NovelToon NovelToon
Ayo Kita Cerai, Suamiku!

Ayo Kita Cerai, Suamiku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:56.8k
Nilai: 5
Nama Author: YoungLady

Selama lima tahun pernikahan, Niken dan Damar tampak seperti pasangan sempurna di mata semua orang. Di balik senyum yang mereka pamerkan, ada luka yang mereka sembunyikan—ketidakmampuan untuk memiliki anak. Niken tetap bertahan, meski setiap bisikan tajam dari keluarga mertua dan orang sekitar menusuk hatinya.

Hingga badai besar datang menghantam. Seorang wanita bernama Tania, dengan perut yang mulai membuncit, muncul di depan rumah mereka membawa kabar yang mengguncang, dia adalah selingkuhan Damar dan sedang mengandung darah dagingnya. Dunia Niken seketika runtuh. Suami yang selama ini ia percayai sepenuh hati ternyata menusuknya dari belakang.

Terseret rasa malu dan hancur, Niken tetap berdiri tegak. Demi menjaga nama baik Damar dan keluarganya, ia dengan pahit mengizinkan Damar menikahi Tania secara siri. Tapi ketegarannya hanya bertahan sebentar. Saat rasa sakit itu tak tertahankan lagi, Niken mengambil keputusan yang mengguncang. Ia memutuskan untuk bercerai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoungLady, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Mentari sore mulai condong ke barat ketika Niken menjejakkan kaki di halaman rumahnya. Wajahnya tampak lelah, kaus abu-abu yang dikenakannya sudah sedikit kusut dan aroma pabrik masih menempel di kulit. Ia baru saja pulang dari pabrik minuman miliknya berharap bisa langsung mandi dan beristirahat. Namun langkahnya terhenti begitu melihat seseorang berdiri di depan pagar rumah.

"Bastian?" gumamnya pelan, nyaris tak percaya.

Pria itu berdiri dengan senyum lebar, membawa buket bunga mawar merah di tangan kiri, dan kantong belanja besar di tangan kanan. Isinya mencolok—seperangkat alat BBQ portabel lengkap dengan daging sapi, sosis, jagung, dan bahan lainnya.

"Hai, Niken," sapa Bastian, sedikit gugup. "Aku tahu ini mendadak, tapi... bolehkah aku menghabiskan malam Minggu bersamamu? Kita BBQ-an bareng. Aku bawa semua, tinggal bakar saja."

Niken berkedip beberapa kali, masih berusaha memproses kejutan itu. Baru saja ia hendak menjawab, pintu rumah terbuka dan keluarlah Fayola, sahabat sekaligus asisten pribadinya.

"Aku denger BBQ?" serunya riang. "Boleh, dong! Nanti aku telepon pacarku juga, biar ramai. Aku minta dia bawa camilan dan minuman soda. Kita BBQ cantik ala-ala drama Korea!"

Bastian langsung menunduk, pipinya merona. Ia jelas tidak menyangka ada orang lain di rumah itu selain Niken. Apalagi seseorang seperti Fayola yang energinya bisa memenuhi satu ruangan penuh.

Fayola pulang lebih cepat dari Niken Bosnya hari ini, izin sakit perut karena sedang PMS hari pertama. Niken tak menyangka kalau Fayola akan pulang ke rumahnya, bukan ke apartemen tempat Fayola tinggal.

Niken mengulum senyum. Ia menatap Bastian yang masih canggung dan Fayola yang sudah sibuk membuka aplikasi pesan di ponselnya.

“Sepertinya keputusan sudah diambil tanpa aku sempat menjawab,” gumam Niken sambil tertawa kecil.

“Kalau Fayola sudah bicara, tidak ada yang bisa membantah,” sahut Bastian, ikut tersenyum malu. “Bahkan si tuan rumah pun kalah suara.”

Fayola melambai dari ambang pintu. “Kalian jangan bengong di luar! Masuk, nanti aku bantu siapkan halaman samping. Serius, aku sudah lama pengen BBQ-an cantik. Hari ini cocok sekali.”

Niken menghela napas, namun senyum di wajahnya tidak bisa disembunyikan. Ia berjalan mendekati Bastian, menerima buket bunga yang disodorkan lelaki itu.

“Terima kasih untuk bunganya… dan BBQ-nya,” ucapnya lirih.

“Terima kasih untuk izinnya,” balas Bastian dengan suara nyaris berbisik.

Malam itu, halaman samping rumah mereka dipenuhi aroma daging panggang, tawa yang bersahut-sahutan, dan nyala lampu bohlam kecil yang digantung Fayola dari pagi—“buat aesthetic,” katanya. Bastian memang datang untuk Niken, tapi tanpa disadari, ia juga membawa kehangatan yang baru bagi rumah itu.

Dan untuk pertama kalinya sejak bekerja di pabrik, Niken merasa benar-benar pulang.

Beberapa menit setelah kegembiraan dimulai di halaman belakang, sebuah motor matic berhenti di depan rumah. Seorang pria muda turun dengan kantong-kantong besar berisi camilan, minuman ringan, dan buah potong. Rambutnya sedikit acak-acakan, namun senyumnya ramah. Ia mengenakan kaus putih dan jaket denim, dengan gaya santai khas anak kuliahan.

“Farhan!” seru Fayola, berlari kecil menyambutnya.

Farhan membalas pelukan singkat dari Fayola sebelum ikut masuk ke halaman belakang. "Kenalin, ini Farhan, pacarku," ujar Fayola sambil menarik lengan pria itu ke arah Niken dan Bastian.

Niken menatap pria itu beberapa detik sebelum tersenyum. “Dia masih muda sekali, ya.”

“Pantas kau selalu maksa aku jadian sama Bastian, ya. Sama-sama berondong,” lanjutnya menggoda.

Fayola cengengesan. “Dia memang masih kuliah, semester akhir. Tapi nyambi kerja juga, di bengkel mobil pamannya. Anak rajin.”

“Umurnya jauh darimu, kan?” tanya Niken lagi, masih tak percaya.

“Cuma beda sepuluh tahun. Tapi dia dewasa, mandiri, perhatian. Lebih dari cukup untukku aku,” jawab Fayola santai sambil menyenggol lengan Farhan yang hanya tersenyum kecil.

Niken tergelak. “Kau ini sugar aunty yang nakal!”

Tawa mereka pecah. Bahkan Bastian pun ikut terkekeh, meski jelas ia masih canggung dengan suasana yang semakin ramai. Farhan menata makanan yang dibawanya, lalu mulai membantu Bastian memanggang daging dan sosis di atas pemanggang portabel.

Malam pun kian hangat. Aroma panggangan memenuhi udara. Jagung, daging, dan sosis mulai mengeluarkan suara desis yang menggoda. Mereka berempat duduk melingkar di atas tikar, bertukar cerita tentang pekerjaan, kampus, dan kenangan lucu masa kecil. Tawa pecah hampir setiap menit.

Namun, tak jauh dari sana—di balik gerbang besi rumah Niken—seorang pria berdiri mengamati dengan mata yang gelap. Damar. Mantan suami Niken. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras.

Pemandangan di hadapannya bagaikan tamparan.

Niken tertawa. Bebas. Bahagia. Matanya berbinar, bahkan kulitnya terlihat lebih berseri. Dulu, saat masih bersamanya, Niken jarang sekali tertawa seperti itu. Tawa yang lepas dan penuh.

Pantas saja Tania—istri barunya—selalu iri pada Niken. Tapi bukan rasa iri itu yang menyayat hati Damar. Yang paling membuatnya benci adalah kenyataan bahwa Niken ternyata bisa bahagia... tanpa dirinya.

“Kenapa... dulu dia tak pernah tertawa seperti itu denganku?” gumam Damar pelan, suaranya nyaris patah diterpa angin malam.

Malam Minggu itu tak hanya membawa aroma BBQ dan candaan hangat di halaman rumah. Ia juga membawa penyesalan yang menyesakkan di dada seseorang yang pernah memegang hati Niken—dan kini hanya bisa menyaksikannya dari kejauhan.

Usai makan dan membereskan sisa-sisa BBQ, Fayola berdiri sambil merenggangkan badan. “Aku ngantuk, pindah ke dalam, ya. Ayo, Han,” ajaknya sambil menggamit tangan Farhan. Lelaki itu menurut saja, membawakan piring-piring kotor ke dapur.

Niken tahu betul, Fayola bukan mengantuk. Ia sengaja memberi ruang. Memberi kesempatan bagi Bastian untuk bicara empat mata dengannya.

Kini tinggal mereka berdua di halaman. Malam terasa hangat meski angin berembus lembut. Bintang-bintang bertaburan di langit, seolah tahu ada sesuatu yang ingin diungkapkan.

Bastian menoleh pelan ke arah Niken. “Niken…” Suaranya terdengar hati-hati. “Aku serius ingin mendekatimu. Boleh kan?”

Niken tersenyum kecil, menatap langit sejenak sebelum menoleh. “Boleh. Wanita keras kepala sekalipun akan luluh kalau terus didekati dengan cara manis oleh pria sepertimu.”

Wajah Bastian langsung berbinar. “Terima kasih, Niken.” Ia berhenti sebentar, lalu melanjutkan, “Perlu kau tahu… aku cuma bersikap manis seperti ini padamu seorang.”

Perkataan itu membuat jantung Niken berdetak tak beraturan. Ada sesuatu yang berdesir dalam hatinya, hangat dan menggelitik. Ia tak pernah menyangka, malam yang sederhana ini bisa terasa begitu dalam.

Bintang-bintang seolah lebih terang malam itu. Dan di bawahnya, dua hati perlahan mulai menyatu—dalam diam, dalam debar, dan dalam harapan yang baru.

Bersambung....

Hallo, terimakasih sudah berkenan mampir. jangan lupa berikan like lepas membaca sebagai bentuk dukungan untuk author dan karya ini. Harap baca berurutan jangan lompat bab ya!🙏🙏

1
🌻🇲🇾Lili Suriani Shahari
banyak moral dari sini
🌻🇲🇾Lili Suriani Shahari
dalam ini banyak pelajaran..bagus Thor!!
🌻🇲🇾Lili Suriani Shahari
nice!!!! semangat Thor!!!
Memyr 67
𝗌𝖾𝗅𝖺𝗆𝖺 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝖻𝗈𝖽𝗈𝗁. 𝗍𝗂𝖽𝖺𝗄 𝖺𝖽𝖺 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂 𝗒𝗀 𝖻𝗂𝗌𝖺 𝖻𝖾𝗋𝗍𝖺𝗁𝖺𝗇 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝖽𝖺𝗆𝖺𝗋 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗃𝗂𝗄𝖺 𝖻𝖾𝗇𝖺𝗋 𝖻𝖾𝗇𝖺𝗋 𝖻𝖾𝗋𝗎𝖻𝖺𝗁, 𝗍𝗂𝖽𝖺𝗄 𝗄𝖾𝗆𝖻𝖺𝗅𝗂 𝖻𝗈𝖽𝗈𝗁, 𝗌𝖾𝗅𝖺𝗅𝗎 𝖺𝖽𝖺 𝗃𝗈𝖽𝗈𝗁, 𝗒𝗀 𝖻𝗂𝗌𝖺 𝗍𝖾𝗋𝗂𝗆𝖺 𝖺𝗉𝖺 𝖺𝖽𝖺𝗇𝗒𝖺.
Nur Adam
lnjut
Santi
Niken bukannya yatim piatu yaa
Nur Adam
lnjur
Memyr 67
𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝖻𝖾𝗀𝗈 𝖺𝗇𝗍𝗈𝗇. 𝗆𝖺𝗇𝗍𝖺𝗇 𝗉𝖺𝖼𝖺𝗋 𝗇𝗂𝗇𝗀𝗀𝖺𝗅𝗂𝗇 𝖽𝗂𝖺 𝖽𝖾𝗆𝗂 𝗆𝖾𝗇𝗀𝖾𝗃𝖺𝗋 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂 𝗈𝗋𝖺𝗇𝗀, 𝗄𝗈𝗄 𝗆𝖺𝗅𝖺𝗁 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂𝗇𝗒𝖺 𝗒𝗀 𝖽𝗂𝗌𝖺𝗅𝖺𝗁𝗂𝗇?
Memyr 67
𝗉𝗎𝖺𝗌𝗒 𝖽𝖺𝗆𝖺𝗋? 𝗆𝖺𝗄𝖺𝗇𝗒𝖺 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗂𝗍𝗎 𝗒𝗀 𝗍𝖺𝗎 𝖽𝗂𝗋𝗂. 𝗄𝖾𝖻𝖾𝗋𝗁𝖺𝗌𝗂𝗅𝖺𝗇 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂 𝗂𝗍𝗎 𝗄𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝖽𝗈'𝖺 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂, 𝖻𝗎𝗄𝖺𝗇 𝗄𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝗉𝖾𝗇𝖺𝗆𝗉𝗂𝗅𝖺𝗇 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂 𝗒𝗀 𝗆𝖾𝗇𝗀𝗁𝖺𝖻𝗂𝗌𝗄𝖺𝗇 𝗎𝖺𝗇𝗀 𝗀𝖺𝗃𝗂 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂𝗇𝗒𝖺.
Hanisah Nisa
lanjut
Memyr 67
𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗌𝖾𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝖽𝖺𝗆𝖺𝗋, 𝗒𝗀 𝖻𝗂𝗌𝖺 𝗍𝖾𝗋𝗅𝖾𝗇𝖺 𝖼𝖾𝗐𝖾𝗄 𝗆𝖺𝗍𝗋𝖾 𝗆𝗈𝖽𝖾𝗅 𝗍𝖺𝗇𝗂𝖺, 𝗄𝗈𝗄 𝖽𝗂𝗉𝗂𝗅𝗂𝗁 𝗃𝖺𝖽𝗂 𝗌𝗎𝖺𝗆𝗂, 𝗇𝗂𝗄𝖾𝗇 𝗇𝗂𝗄𝖾𝗇
Hanisah Nisa
lanjut
Hanisah Nisa
perempuan... seperti....Tania..emang patut..mati....damar bodoh juga....antonkan masih..mau dengan Tania....patut...Tania...dengan Anton saja...
siauwdidola
lanjut thor
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺
maaf, author salah tulis nama. lagi oleng, seharian belum ngopi. otw revisi ya. terimakasih atas masukannya😁🙏
partini
lah bukannya dah nikah ma Bastian ko sama damar lagi Thor 🙄
Santai Dyah
lanjut thor
Muhammad Rafli321
authornya plin plan nih dibab pertama damar SM Tania nikahnya pake akad,lah Niken SM Bastian nikahnya adat nonis..ap crtanya Niken SM damar nikah beda agama
siauwdidola
menarik
yumi chan
anton bpk anknya tania...dn damar akn hncur ke2 klinya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!