NovelToon NovelToon
Cinta Di Antara Dua Istri Sang CEO

Cinta Di Antara Dua Istri Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Pelakor jahat / Poligami / Selingkuh / Mafia
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tika kookie

sebuah pria tampan CEO bernama suga yang menikah dengan wanita cantik bernama cristine namun pernikahan itu bukan atas kehendak suga melainkan karena sedari kecil suga dan cristine sudag di jodohkan dengan kakek mereka, kakek cristine dan suga mereka sahabat dan sebelum kakek cristine meninggal kakeknya meminya permintaan terakhir agar cucunya menikah dengan suga, namun di sisi lain suga sebenarnya sudah menikah dengan wanita bernama zeline suga dan zeline sudah menikah selama dua tahun namun belum di karuniai seorang anak, itu juga alasan suga menerima pernikahan dengan cristine.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tika kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

cinta di antara dua istri sang ceo

Suga menatap layar ponselnya yang kembali berdering. Nama Cristine terpampang jelas, membuat suasana di kamar itu seketika berubah dingin. Jemarinya sempat terhenti di atas meja, ragu untuk menekan tombol hijau.

   Zeline yang sejak tadi memperhatikan, akhirnya angkat bicara pelan namun tajam, “Kenapa tidak kau angkat saja, Suga? Bukankah dia juga istrimu?”

Nada suaranya datar, tapi di balik kata-kata itu tersimpan getir yang sulit disembunyikan.

    Suga menelan ludahnya perlahan, matanya sekilas menatap wajah Zeline yang tampak tenang, padahal sorot matanya jelas menunjukkan luka. Tanpa berkata apa-apa, Suga akhirnya menekan tombol terima.

    “Sayang…” suaranya terdengar tenang namun berat.

 Dari seberang, terdengar suara lembut dan manja, 

   “Sayang… kau di mana? Kenapa tidak pulang-pulang? Aku takut sendirian di rumah… hujan di luar sangat deras…”

    Nada merengek itu memenuhi ruangan, membuat dada Zeline terasa sesak.

    Suga menatap lurus ke depan, berusaha menjawab dengan suara serendah mungkin, “Cristine, tenanglah. Aku sedang di luar kota, nanti aku pulang.”

    “Tapi sayang… cepatlah, aku tak bisa tidur kalau tidak ada kau…” suara di seberang terdengar semakin manja.

    Zeline menggenggam jemarinya di atas pangkuan, berusaha menahan diri agar tidak bereaksi. Namun bola matanya menatap tajam ke arah ponsel Suga, seolah ingin menghancurkan benda itu hanya dengan tatapan.

    Suga menutup telepon perlahan, menunduk sejenak, lalu menatap Zeline yang masih duduk diam di sampingnya.

    “Zel…” panggilnya pelan.

Zeline berdiri di depan pintu kamar hotel, jemarinya sudah menyentuh gagang pintu ketika suara berat Suga terdengar dari belakang.

“Zeline… tunggu.”

    Langkahnya terhenti. Ia menoleh pelan, menatap pria itu dengan tatapan dingin namun matanya menyimpan seribu luka. Suga berjalan mendekat, suaranya lembut, nyaris bergetar.

    “Zeline, dengarkan aku… aku mohon. Kamu jangan marah, ya? Apa kamu marah?”

   Suga mencoba tersenyum, tapi senyuman itu hambar, seolah tahu semua kata-katanya tidak akan cukup menyembuhkan luka di hati Zeline.

Zeline tak menjawab, hanya menatap Suga dengan pandangan sendu yang sulit diartikan.

Suga menarik napas dalam, lalu melanjutkan,

       “Oke, kalau kamu marah… marah saja sama aku. Aku pantas menerimanya. Tapi jangan benci Cristine. Bagaimanapun, dia juga istriku.”

 Nada suaranya mulai melemah, namun penuh rasa bersalah.

   “Kalau bukan karena mendiang kakek Cristine… pernikahan itu tak akan pernah terjadi. Aku tidak bisa menolak keinginan terakhir orang tua yang sudah menganggapku seperti cucu sendiri.”

    Kata-kata itu menggantung di udara. Hujan di luar masih menetes pelan di kaca jendela, menjadi satu-satunya suara yang memecah keheningan.

 Zeline menatap kosong, matanya basah tapi bukan karena tangisan  melainkan karena menahan semua yang ingin ia ucapkan. Hatinya seperti terbelah dua antara logika dan cinta.

  “Jadi begitu, ya…,” ucap Zeline lirih. “Sekarang aku mengerti.”

     Ia menunduk sejenak, lalu menatap Suga dengan tatapan yang dalam tapi penuh jarak.

     “Aku tak akan membenci siapa pun, Suga. Aku hanya lelah. Lelah mencintai seseorang yang selalu punya alasan untuk menyakiti.”

    Tanpa menunggu jawaban, Zeline membuka pintu perlahan dan melangkah keluar, meninggalkan Suga yang kini hanya bisa menatap punggung wanita yang dulu selalu ia perjuangkan  namun kini perlahan menjauh darinya.

    Suga mendekat perlahan, suaranya lembut namun penuh tekanan,

    “Kalau begitu sekarang kita pulang, ya? Kamu akan pulang bersamaku... ke rumah kita, Zeline.”

  Zeline menatapnya  mata itu bergetar, seperti menahan perih yang selama ini disembunyikan di balik senyum dinginnya.

   “Rumah kita?” gumamnya lirih, hampir tak terdengar.

  Hatinya mulai bergetar hebat.

Rumah kita, kata-kata itu berputar di kepalanya seperti pisau yang menggores pelan namun dalam.

  “Bahkan yang kau katakan itu rumah kita, pikir Zeline dalam hati, tapi kau membiarkan orang asing masuk ke dalamnya. Kau biarkan dia tidur di sisi tempat yang dulu hanya milikku. Kenapa, Suga? Kenapa kau menyakitiku dengan alasan yang tak masuk akal seperti itu?”

    Tubuh Zeline menegang, matanya mulai basah. Ia berusaha menunduk agar air matanya tak terlihat, namun air itu jatuh juga  menelusuri pipinya perlahan seperti hujan kecil di musim dingin.

   Suga menyadari itu. Ia melangkah satu langkah mendekat, tangannya terulur seolah ingin menghapus air mata itu, tapi Zeline mundur setapak, menggeleng pelan.

    “Jangan…” bisiknya dengan suara parau.

  Keheningan menyelimuti mereka.

Di antara dua hati yang dulu saling memiliki, kini hanya tersisa jarak  jarak yang diisi oleh cinta yang tak tahu harus bertahan atau pergi.

    Suga menatap Zeline dengan mata yang tampak lelah, suaranya bergetar namun lembut, seolah setiap kata keluar dari dalam luka yang dalam.

    “Zeline... maafkan aku. Bukan maksudku menyakitimu,” ucapnya lirih sambil menunduk sedikit, menatap kedua tangannya yang mengepal di pangkuan.

   Zeline tidak menjawab, hanya menatap kosong ke depan, matanya masih basah. Suga menarik napas panjang, lalu kembali melanjutkan, kali ini nadanya terdengar lebih tulus lebih hancur.

   “Walaupun Cristine... dia istriku... tapi bukankah kau juga istriku, Zeline?”

   Zeline menoleh perlahan, tatapan matanya tajam, namun ada getir yang jelas terpancar dari sana. Suga mendekat, berusaha menangkap tatapan itu, mencoba menembus dinding dingin yang kini membatasi mereka.

    “Kau… adalah cinta pertamaku… dan terakhirku,” lanjutnya dengan nada penuh penyesalan.

Suara Suga hampir tenggelam di antara detak jantungnya sendiri.

  Air mata Zeline akhirnya jatuh tanpa bisa ditahan.

     “Suga… kalau benar aku cinta terakhirmu… kenapa aku harus merasa seperti orang asing di hidupmu?”

    ucapnya dengan suara parau, bergetar karena menahan tangis.

   Suga terdiam.

Ia ingin menjawab, ingin memeluk, tapi langkahnya seolah terkunci. Hanya keheningan yang tersisa, di antara dua hati yang masih mencintai namun diselimuti luka yang terlalu dalam untuk disembuhkan dengan kata maaf.

1
Sokkheng 168898
Baca ini sambil minum teh hangat, perfect combo ❤️
KARTIKA: masyaallah makasih kak 🥰😄
total 1 replies
Huesito.( ꈍᴗꈍ)
Gak disadari sampai pagi cuma baca cerita ini, wkwkwk.
KARTIKA: makasih kak 😄😍👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!