Detektif Arthur dihantui oleh kecelakaan mengerikan yang merenggut ingatannya tentang masa lalunya, termasuk sosok seorang gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi. Kini, sebuah kasus baru membawanya pada Reyna, seorang analis forensik yang cerdas dan misterius. Semakin dalam Arthur menyelidiki kasus ini, semakin banyak ia menemukan kesamaan antara Reyna dan gadis dalam mimpinya. Apakah Reyna adalah kunci untuk mengungkap misteri masa lalunya? Atau, apakah masa lalu itu sendiri yang akan membawanya pada kebenaran yang kelam dan tak terduga? Dalam setiap petunjuk forensik, Arthur harus mengurai teka-teki rumit yang menghubungkan masa lalunya dengan kasus yang sedang dihadapinya, di mana kebenaran tersembunyi di balik teka-teki forensik yang mengancam kehidupan mereka keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sintasina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ejekan yang Tak Kunjung Padam
Reyna memutuskan untuk bergabung, melangkah mendekati Noah dan Arthur yang masih asyik berbincang tentang mobil. Ia mendengar percakapan mereka, tetapi otaknya sama sekali tak mampu mencerna istilah-istilah teknis yang mereka gunakan. Baginya, mobil itu ya mobil, tidak ada bedanya.
"Kalian sedang membahas apa? Grill? Velg?" tanya Reyna, bingung. Ia berhenti di antara Noah dan Arthur, melihat wajah serius mereka yang kontras dengan kebingungannya sendiri.
Noah dan Arthur menoleh. Arthur, dengan cepat menjawab, "Wanita tahu apa?" Jawaban sinisnya sudah bisa ditebak.
Noah hanya tertawa kecil, menganggap sikap polos Reyna itu menggemaskan. "Sayangku… pembicaraan ini mungkin sedikit berat untukmu," katanya, meski ada sedikit unsur ejekan dalam suaranya. Ia tahu Reyna tidak akan mengerti percakapan mereka yang penuh dengan istilah-istilah teknis otomotif.
Reyna sedikit kesal karena diremehkan. "Setidaknya aku mau bertanya! Seharusnya kalian menjawab saja," ucapnya, cemberut. Ia tak suka diremehkan hanya karena tidak mengerti soal mobil.
Noah terkekeh pelan. "Utututu~ jangan marah dong," katanya, dengan nada menggoda. Ia berusaha menenangkan Reyna yang sedikit kesal.
Arthur, tanpa basa-basi, langsung mengejek dengan senyum sinisnya. "Baiklah, akan ku jawab. Grill itu adalah Reyna, dan Velg itu adalah miskin. Jadi, Reyna miskin," katanya, sambil tertawa keras. Ejekannya membuat Noah ikut tertawa.
Reyna menatap Arthur dengan tatapan tajam, tidak tahan lagi dengan ejekan Arthur dan Noah, langsung mengetuk kepala mereka. Kepada Arthur, ia memukulnya lebih keras.
Keduanya meringis, tetapi masih bisa tertawa. Suasana sedikit tegang berubah menjadi lebih ringan. Tiba-tiba, suara mobil terdengar. Ketiganya menoleh. Dua mobil tampak berhenti di depan rumah. Reyna langsung mengenali salah satu mobil itu—mobil sederhananya. Seorang pria keluar dari mobil tersebut. Reyna mengenalinya: Mark, si tukang servis kendaraan. Ia merasa lega mobilnya sudah diperbaiki.
Mark, seorang pria yang tampak sekitar 35 tahun, melangkah keluar dari mobil. Kulitnya putih pucat, menunjukkan ia mungkin lebih sering berada di dalam ruangan daripada di bawah terik matahari. Rambutnya yang berwarna cokelat ditata dengan gaya mullet, memberikan kesan sedikit retro namun tetap rapi. Ia mengenakan kemeja flanel yang sedikit kusut dan celana jeans, penampilannya sederhana, sesuai dengan profesinya sebagai mekanik. Mark terlihat sedikit lelah, mungkin karena harus bekerja lembur untuk memperbaiki mobil Reyna. Ia menyapa Reyna dan ketiganya dengan senyum ramah, menunjukkan profesionalitasnya sebagai seorang mekanik yang andal.
"Reyna…" sapa Mark dengan senyum kecil. Hubungannya dengan Reyna memang dekat, ia sudah menganggap Reyna seperti adiknya sendiri. Ia mendekat, mengaacak-acak rambut Reyna dengan lembut sebelum menyerahkan kunci mobilnya.
Reyna tersenyum, merasakan kehangatan hubungan mereka. "Terima kasih, berapa?" tanyanya, menanyakan biaya perbaikan. Mark hanya menggeleng. "Tidak usah. Kau tahu kan, kau tidak akan membayar apa pun."
Reyna mendengus kecil, bibirnya sedikit cemberut. "Oh, ayolah! Aku sudah punya uang sendiri!" Ia bersikeras ingin membayar jasa Mark.
Mark terkekeh kecil, lalu mencubit lembut pipi Reyna. "Dan aku tidak peduli." Suaranya menunjukkan kehangatan dan kasih sayang seorang kakak kepada adiknya. Reyna hanya bisa tersenyum dan menerima kebaikan Mark.
Tiba-tiba, Inspektur Jaxon menyapa Mark. Keduanya memang saling mengenal.
"Mark!" sapa Inspektur Jaxon, mengangkat tangannya. Mark berbalik, tersenyum lebar. "Wah, Inspektur!" Mereka bersalaman, sambil berbincang-bincang. Percakapan mereka tidak terlalu terdengar jelas karena mereka mulai berjalan menjauh.
Reyna berjalan menuju mobilnya, memeriksa kondisi mobilnya. Sebuah senyum kecil terukir di bibirnya, lega karena mobil kesayangannya sudah kembali. Namun, senyum itu langsung memudar ketika suara ejekan terdengar.
"Kau sudah bertahun-tahun memakai mobil ini, tidakkah kau ingin membeli yang baru? Mobil ini sudah kecil, jelek lagi," Tanpa perlu menoleh pun Reyna tahu itu suara Arthur.
Reyna memutar matanya, tanpa menoleh ke arah Arthur. "Aku bukan tipe orang yang suka boros," balasnya, dengan nada mengejek balik. Ia merasa kesal dengan komentar Arthur yang selalu meremehkan barang miliknya. Ia lebih menghargai barang-barang yang sudah lama ia miliki daripada membeli barang-barang baru yang mahal dan tidak perlu.