku minta tolong sama siapa lagi?" Sahut Tania ikut jengkel.

"Masa kamu nyuruh aku sih Tan?" Chiko makin dongkol.

"Ya udah, kamu jagain Mike. Aku yang beli keluar!" dengus Tania beranjak pergi.

"Nggak usah, kamu disini aja. Aku yang beliin! Hhh..." Chiko mau mengalah karena lebih baik dia yang pergi daripada harus menjaga Mike yang pintar bersandiwara itu.

Senyuman smirk terukir di bibir Mike, melihat kepergian Chiko yang terlihat sangat dongkol untuk membelikan dirinya makanan.

"Mike, kenapa kamu bisa tabrakan dengan Zyan?" tanya Tania mendadak, membuat Mike menghilangkan senyumannya agar tidak terlihat oleh Tania.

"Semua ulah Zyan. Dia mengajakku kebut-kebutan di jalan." Jawab Mike jujur.

"Zyan? Dia yang memulai? Itu nggak mungkin." Tania kaget, tak percaya dengan ucapan Mike.

Setahu Tania, Zyan pria yang kalem, stay cool dan penyabar. Sejak kapan pria itu punya sifat suka ugal-ugalan?

"Kamu yakin Mike?" tanya Tania tak percaya.

Mike menghela nafas dalam. Dia terlihat kecewa karena Tania meragukan ucapannya.

"Dari dulu kamu tidak berubah Tania, dimatamu Zyan selalu jadi pria yang terbaik. Sedangkan aku, aku selalu jelek dimatamu." Desah Mike merasa terluka.

Tania termangu, dia tak bermaksud menyinggung perasaan Mike. Namun, kejujuran Mike membuat hatinya gelisah. Zyan tidak mungkin berprilaku di luar batas, kecuali ada suatu hal yang mempengaruhinya hingga dia berbuat demikian.

"Kamu tanya sendiri sama Zyan. Biar kamu tahu, siapa yang memulai petaka ini." Ujar Mike lagi seakan tak terima selalu dipandang jahat oleh Tania.

"Maafkan aku Mike," ujar Tania lirih, merasa bersalah karena meragukan Mike.

Pikiran Tania sejenak menerawang, memikirkan Zyan yang belum juga ia ketahui kabarnya. Hatinya diliputi tanda tanya besar, kenapa Zyan bisa berubah drastis, Zyan yang dulu tenang dan suka mengalah, kemarin memang terlihat rusuh dan emosional hingga mau berkelahi dengan Chiko.

Tania bingung, mau menjenguk Zyan, tapi takut bertemu kedua orang tua Zyan yang menurut cerita temannya dulu, sangat angkuh dan tidak suka Zyan bergaul dengan sembarang orang.

"Zyan, bagaimana kabarmu?" Tania membatin, merasa gundah dalam hatinya.

.

.

.

Apakah Tania bisa bertemu Zyan lagi?

BERSAMBUNG.

Bab 20 sudah selesai, jangan lupa like, komen, Vote dan gift nya ya 🤗🤭 Bantu retensi karya author agar tetap naik, support terus ya 🙏

MAKASIH BANYAK SEMUANYA 🥰😍🌹