Mengisahkan Roberto, mantan seorang agen rahasia dengan kemampuan pencuri ulung, bergerak dengan diam-diam di dalam rumah besar yang megah dan terbengkalai untuk mencari beberapa barang berharga. Dengan mata yang tajam dan refleks yang cepat, ia dapat menghindari setiap perangkap dan jebakan dengan sangat mudah. Senjata andalannya, sebuah pisau lipat yang tajam, tersembunyi di dalam sakunya, siap digunakan kapan saja. Namun, misi kali ini tidak seperti biasanya. Ketika ia memasuki sebuah ruangan yang gelap, ia menemukan seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang diikat dengan rantai di kakinya, mata yang besar dan takut memandang ke arahnya.
Apa yang akan dilakukan Roberto? Apakah ia akan menjalankan misi nya atau membantu anak itu? Dalam dunia yang penuh dengan bahaya dan ketidakpastian, Roberto harus membuat keputusan yang tepat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Noval, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Sebelum Penyerbuan Besok
Setelah Silvia memberikan instruksi kepada anggota tim Night, mereka semua mulai membahas rencana detail untuk setiap tim. Night Blaze memandang Silvia dengan serius, lalu mengangguk. "Aku akan memastikan bahwa tim Alpha akan siap untuk penyerbuan besok."
Ethan memandang Silvia dengan serius, lalu mengangguk. "Aku juga akan memastikan bahwa Tim Bravo siap untuk melakukan penyerbuan di laboratorium penelitian mereka."
Rachel memandang Silvia dengan serius, lalu mengangguk. "Aku akan memastikan bahwa Tim Charlie siap untuk menyerang dan menghancurkan gudang senjata mereka."
Silvia memandang anggota tim Night dengan serius, lalu mengangguk. "Baiklah, aku percaya pada kalian semua. Mari kita mulai membuat rencana detail untuk setiap tim."
Setelah beberapa jam membahas rencana detail, Silvia memandang anggota tim Night dengan serius. "Baiklah, aku pikir kita sudah siap. Mari kita persiapkan diri untuk besok dan pastikan kita semua siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi."
Anggota tim Night lainnya memandang Silvia dengan serius, lalu mengangguk dengan penuh semangat. "Mengerti, ketua!" jawab mereka serempak.
Kemudian rapat ditutup dengan penjelasan yang telah diberikan oleh Silvia, setelah itu para anggota Night dan Silvia kembali ke ruangan nya masing-masing.
Ketika para anggota Night yang lainnya pergi Roberto langsung beranjak dari tempat duduk nya dan mendekati Lucy lalu berkata, "Hey, Lucy... Aku ingin kamu mengantar aku ke tempat Raven, bisa?"
Lucy memandang Roberto dengan serius, lalu mengangguk. "Baiklah, aku akan mengantar kamu ke tempat Raven. Tapi pastikan kamu tidak menggangu nya oke?"
Roberto memandang Lucy dengan serius, lalu mengangguk. "Aku janji, aku hanya ingin melihat kondisinya dan memastikan bahwa dia baik-baik saja."
Lucy memandang Roberto dengan mata yang peduli, lalu mengangguk. "Baiklah, ayo kita pergi temui dia."
Tiba-tiba Amelia berdiri dari tempat duduk nya memanggil Lucy, "Hei, Lucy... Tunggu, apa aku boleh ikut juga?"
Lucy memandang Amelia dengan serius, lalu mengangguk. "Baiklah, kamu boleh ikut."
Amelia memandang Lucy dengan serius, lalu mengangguk. "Yey... Terimakasih Lucy."
Roberto memandang Amelia dengan sedikit terkejut, tapi tidak mengatakan apa-apa. Lucy memandang Roberto dan Amelia dengan serius, lalu mengangguk. "Baiklah, ayo kita pergi temui dia."
Ketiga orang itu kemudian meninggalkan ruangan rapat, menuju ke tempat Raven. Mereka semua ingin memastikan bahwa Raven dalam kondisi baik-baik saja sebelum penyerbuan besok.
Saat mereka berjalan, Amelia bertanya kepada Lucy, "Bagaimana kondisinya? Apakah dia sudah membaik?"
Lucy memandang Amelia dengan serius, lalu mengangguk. "Sudah sedikit membaik, tapi masih perlu perawatan."
Roberto memandang Lucy dengan mata yang peduli, lalu bertanya, "Apa ada yang bisa aku lakukan untuk membantunya agar cepat pulih?"
Lucy memandang Roberto dengan serius, lalu menjawab, "Untuk sekarang sepertinya tidak perlu. Tapi jika kamu ingin membantunya, kamu bisa membantu aku memantau kondisinya dan memastikan bahwa dia mendapatkan perawatan yang tepat."
Roberto memandang Lucy dengan serius, lalu mengangguk. "Baiklah, aku akan melakukan nya. Aku ingin memastikan bahwa dia pulih secepat mungkin."
Amelia memandang Roberto dengan mata yang peduli, lalu menambahkan, "Aku juga akan membantu. Tentunya Kita semua ingin dia pulih dan bisa berkumpul dengan kita lagi."
Lucy memandang Amelia dengan serius, lalu mengangguk. "Terimakasih, Amelia. Aku sangat menghargai bantuan kalian berdua. Mari kita pastikan bahwa Raven mendapatkan perawatan yang terbaik."
Ketiga orang itu kemudian melanjutkan perjalanan mereka menuju ke tempat Raven, dengan tekad untuk membantu Raven pulih dan kembali ke tim mereka. Saat mereka tiba di tempat Raven, mereka melihat Raven terbaring di tempat tidur, dengan monitor yang memantau kondisinya.
Raven terlihat pucat dan lemah, tapi napasnya stabil dan monitor menunjukkan tanda-tanda kehidupan yang baik. Lucy memandang Raven dengan mata yang peduli, lalu memeriksa kondisinya dengan teliti.
"Bagaimana kondisinya?" Roberto bertanya dengan suara yang lembut.
"Tenang saja, untuk sekarang kondisinya stabil." Lucy menjawab. "Tapi kita perlu terus memantau nya untuk memastikan bahwa dia tidak mengalami komplikasi."
Amelia memandang Raven dengan mata yang peduli, lalu mengangguk. "Baiklah, aku akan membantu memantau nya."
Roberto memandang Amelia dengan serius, lalu mengangguk. "Aku juga akan membantu."
Lucy memandang Roberto dan Amelia dengan serius, lalu mengangguk. "kalau begitu apakah aku bisa meninggalkan nya dengan kalian berdua? Aku harus kembali ke kamarku dan aku juga harus bersiap untuk besok."
Roberto memandang Lucy dengan serius, lalu mengangguk. "Baiklah, aku dan Amelia akan memantau kondisinya. Kamu bisa pergi dan bersiap untuk besok."
Amelia memandang Lucy dengan mata yang peduli, lalu mengangguk. "Ya, jangan khawatir, kami akan menjaga Raven disini."
Lucy memandang Roberto dan Amelia dengan senyuman , lalu mengangguk. "Baiklah, aku akan pergi. Jika ada sesuatu yang tidak beres, hubungi aku segera. Dan jangan lupa, kalian berdua juga harus ikut dalam misi besok, jadi pastikan kalian istirahat yang cukup, oke?"
Roberto dan Amelia memandang Lucy dengan serius, lalu mengangguk serempak. "Oke, kami akan istirahat yang cukup setelah ini." Roberto menjawab.
Lucy memandang Raven sekali lagi, lalu mengangguk. "Baiklah, aku akan pergi sekarang. Kalian berdua jaga diri kalian oke."
Roberto dan Amelia memandang Lucy dengan serius, lalu mengangguk. "Tenang saja Lucy.." Amelia menjawab.
Lucy kemudian meninggalkan tempat Raven, meninggalkan Roberto dan Amelia untuk memantau kondisi Raven. Roberto dan Amelia memandang Raven dengan mata yang peduli.
Amelia memandang Roberto dengan serius, lalu berkata, "Roberto, aku butuh bantuanmu. Tolong ambilkan bantal dan selimut ku di kamarku ya?"
Roberto memandang Amelia dengan serius, lalu mengangguk. "Baiklah, aku akan mengambilnya."
Roberto kemudian meninggalkan tempat Raven dan menuju ke kamar Amelia.
Roberto berhenti sejenak didepan dua kamar itu "Hmm... Apakah ini kamarnya? Kata Amelia, kamarnya ada didekat tangga, tapi yang mana? yang depan ini atau yang belakang?" katanya dalam hati.
Roberto kemudian memutuskan untuk mencoba kamar yang depan terlebih dahulu. Dia membuka pintu kamar dan melihat Silvia yang sedang mengenakan baju tidur.
Roberto dan Silvia saling bertatapan dan wajah mereka kemudian memerah. "A-ah, Maaf aku tidak sengaja." kata Roberto, sambil menutup pintu nya.
Roberto terkejut ketika Silvia membuka pintu lagi dan memanggilnya. "Tunggu, Roberto," katanya dengan suara yang lembut.
Roberto berhenti sejenak jantungnya langsung berdegup kencang dan merasa bahwa Silvia akan marah padanya. "Y-ya?" jawabnya dengan gugup.
Silvia memandang Roberto dengan wajah yang memerah. "Tidak apa-apa, aku tidak akan marah padamu lagipula ini salahku karena lupa mengunci pintu." katanya dengan suara yang tergagap.
Roberto memandang Silvia dengan mata yang pengertian. "Maaf, aku tidak bermaksud untuk mengganggumu, aku hanya sedang mencari kamar Amelia untuk mengambilkan nya bantal dan selimut untuk nya." katanya dengan suara yang agak tergesa-gesa.
Silvia memandang Roberto dengan mata yang penuh pengertian. "Aku mengerti, kamar Amelia ada di sebelah sana." katanya sambil menunjuk ke arah kamar yang lain.
Roberto mengangguk dan tersenyum. "Oh.... Terimakasih, Silvi." katanya dengan suara yang lembut.
Silvia memandang Roberto dengan mata yang penuh rasa penasaran. "Kamu peduli dengan Amelia, ya?" tanyanya dengan suara yang lembut.
Roberto memandang Silvia dengan mata yang penuh kejujuran. "Ya, aku peduli dengan nya sebagai seorang teman." katanya dengan suara yang tegas.
Silvia memandang Roberto dengan mata yang penuh pengertian. "Kamu memang orang yang baik ya." katanya dengan suara yang lembut.
Silvia menunduk mencoba menyembunyikan wajahnya yang memerah. "Hmm.... Anu... Apakah kamu bisa menemaniku malam ini? ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu." Kata Silvia dengan suara yang pelan.
Roberto memandang Silvia dengan mata yang penuh penasaran. "Memangnya apa yang ingin kamu katakan padaku?" tanyanya dengan suara yang lembut.
Silvia memandang Roberto dengan mata yang penuh rasa gugup. "Tidak apa-apa, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu." katanya dengan suara yang tergagap.
Roberto memandang Silvia dengan mata yang penuh pengertian. "Baiklah, kalau begitu aku akan mengantarkan bantal dan selimut Amelia dulu, setelah itu aku akan menemanimu oke." katanya dengan suara yang lembut.
Silvia memandang Roberto dengan mata yang penuh rasa syukur. "Ba..baiklah aku akan menunggu mu di kamarku." katanya dengan suara yang lembut.
Roberto kemudian mengangguk dan menuju ke kamar Amelia untuk mengambil bantal dan selimutnya. Setelah itu, dia kembali ke tempat Raven dan menyerahkan bantal dan selimut kepada Amelia.
Amelia memandang Roberto dengan mata yang penuh rasa syukur. "Terimakasih, Roberto, ini sangat menenangkan." katanya dengan suara yang lembut.
Roberto memandang Amelia dengan mata yang penuh pengertian. "Tidak apa-apa, aku senang membantu, kalau begitu aku pergi dulu ya." katanya dengan suara yang lembut.
Amelia memandang Roberto dengan penasaran "Kau ingin kemana?"
Roberto memandang Amelia dengan mata yang penuh kejujuran. "Aku ingin menemui Silvia, tadi saat aku ingin mengambil bantal dan selimut di kamarmu dia bilang ada sesuatu yang ingin dibicarakan denganku." katanya dengan suara yang lembut.
Amelia memandang Roberto dengan mata yang penuh rasa penasaran. "Oh, aku paham, baiklah selamat bersenang-senang, Roberto." kata Amelia dengan suara yang jahil.
Roberto memandang Amelia dengan mata yang penuh pertanyaan, namun ia tidak memedulikan nya. "Hmm... Baiklah kalau begitu aku pergi dulu." katanya dengan suara yang lembut.
"Oke." kata Amelia dengan suara yang lembut dan singkat.
Roberto kemudian berpamitan kepada Amelia dan menuju ke kamar Silvia. Dia ingin mengetahui apa yang ingin Silvia bicarakan dengan dia.
Setelah Roberto pergi Amelia bergumam pada dirinya sendiri "Dasar Silvia.... Kau memang tidak pernah bisa jujur pada perasaan mu ya... sepertinya ini akan menarik."