Adriella menjalani hidup penuh luka dalam balutan kemewahan yang semu. Di rumah milik mendiang ibunya, ia hanya dianggap pembantu oleh ayah tiri dan ibu tirinya. Sementara itu, adik kandungnya yang sakit menjadi satu-satunya alasan ia bertahan.
Demi menyelamatkan adiknya, Adriella butuh satu hal, warisan yang hanya bisa dicairkan jika ia menikah.
Putus asa, ia menikahi pria asing yang baru saja ia temui: Zehan, seorang pekerja konstruksi yang ternyata menyimpan rahasia besar.
"Ini pasti pernikahan paling sepi di dunia,” gumam Zehan.
Adriella menoleh pelan. “Dan paling sunyi.”
Pernikahan mereka hanyalah sandiwara. Namun waktu, luka, dan kebersamaan menumbuhkan benih cinta yang tak pernah mereka rencanakan.
Saat kebenaran terungkap dan cinta diuji, masihkah hati memilih untuk bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Cincin
Setelah menunjukkan tiket dan masuk ke dalam studio, Adriella dan Zehan memilih tempat duduk di bagian tengah, cukup strategis dan tidak terlalu dekat dengan layar. Lampu studio masih menyala redup, dan beberapa penonton mulai berdatangan.
Adriella duduk sambil merapikan rambutnya ke belakang telinga. "Ramai sekali. Sepertinya film ini banyak peminatnya," katanya pelan.
“Um,” angguk Zehan, sambil meletakkan botol air mineral di tempat gelas.
Lampu studio perlahan padam, menandakan film akan segera dimulai. Musik pembuka bergema dan logo rumah produksi tampil di layar besar.
Sepanjang film, beberapa adegan berhasil membuat mereka tertawa. Zehan sesekali melirik ke arah Adriella dan tersenyum saat melihat wajahnya yang santai dan tertawa lepas.
Di tengah film, ada satu adegan lucu yang membuat seluruh penonton tergelak. Adriella menepuk ringan lengan Zehan sambil berbisik, “Bukankah kamu mirip dengannya saat kita pertama kali bertemu.”
Zehan menahan tawa. “Hei, jelas aku lebih tampan darinya.”
Adriella menutup mulutnya menahan tawa agar tidak terlalu keras. Mereka tertawa bersama, dan untuk sesaat, dunia luar terasa jauh sekali.
Film berakhir dengan tepuk tangan ringan dari penonton. Lampu kembali menyala, dan mereka bangkit dari kursi sambil masih tersenyum.
“Aku senang kita nonton ini,” ucap Adriella saat mereka melangkah keluar dari studio.
“Aku lebih senang liat kamu ketawa,” jawab Zehan pelan.
Hari itu, bioskop bukan hanya tempat hiburan. Tapi tempat kecil di mana tawa dan kehangatan mengisi celah hubungan mereka, semakin menguatkan ikatan yang semula hanya pernikahan palsu.
🍁🍁🍁
Setelah keluar dari studio bioskop, Adriella dan Zehan berjalan menyusuri lorong pusat perbelanjaan. Mereka masih tertawa kecil membicarakan adegan-adegan lucu yang barusan mereka tonton. Zehan kemudian menoleh ke arah Adriella.
“Kamu lapar?”
Adriella mengangguk. “Lumayan. Kita makan siang, yuk.”
Mereka berjalan menuju lantai dua pusat perbelanjaan, di mana deretan restoran berjajar rapi. Pilihan mereka jatuh pada sebuah restoran bertema pasangan, dengan interior hangat, pencahayaan lembut, dan meja-meja kecil yang ditata intim. Ada bunga segar di setiap sudut dan musik akustik mengalun pelan.
Pelayan menyambut mereka dengan ramah dan mengantar ke meja dekat jendela. Dari sana, mereka bisa melihat taman kecil di luar dan lalu lintas kota yang mulai padat.
Zehan membuka menu sambil berkata, “Restoran ini kelihatan cocok buat kita. Beda dari suasana rumah yang suram dan tegang.”
Adriella tersenyum, matanya memindai daftar makanan. “Iya, tenang dan nyaman.”
Daftar makanan cukup panjang dan membingungkan.
“Aku nggak tahu harus pesan apa,” gumam Adriella sambil melihat satu per satu pilihan.
“Banyak banget ya pilihannya,” ujar Zehan, memiringkan kepala.
Melihat kebingungan mereka, pelayan mendekat dengan senyum ramah. “Kalau boleh saya sarankan, kami punya paket couple yang cukup populer. Sudah termasuk dua hidangan utama, minuman spesial, dan dessert berbentuk hati untuk berdua.”
Zehan dan Adriella saling melirik sebentar, lalu mengangguk bersamaan.
“Paket itu saja, ya,” kata Zehan.
“Baik, mohon ditunggu sebentar,” jawab pelayan itu sebelum berlalu.
Sambil menunggu makanan datang, mereka mengobrol santai. Suasana restoran yang tenang membuat percakapan mereka terasa lebih ringan dan akrab.
“Terima kasih ya, udah ngajak aku hari ini,” kata Adriella pelan.
Zehan menatapnya dan tersenyum. “Harusnya aku yang bilang gitu. Kamu udah bikin hariku jauh lebih menyenangkan.”
Saat makanan datang, mereka menikmati hidangan sambil sesekali saling bertukar komentar tentang rasa dan presentasi. Tawa dan obrolan mengalir tanpa beban.
Di antara hidangan, candaan, dan senyuman itu, tanpa mereka sadari, hari biasa berubah menjadi kenangan yang luar biasa.
🍁🍁🍁
Setelah makan siang, Adriella dan Zehan memutuskan untuk berjalan-jalan menyusuri lantai lain di pusat perbelanjaan. Mereka melihat-lihat tanpa tujuan khusus, hanya menikmati waktu bersama tanpa tekanan.
Saat melewati sebuah butik perhiasan dengan etalase kaca yang berkilauan, Zehan tiba-tiba berhenti dan menarik tangan Adriella pelan.
“Eh? Mau ke mana?” tanya Adriella heran.
“Masuk sebentar,” jawab Zehan sambil tersenyum misterius.
Mereka masuk ke dalam toko perhiasan yang tenang dan beraroma lembut. Seorang pramuniaga langsung menyambut dengan ramah. Zehan berjalan langsung ke etalase bagian tengah yang dipenuhi cincin.
“Zehan, kita ke sini mau apa?” bisik Adriella pelan.
“Waktu kita nikah dulu, kita nggak punya cincin, kan?” ujar Zehan sambil menatap etalase. “Mumpung ada di sini, aku mau beliin kamu cincin pernikahan. Coba kamu pilih. Kamu suka yang mana.”
Adriella menatapnya sejenak, terdiam.
Cincin nikah, simbol pernikahan yang melambangkan cinta dan komitmen abadi pasangan.
Mereka awalnya bukanlah pasangan sungguhan, pernikahan mereka palsu, jadi tidak membutuhkan cincin seperti itu. Tapi, sekarang berbeda, mereka telah melewati batas itu. Batas hubungan palsu yang kini menjadi nyata.
Adriella tersenyum dan perlahan ia ikut menunduk melihat deretan cincin yang tertata rapi. Beberapa dengan desain sederhana, beberapa berhiaskan permata kecil yang berkilau, berwarna emas, dan putih.
Pramuniaga menunjukkan beberapa pilihan, dan Adriella tertarik pada satu cincin emas putih dengan ukiran halus dan berlian kecil di tengah.
“Coba yang ini, ya?” katanya ragu.
Pramuniaga mengangguk dan memberikan cincin itu untuk dicoba. Adriella menyelipkannya ke jari manis, dan senyum kecil muncul di wajahnya. “Cantik banget.”
“Pas banget di jari kamu,” ujar Zehan sambil mengangguk puas.
Namun saat Adriella menanyakan harganya, pramuniaga menyebut angka yang membuatnya langsung menegang.
“Zehan... ini mahal banget. Kita nggak usah beli, ya. Aku nggak mau kalau sampai kamu buang uang sebanyak ini hanya untuk membeli cincin.”
Zehan mengerutkan dahi. “Kenapa nggak? Kamu suka, kan?”
“Tapi uangnya dari mana? Aku belum dapat gaji bulan ini, dan tabungan serta warisan, semuanya udah habis buat pengobatan Alessia.”
Zehan tersenyum tenang. “Aku masih punya tabungan dari gaji proyek. Dan kemarin aku juga dapat bonus dari bos. Cukup, kok.”
Adriella menatapnya lama. Hatinya terasa hangat. Bukan karena cincin itu, tapi karena perhatian Zehan. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia hanya mengangguk.
Zehan pun membayar sepasang cincin itu. Setelah keluar dari toko, mereka berdiri sejenak di depan kaca etalase. Zehan mengambil salah satu cincin dan menyelipkannya perlahan ke jari manis Adriella. Lalu, Adriella tersenyum dan melakukan hal yang sama, memasangkan cincin ke jari Zehan.
“Sekarang kita resmi punya cincin nikah, ya,” ucap Zehan pelan.
Adriella tersenyum malu, lalu menggenggam tangan Zehan. "Yah, kita sekarang benar-benar jadi suami istri nyata."
Zehan mengecup kening Adriella cepat. "Kalau begitu mulai sekarang kamu harus panggil aku suami," pintanya.
"Enggak ah," tolak Adriella.
"Eits, kok gitu sih. Kan kamu sendiri yang bilang, kita suami istri. Jadi, istriku, bisakah kamu memanggil suamiku sekarang?" goda Zehan dengan nada kesal.
Adriella terdiam sejenak. "Suami," bisiknya.
"Apa? Aku nggak dengar." Zehan tersenyum mendekatkan telinganya ke Adriella.
"Suami!" Kali ini suaranya cukup keras membuat orang yang lewat memandangi mereka.
Adriella langsung menarik Zehan yang sedang tertawa berjalan menjauh.
Hari itu, pernikahan mereka mendapat bentuk baru, lebih nyata, lebih bermakna.
biar tahu kelanjutannya
menyelidiki tentang menantunya
yg blm mendapat restu...
pasti bakal kaget...
lanjut thor ceritanya
sama" gak tahu malu...
padahal mereka cuma numpang hidup...
yg punya kendali & peran penting adalah pemilik sah nya...
lanjut thor ceritanya
semoga Pak Bastian
menendang kamu...
setelah melihat bukti...
murka terhadap Bara
setelah menerima buktinya...
lanjut thor ceritanya di tunggu up nya
aku sudah mampir...
dan baca sampai part ini...