Hidup Syakila hancur ketika orangtua angkatnya memaksa dia untuk mengakui anak haram yang dilahirkan oleh kakak angkatnya sebagai anaknya. Syakila juga dipaksa mengakui bahwa dia hamil di luar nikah dengan seorang pria liar karena mabuk. Detik itu juga, Syakila menjadi sasaran bully-an semua penduduk kota. Pendidikan dan pekerjaan bahkan harus hilang karena dianggap mencoreng nama baik instansi pendidikan maupun restoran tempatnya bekerja. Saat semua orang memandang jijik pada Syakila, tiba-tiba, Dewa datang sebagai penyelamat. Dia bersikeras menikahi Syakila hanya demi membalas dendam pada Nania, kakak angkat Syakila yang merupakan mantan pacarnya. Sejak menikah, Syakila tak pernah diperlakukan dengan baik. Hingga suatu hari, Syakila akhirnya menyadari jika pernikahan mereka hanya pernikahan palsu. Syakila hanya alat bagi Dewa untuk membuat Nania kembali. Ketika cinta Dewa dan Nania bersatu lagi, Syakila memutuskan untuk pergi dengan cara yang tak pernah Dewa sangka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rawat Nania baik-baik!
"Bukan apa-apa," jawab Syakila.
Dewa menghela napas lega. Mungkin, tadi dia hanya salah dengar. Mana mungkin, Syakila berkata kalau dia tidak mau jadi istrinya lagi.
Perempuan itu sangat mencintainya. Dewa tahu itu.
"Mulai hari ini, kamu akan merawat Nania. Siapkan segala kebutuhannya. Apapun yang dia minta, harus kamu turuti. Paham, kan?"
Tanpa menunggu jawaban Syakila, Dewa bergegas meninggalkan perempuan itu. Ia mengantarkan Nania menuju ke kamar utama untuk beristirahat.
Sementara, Nessa dan Dito langsung membawa cucu mereka ke dalam kamar yang lain. Keduanya hanya memberi titah kepada Syakila agar memasak makan malam untuk mereka.
"Dewa, bagaimana kalau kamu tidur denganku malam ini? Aku tidak mau sendirian."
Saat hendak keluar, Nania tiba-tiba memeluk leher Dewa. Ia tak memberikan kesempatan untuk pria itu bisa pergi.
"Syakila masih belum tidur. Akan berbahaya kalau dia sampai melihat kita dalam posisi sedekat ini," timpal Dewa dengan nada panik.
Dia berusaha melepaskan kedua tangan Nania dari lehernya. Namun, Nania memeluknya dengan sangat erat.
"Memangnya, kenapa kalau dia sampai lihat?" balas Nania. "Kamu kan memang suami sahku. Sementara dia..." Nania tersenyum kecil. "... hanya istri palsu yang kamu pertahankan untuk melayani kebutuhan kita, kan? Singkatnya, jadi pembantu kita."
Ekspresi Dewa seperti tidak setuju dengan ucapan Nania. Dulu, dia memang sangat membenci Syakila. Tapi, sekarang Dewa merasa jika kebencian itu perlahan mulai padam sedikit demi sedikit.
Syakila yang dia lihat sangat berbeda jauh dengan Syakila yang diceritakan oleh Nania dan kedua orangtua Nania.
Perempuan itu sepertinya tidak sekejam cerita mereka.
"Kenapa ekspresi mu begitu?" tanya Nania dengan alis berkerut heran.
Dewa menggeleng kemudian tersenyum kecil. "Tidak apa-apa."
Lagi, pria itu berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan Nania. Namun, sekeras apapun dia berusaha, Nania tetap tidak mau melepaskan dirinya.
"Sayang, aku ingin kamu mencium ku," pinta Nania dengan nada manja.
"Tapi, Syakila bisa saja ke sini. Dia..."
Terlambat! Ucapan Dewa tertelan begitu saja didalam tenggorokan saat Nania menciumnya tanpa aba-aba.
Lama-kelamaan, Dewa juga ikut terhanyut. Dia balas mencium wanita itu tak kalah rakus.
Ekhem!
Dewa reflek mendorong Nania kemudian berdiri tegak sambil menoleh ke arah pintu. Di sana, sudah berdiri Syakila yang membawa nampan berisi dua piring nasi, lengkap dengan lauk pauk untuk sepasang suami-istri 'asli' itu.
"Syakila..." panggil Dewa dengan gugup.
Dia seperti maling yang baru saja tertangkap basah. Jantungnya berdegup kencang seperti sedang takut sekaligus panik.
"Kalian pasti belum makan. Aku bawa makanan untuk kalian," ucap Syakila sambil masuk ke kamar dengan begitu tenang. Seolah-olah, adegan tadi tidak pernah terjadi didepan matanya.
"Maaf, Syakila! Tadi, aku tiba-tiba terpeleset karena pusing. Kak Dewa berusaha menangkap ku dan akhirnya malah ikut jatuh juga. Itu sebabnya, adegan seperti tadi bisa terjadi. Tapi, kamu tenang saja! Ciuman tadi benar-benar tidak disengaja."
Nania berpura-pura merangkai kebohongan. Namun, hanya Syakila yang tahu jika perempuan licik itu sengaja mengatakan hal tersebut hanya untuk memprovokasi dirinya.
"Dewa, kenapa diam saja? Bantu aku jelaskan pada istrimu kalau kita berdua tidak bersalah. Ciuman tadi benar-benar hanya kecelakaan," kata Nania kepada Dewa.
Pria itu sedikit kelabakan. Tadi, dia hanya fokus memandangi wajah Syakila. Saat suara Nania menyebut namanya, barulah otaknya bisa bekerja lebih baik.
"I-itu benar. Aku dan Nania tidak bersalah. Jangan salah paham!"
"Aku tidak salah paham," timpal Syakila. Dia meletakkan makan malam buatannya di atas nakas.
"Karena makanannya sudah ku antar, aku permisi dulu!" lanjut Syakila berpamitan.
"Syakila!" Dewa menahan lengan perempuan itu. "Kamu benar-benar tidak salah paham?"
Syakila tersenyum miring. Dia melepaskan cengkraman tangan Dewa dari lengannya. "Tidak sama sekali, Kak Dewa," tegasnya. "Kak Nania masih sakit. Wajar jika kamu merawatnya. Dia kan kakak iparmu," lanjut Syakila dengan penuh penekanan.
Kata 'kakak ipar' yang sengaja disebut penuh penekanan membuat Nania diam-diam mengepalkan telapak tangannya. Berniat membuat Syakila sakit hati tapi malah justru dirinya yang merasakan perasaan tidak enak itu.
"Jadi, SUAMIKU TERSAYANG!" Syakila memeluk leher Dewa. "Tolong jaga kakak iparmu dengan baik. Hanya kamu yang bisa aku andalkan karena aku harus mengurus Andrew."
Harum aroma tubuh Syakila bagai narkoba yang sangat kuat. Seketika, tubuh Dewa menegang. Aroma Syakila benar-benar memabukkan sekaligus membuat kecanduan. Dewa seperti ingin menghirupnya lebih banyak lagi.
Namun, belum sempat memeluk pinggang ramping Syakila dan menempelkan hidungnya di leher perempuan itu, Syakila sudah lebih dulu menjauhkan diri dari Dewa. Hal tersebut membuat Dewa seketika jadi kecewa.
"Aku akan istirahat dulu. Kalian..." Syakila menatap dua manusia itu secara bergantian. "Nikmati makan malamnya."
Tangan Nania makin mengepal. Dia sudah bertekad untuk membalas Syakila lebih kejam lagi.
"Tunggu saja! Aku pasti akan membunuh kamu, Syakila!" gumam Nania dalam hati.
Ya, satu-satunya cara untuk menyingkirkan Syakila dari pikiran dan hati Dewa mungkin hanya dengan melenyapkan sang adik angkat. Selamanya.
"Sudah kamu antarkan makan malamnya ke kamar Nania?" tanya Nessa yang sudah selesai makan dan sedang duduk di ruang tamu bersama sang suami.
"Sudah," jawab Syakila singkat.
"Bagus," sahut Nessa. "Kami akan pulang sekarang. Jangan lupa, layani Nania dengan baik! Kamu juga harus mengurus Andrew dengan telaten. Kalau sampai cucuku sakit gara-gara kelalaian kamu, maka kamu pasti akan mendapatkan akibatnya!"
Syakila tak menanggapi apa-apa. Otaknya sedang memikirkan sebuah rencana untuk Nessa dan Dito.
Keduanya sangat mencintai Andrew. Dan, jika suatu hari Andrew tiba-tiba menghilang, apa yang akan mereka lakukan? Apa mereka akan jadi gila?
"Kenapa malah melamun? Kamu dengar, tidak?" tegur Dito dengan nada sedikit membentak.
"Ehm," jawab Syakila seraya memutar bola matanya malas.
"Ingat, jaga Nania dan Andrew baik-baik!" pesan Dito sekali lagi sebelum pergi.
Syakila masih diam di tempat yang sama. Tatapan matanya bagai sebuah lubang hitam tanpa dasar. Tak ada yang tahu, apa yang sedang tersembunyi di dalam sana.
lah
semoga syakila bahagia dan bisa membalas dendam terhadap keluarga dito yang sangat jahat
menanti kehidupan baru syakila yg bahagia...