Senja merasa menderita dengan pernikahan yang terpaksa ia jalani bersama seorang CEO bernama Arsaka Bumantara. Pria yang menikahinya itu selalu membuatnya merasa terhina, hingga kehilangan kepercayaan diri. Namun sebuah kejadian membuat dunia berbalik seratus delapan puluh derajat. Bagaimana kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
Senja beranjak dari kursinya saat mendengar suara klakson motor di depan rumah. Ia menoleh dari jendela, bibirnya tersenyum begitu melihat sahabatnya.
“Masuk, Ra!” serunya sambil melangkah ke teras.
Rara turun dari motornya dengan tawa renyah. “Yah! Suamimu sudah pergi ya?” dengusnya sambil turun dari motor.
Senja menatap tajam seolah-olah marah. “Memangnya kenapa kalau suamiku sudah pergi?”
“Ah gak, aku penasaran saja, gimana bentukannya. Apa setebal dan sedingin tembok Antartika?” candanya.
Senja tersenyum. “Penasaran ya?”
“Iya lah! Makanya bela belain jemput kamu pagi pagi.”
“Lain kali, lebih awal, ya, karena suamiku itu disiplin.”
“Iya deh!”
Tak butuh waktu lama, keduanya sudah duduk di ruang tamu. Senja menuntun Rara ke dapur.
“Ini, minum dulu, sudah siapkan dari tadi,” ujar Senja. T
Rara menatap ke arah meja, memperhatikan satu cangkir lain yang setengah kosong. “Eh, yang itu punya siapa?” tanyanya sambil menunjuk.
“Punya mas Saka,” jawab Senja santai.
Rara menaikkan alis, lalu tertawa kecil. “Kamu minum yang bekas Saka aja, tuh, biar jadi istri penurut “ ujarnya sambil tersenyum menggoda.
Senja spontan terkekeh, lalu meraih cangkir yang tadi ditunjuk. Ia menatap sisa teh di dalamnya, lalu menyeruput sedikit sebelum meletakkannya kembali.
Rara tertawa lagi. “Gimana rasanya bibir Saka?”
Senja menatap bibir cangkir, lalu tersenyum kecil, nyaris malu-malu. “Manis,” jawabnya spontan.
Hahaha tawa mereka pun pecah.
Setelah meneguk sisa teh hangat mereka, Senja dan Rara segera bergegas keluar rumah. Berangkat menuju butik tempat mereka kerja.
Begitu mereka masuk, aroma bunga kering dan parfum lembut segera menyambut. Di dalam, deretan gaun pengantin menggantung anggun di balik kaca, berkilau diterpa cahaya lampu.
Tante Rere, pemilik butik sekaligus tante Rara, tampak berdiri di tengah ruangan. Wajahnya menunjukkan kegelisahan; keningnya berkerut, dan tangannya memegang ponsel seolah menunggu kabar yang tak kunjung datang.
“Kenapa, Tante?” tanya Rara penasaran.
Tante Rere menoleh cepat, lalu menghela napas berat. “Ini tante lagi cari model untuk pemotretan, tadinya udah dapet,eh modelnya gak bisa datang karena sedang berduka, padahal fotografer sudah siap dari tadi,” keluhnya dengan nada panik.
Baru saja ia ingin melanjutkan kalimatnya, pandangannya jatuh pada Senja yang berdiri di sisi Rara. Seketika matanya berbinar. Ia menatap gadis itu dari atas ke bawah postur proporsional, kulit bersih, dan aura lembut yang alami.
“Rara… siapa dia ?” tanya tante Rere sambil mendekat.
Rara tersenyum. “Ini Senja, Tante. Sahabatku. Di yang aku bilang kemaren mau ikut kerja di sini.”
Rere menyipitkan mata, lalu tersenyum lebar. “Senja, kamu cantik sekali, sayang. Kalau boleh Tante minta tolong, mau nggak kamu jadi model pengganti untuk sesi foto hari ini?”
Senja terkejut, matanya membesar. “Saya? Jadi model?”
“Ya,” jawab wanita tiga puluh tahunan itu cepat dan penuh harap. “Tinggal pakai gaun ini rancangan tante, kamu berhias lalu lakukan sesi pemotretan.
Senja terdiam sejenak, hampir tak percaya karena mendapatkan tawaran tersebut.
Rara menepuk bahu sahabatnya, “Ayo, Sen! Kapan lagi kamu dapat kesempatan ini, S
sekalian nambah pengalaman, “ ujarnya menyemangati.
Senja menatap mereka bergantian, lalu tersenyum lebar. Ada rasa gugup, tapi juga semangat yang tiba-tiba tumbuh. “Baiklah, Tante. Aku mau!” jawabnya antusias.
Tante Rere menepuk tangan gembira. “Bagus! Ayo, ganti baju di ruang ganti. Fotografer sudah siap.”
Senja mengikuti arahan itu, dan saat langkahnya memasuki ruang rias yang dikelilingi cermin besar, dadanya berdebar. Ia tak menyangka hari ia akan mendapatkan pengalaman berharga.
Senja di ruas oleh make-up artis profesional, membuat wajahnya semakin cantik, sehingga auranya memancar bak model profesional.
Ruangan itu dipenuhi cahaya lembut dari lampu sorot yang diarahkan ke satu titik. Di tengahnya, Senja berdiri dengan gaun pengantin berwarna putih gading yang menjuntai elegan di lantai. Rambutnya disanggul sederhana, menyisakan beberapa helai yang membingkai wajahnya. Sinar matahari yang menembus jendela besar membuat kulitnya tampak berkilau alami.
Tante Rere tampak puas. “Ya, bagus sekali! Senyum sedikit, Senja… angkat dagunya… nah, begitu!” arahannya terdengar penuh semangat.
Senja menuruti setiap arahan dengan kaku di awal, namun perlahan mulai terbiasa. Pose demi pose ia lakukan dengan percaya diri, bahkan fotografer sampai memuji, “Natural banget, Mbak. Kamera suka sama kamu.”
Di sudut ruangan, Rara sibuk menahan tawa sambil memegang ponsel Senja. Ia memotret diam-diam dari berbagai sudut,kadang fokus pada wajah, kadang pada detail gaun yang jatuh indah di tubuh sahabatnya itu.
“Rara!” tegur Senja setengah malu ketika menyadari kamera ponselnya mengarah ke wajahnya.
Rara hanya nyengir. “Biar aja! Sayang banget kalau nggak diabadikan. Kamu kelihatan kayak pengantin beneran, tau nggak?”
Senja menggeleng, pipinya bersemu merah. “Jangan lebay, ah…”
Tapi Rara sudah lebih dulu sibuk memilih hasil jepretannya. Dengan cepat ia mengunggah satu foto terbaik yakni, saat Senja berdiri di depan cermin, senyum tipis di bibirnya, gaun putih melingkari tubuhnya sempurna.Ia menambahkan tulisan kecil di status WhatsApp milik Senja [Hati pertama pemotretan]
Lalu menekan tombol kirim dengan senyum licik.
Rara melirik Senja yang masih berpose di depan kamera profesional. Dalam hati ia tertawa geli. “Kita lihat nanti,” gumamnya pelan, “yang bereaksi duluan siapa, si duda ganteng itu, atau suamimu sendiri,.”
Ia menyandarkan diri di kursi sambil memperhatikan layar ponsel yang kini menampilkan status Senja.
Tinggal menunggu waktu… siapa yang akan
lebih cepat merespon postingan yang dia buat di status WA senja. Zein, atau Saka?
ku rasa jauh di banding kan senja
paling jg bobrok Kaya sampah
lah ini suami gemblung dulu nyuruh dekat sekarang malah kepanasan pakai ngecam pula
pls Thor bikin dia yg mati kutu Ding jangan senja
tapi jarang sih yg kaya gitu banyaknya gampang luluh cuma bilang i love you