I Ketut Arjuna Wiwaha — atau Arjun, begitu orang-orang memanggilnya — pernah jatuh dalam perasaan yang salah. Cinta terlarang yang membuatnya kehilangan arah, membuat jiwanya hancur dalam diam.
Namun, saat ia hampir menyerah pada takdir, hadir seorang gadis bernama Saniscara, yang datang bukan hanya membawa senyum, tapi juga warna yang perlahan memperbaiki luka-lukanya.
Tapi apakah Saniscara benar-benar gadis yang tepat untuknya?
Atau justru Arjun yang harus belajar bahwa tidak semua yang indah bisa dimiliki?
Dia yang sempurna untuk diriku yang biasa.
— I Ketut Arjuna Wiwaha
Kisah cinta pemuda-pemudi Bali yang biasa terjadi di masyarakat.
Yuk mampir dulu kesini kalau mau tau tentang para pemuda-pemudi yang mengalami cinta terlarang, bukan soal perbedaan ekonomi tapi perbedaan kasta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19.
🕉️🕉️🕉️
Sanis baru saja selesai mandi, dan memeriksa handphonenya yang berbunyi. Ya, pasti ulah Juna yang spam chat. Gadis itu malas dan memilih menonton TV nya. Karena acaranya sangatlah membosankan, terpaksa ia mengambil hapenya itu yang terus berbunyi.
Arjun
🚫 Pesan ini telah di fitnah
🚫Pesan ini telah ternoda
🚫Pesan ini telah berkhianat
🚫Pesan ini telah disakiti
🚫Pesan ini telah menangis.
🚫Pesan ini telah dibiayai.
🚫Pesan ini telah berhutang
🚫Pesan ini telah jomblo
🚫 Pesan ini telah di fitnah
🚫Pesan ini telah ternoda
🚫Pesan ini telah berkhianat
🚫Pesan ini telah disakiti
🚫Pesan ini telah menangis.
🚫Pesan ini telah dibiayai.
🚫Pesan ini telah berhutang
🚫Pesan ini telah jomblo
Sanis menghela napasnya gusar karena spam chat Juna dan ternyata telah dihapusnya. Gadis itu sangat menyesal dengan membuka pesan chat dari Juna.
Disisi lain, Juna terlihat panik dengan pesan chat yang ia kirim tadi. Lalu ia menghapusnya dan beruntung Sanis blm membaca pesannya itu. Dan ia melihat Sanis mengetik dan artinya ia sungguh tak membaca pesan chat darinya tadi.
Sanis
Lo kalau gak penting banget
Jangan chat gue!😤🔪
Sudah ia duga kalau Sanis akan kesal dengan pesan chatnya yang tadi ia hapus. Juna tertawa dan ingin sekali mengajak Sanis pergi jalan karena mumet di rumah.
Sebenarnya gue mau ngajak Lo jalan
Besok ada waktu gak
Mumpung besok liburkan ya
Kita ke tempat biasa ya
Mumet di rumah.
Sanis mengambil minuman di dapur, karena rasa hausnya dan sangatlah kesal dengan Juna tadi.
Sanis membaca pesan dari Juna entah kenapa tiba-tiba jantungnya berdetak kencang dan tersedak dengan air yang di minumnya tadi.
Sanis
Okey
Juna senang dengan jawaban dari Sanis yang setuju dengan ajakannya. Dan satu lagi ia harus membuat keputusan untuk tak memberi tau siapapun. Bukannya tidak ijin tapi ....
Arjun
Nis, tapi gue gak bisa ya jemput Lo
Karena seperti kejadian beberapa Minggu lalu
Semua kakak Lo dan kakak gue ngikutin kita.
Memang benar bahwa mereka di ikuti oleh kakaknya dan mereka merasa janggal dengan diikuti kemana-mana. Tapi ia akan ijin pergi kemana dengan kakaknya itu. Apalagi kak Ras, ia akan membuat Sanis mengungkap semuanya.
Arjun
Tenang, gue ada rencana untuk besok.
Jadi ikuti saja rencana gue.
Oke
Sanis tau pasti ada rencana untuk besok dengan Juna. Sebenarnya gadis itu juga sangat mumet di rumah, kak Ras sangat baik padanya~maksudnya ia tak diijinkan pergi kesembarangan tempat selain orang yang kakaknya percaya, ya kecuali Juna. Tapi sepertinya Juna benar, mereka berdua tidak boleh diikuti lagi.
...........
Kakak-kakaknya masih bekerja dan Dita masih sekolah. Jadi ia harus cepat mengganti bajunya dan keluar rumah untuk mengusir rasa bosan.
Tapi sayang sepertinya alam tidak mendukungnya untuk pergi hari ini. Sanis masuk kedalam rumahnya karena di luar hujan.
Juna menelpon Sanis yang segera mengangkat telepon darinya.
"Halo Jun, di luar hujan."
"Tenang Nis, gue udah kirim Dewa Surya kesana."
"Tunggu ... Dewa Surya? Kenapa dia?"
"Ya, terus siapa ? Kan dia itu mau ke rumah Lo. Jadi Lo gampang kalau keluar rumah."
"Tapi harus Dewa Sur...-"
Tut Tut Tut
Sudahlah sambungannya terputus dari Juna, dan ia harus menunggu Dewa Surya sekarang.
Sekarang mereka sudah bertemu dan pergi ke sebuah mall di pusat kota. Mereka bermain sepuasnya dengan melupakan sejenak masalahnya.
"Ouh ya, hari ini sepertinya sangatlah berbeda." ucap Juna pada Sanis yang tersenyum menatap bintang itu.
"Iya, ternyata Lo bener tanpa di ikuti oleh mereka-mereka lebih baik." jawab Sanis polos.
"Lo tau kalau dulu gue suka sekali lihat langit malam, entahlah gue gak tau tapi rasanya sangat nyaman. Gelap tak bisa di tuju tapi indah dan dingin serta menusuk hati." jelas Juna pada Sanis yang tersenyum.
"Gue tau langit malam itu, mengingatkan tentang masa lalu." Sanis tau pasti, masa lalunya yang kelam yaitu cinta terlarang yang dahulu sempat menjadi ceritanya.
"Tapi yaudah lupakan saja, jadinya sekarang ada bulan di langit malam ku hari ini." Juna berdiri dan mengajak Sanis pulang.
...............
Hujan sangat deras dan membuat seorang gadis di pos satpam sekolah sendirian karena ayahnya belum juga menjemput dirinya. Terpaksa gadis ini ingin berlari menuju halte bus yang ada di sebrang sekolah.
"Terpaksa deh gue harus lari." Seseorang mencekal tangannya, membuatnya kaget lalu memperhatikan siapa yang di sebelahnya ini, orang itu membuka payungnya di sebelahnya membawa dengan payung hitam, dengan pakaian misteriusnya serba hitam dan masker hitamnya, membuat Sanis kebingungan.
"Lo siapa?" tanya Sanis pada seseorang ini, sepertinya dia cowok terlihat dari badannya yang tinggi itu. Sanis berusaha untuk pergi dari sana, tapi dia tidak bisa karena cowok itu mengikutinya.
"Gak penting itu. Yang penting kamu gak sakit." ucapnya lagi pada Sanis yang hanya mengangguk setuju padanya. Masih dengan penuh rasa penasaran ia menatapnya heran. Tapi ia tak bisa menebaknya.
"Okey, Lo bisa anterin gue sampai halte ya." ajak Sanis yang di setujui oleh cowok itu. Setelah ia sampai di halte bus, dan menoleh ke belakang dan cowok itu menghilang entah kemana perginya.
Sepintas Sanis ingat cowok itu yang datang lagi setiap musim hujan, dan bersedia memayunginya hingga ke mobil ayah dulu, saat masih mempunyai ayah dan sekarang mulai Musim hujan dan ia datang lagi, mengantarkannya ke mobil kak Ras.
"Gue heran Lo siapa?" tanya Sanis lagi pada cowok itu, yang masih diam dengan pertanyaan yang sama setiap mereka bertemu.
"Panggil saja aku pahlawan kehujanan karena kamu juga maksa," jawabnya pada Sanis sebelum ia masuk ke dalam mobilnya.
"Ouh bilang dong dari dulu, makasih pahlawan kehujanan." Sanis masuk ke dalam mobilnya dan membuka jendelanya, masih sama seperti dulu selalu saja menghilang dengan cepat.
"Cie pacar." goda kak Ras pada Sanis yang mengalihkan pandangannya ke kakaknya ini, gadis ini kesal dengan ulah kakaknya.
"Ayolah Sanis ngaku aja kalik."
"Enggak, Sanis gak ada pacar." Sanis malas jika begini terus, ia ingat dengan bundanya sekarang. Sanis menatap keluar jendela yang terlintas di memorinya bersama bundanya dulu saat masih kecil, memayungi dirinya.
"Sanis, kita sudah sampai di rumah, dan kamu harus istirahat dulu. Karena kemarin kan Sanis sudah jaga bunda, sekarang biar kakak aja yang jagain bunda." Sanis menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, ia tak ingin merepotkan kakaknya.
"Enggak Sanis, ayolah biarin kakak yang bekerja sekarang dan kamu tau? Bunda juga keadaannya semakin membaik." Raspati mengecup lembut pucuk kepala adiknya ini. Gadis ini menurutnya cantik, pesonanya tidak bisa di tolak siapapun termasuk seorang kakak sepertinya.
"Kamu istirahat dulu ya kalau ada apa-apa, hubungi kakak." ucap Raspati pada Sanis yang setuju. Lalu Sanis masuk kedalam kamarnya, ia khawatir dengan kondisi bundanya. Sanis selalu berdoa agar bunda kembali siuman dan mengurusnya lagi bersama keluarganya.
Tapi disini lain ia masih penasaran dengan cowok yang mengaku sebagai pahlawan kehujanan. Sanis menatap jas hujan yang cowok itu berikan padanya, waktu pertama kali bertemu sejak SMP. Sepertinya ia murid SMP sebelah dan sekarang mereka satu sekolah, tapi ia tak tau siapa dia karena tak pernah menunjukkan wajahnya.
......................
Hari ini hujan sangat deras sekali dan sekarang Sanis harus menunggu kak Ras dulu, yang mengurus pasiennya. Lalu menjemputnya dan ia tak diijinkan pulang dengan Ara, Wisnu atau Kris bahkan Juna juga entah apa yang terjadi pada kak Ras kepadaku.
Mobil kak Ras terlihat dari dalam sekolah berhenti di depan halte sebrang sekolahnya.
"Hy, aku akan mengantarmu kesana." Cowok itu datang lagi dengan tiba-tiba berdiri disebelahnya.
Sebelum kak Ras masuk dan ke sekolah lebih baik, lagi meminta bantuan kepada pahlawan kehujanan ini.
"Tolong ya, sebelum kak Ras kesini." Cowok itu setuju dengan permintaan dari Sanis dan membawanya pergi ke depan mobil Raspati.
"Kak Ras." Panggil Sanis pada kakaknya itu yang tadinya ingin membuka payungnya ia urungkan karena melihat Sanis sudah di depannya.
"Makasih ya," ucapnya pada cowok itu dengan senyuman manisnya, lalu masuk ke dalam mobilnya. Sanis menengok keluar jendela mobil dan cowok itu menghilang lagi.
Sanis penasaran dengan cowok itu, tapi ia tak pernah tau siapa dia.
"Yang tadi siapa?" tanya Raspati pada adiknya ini.
"Gak tau kak, kayaknya sekolah kita sama. Tapi aku gak pernah lihat dia." Raspati tertawa kecil mendengar jawaban dari adiknya.
"Beda kelas mungkin, atau fans kamu?" Tanya lagi Raspati pada gadis itu yang terlihat kesal.
"Bukanlah," jawabnya malas dengan kakaknya yang kadang kepo.
"Dia datang pas hujan-hujan ajah, abis tu dia sering mayungin aku ke mobil kak Ras."
"Dia punya jadwal ternyata ya." Raspati tertawa lagi, mendengar cerita adiknya.
"Iih, Sanis serius kak." Sanis mulai merengek karena kakaknya tak percaya padanya.
"Iya iya, namanya siapa?"
"Nama itu ...."
"Eh, bentar ya kakak angkat telepon dulu."
Sanis menatap kakaknya yang sedang bicara di telpon dengan pasiennya, tapi wajar saja karena itu pekerjaan kakaknya.
"Kamu di rumah ya, nanti kita ngobrol lagi." Pria seperti kakaknya ini jarang ada jadi ya sekarang ia beruntung memilikinya.
Sanis memeriksa handphonenya yang sejak tadi berbunyi seperti ada yang spam chat.
Arjun : P (10 )
Yah huruf P itu tak akan pernah habisnya baginya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung