Naora, seorang wanita yang dijadikan taruhan oleh suaminya yang sering menyiksanya selama dua tahun pernikahan. Ia dengan tega menyerahkan Naora pada lawannya yang seorang penguasa.
Damian, seorang Bos mafia yang kejam seketika menaruh rasa iba pada Naora saat melihat luka-luka di tubuh Naora.
Sikap Damian yang dingin dan menakutkan tidak ada ampun pada lawannya tapi tidak sedikitpun membuat Naora merasa takut. Hatinya sudah mati rasa. Ia tidak bisa merasakan sakit dan bahagia. Ia menjalani hidup hanya karena belum mati saja.
Namun tanpa diduga, hal itu malah membuat Damian tertarik dan ingin melepaskan Naora dari jerat masa lalunya yang menyakitkan.
Akankah Damian bisa melakukannya dan terjebak dalam rasa penasarannya ?
Minta dukungan yang banyak ya teman-teman 🫶 Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Angel
"Untuk pertama kalinya kau membawa seorang gadis untuk mengunjungi ku". Kata Angel tersenyum pada Damian.
"Dia bukan seorang gadis". Jawab Damian memainkan setangkai mawar merah yang diberikan oleh Angel padanya.
"Lalu ?" Tanya Angel dengan mengernyitkan dahinya.
"Dia tawananku. Dia dijadikan jaminan oleh suaminya yang pecundang". Jawab Damian tanpa menoleh kearah kakaknya. Ia tidak ingin Angel menangkap sesuatu yang aneh dalam matanya.
Angel hanya mengangguk mengerti. Tatapannya tertuju pada Naora yang berada jauh dari mereka.
"Dia terlihat masih muda. Suami macam apa yang menjadikannya sebagai jaminan ?" Ucap Angel pelan.
Damian menoleh dan mengangkat bahunya pertanda tidak tau.
"Tidak perlu memikirkan orang lain. Bagaimana keadaanmu disini ?" Tanya Damian.
"Aku selalu baik, Damian. Sangat baik. Aku merasa begitu dekat dengan ibu". Kata Angel lagi-lagi tersenyum.
"Ya, itulah yang selalu kau katakan". Balas Damian.
Kemudian keduanya saling diam. Bukannya tidak tau apa yang ingin dikatakan, melainkan banyak sekali hal masa lalu yang terpendam dalam hati keduanya yang berusaha untuk mereka katakan.
Tapi mereka menyadari, mereka harus bangkit dan melupakan masa lalu. Hingga akhirnya kata-kata itu tetap tersimpan di hati keduanya.
"Sebentar lagi kau berulang tahun yang ke tiga puluh tiga tahun. Kau ingin sesuatu dari ku ?" Tanya Angel.
Kali ini Damian menghadap kearah Angel. Ia menatap dalam wajah Kakaknya yang begitu teduh dan tenang.
"Permintaanku masih sama. Aku ingin kau pulang bersamaku". Kata Damian dengan matanya yang menyiratkan kepedihan.
"Sulit sekali permintaanmu, Damian. Mungkin kali ini aku belum bisa mengabulkannya lagi". Jawab Angel tersenyum.
"Kau selalu saja seperti itu". Kata Damian merebahkan tubuhnya pada kursi dan kepala berada di pangkuan Angel.
Angel mengelus kepala Damian dengan lembut. Angel tau saat Damian mengunjunginya seperti ini, ia ingin mengeluarkan bebannya yang ia simpan seorang diri.
Mereka lagi-lagi terdiam. Meresapi rasa sakit dan kesepian di hati masing-masing.
"Kalau aku tidak bisa memberimu sesuatu, maka bolehkah aku yang memintanya ?" Tanya Angel. Tangannya masih mengelus kepala Damian yang memejamkan matanya.
"Katakan". Jawab Damian pelan. Suaranya parau dan ia enggan membuka matanya.
Damian tidaklah sekuat yang orang-orang pikirkan. Ia memang kejam pada musuhnya. Tiada ampun pada pengkhianat. Tapi dalam hatinya ada lubang yang tidak akan pernah bisa tertutup sempurna.
Apalagi keputusan Angel yang menjadi biarawati masih belum bisa ia terima dengan sepenuh hati.
Ia ingin Angel berada di dekatnya dan menikmati kesuksesannya. Tapi Kakaknya itu malah menepi dengan dalih lebih dekat dengan ibu mereka.
Terkadang Damian merasa semua usahanya sia-sia. Harta dan kejayaan yang di dapatkannya tidak ada nilainya. Untuk siapa ia mengejar semua ini ?
"Aku ingin melihatmu menikah. Aku ingin menggendong anakmu". Kata Angel.
Damian meneteskan air matanya mendengar ucapan Angel. Rasa pedih dihatinya semakin terasa.
"Siapa yang mau menikah dengan monster sepertiku, Kak ?" Kata Damian masih menutup mata.
"Ada. Pasti ada wanita yang tidak takut padamu. Yang menganggap mu sebagai malaikat penolongnya. Yang tidak silau dengan hartamu. Pasti ada wanita yang seperti itu". Kata Angel.
Damian bangun dari tidurnya dan menegakkan kembali tubuhnya.
"Kenapa aku harus menikah ? Aku tidak percaya dengan yang namanya cinta. Apa kau lupa jika cinta yang menghancurkan kita ? Aku melihat Ibu yang begitu mencintai Ayah. Seumur hidupnya dihabiskan untuk melayani seorang pria yang kelak membunuhnya. Apa kau ingin aku menjadi seperti pria brengsek itu ?" Kata Damian menggebu-gebu. Dadanya terasa penuh.
"Maka jadilah suami yang baik dan melindungi istrimu. Berkaca lah padanya agar kau tidak sekali-kali menyakiti wanita yang menemanimu". Kata Angel masih tenang meskipun air mata sudah menggenang.
"Lalu bagaimana denganmu ? Bukankah kau juga tidak percaya dengan cinta hingga memutuskan menjadi biarawati dan tidak menikah ? Jawab aku Kak ?" Bentak Damian. Dan seketika air mata Angel luruh mendengar ucapan terakhir Damian.
"Hiks hiks hiks". Angel terisak dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Ia begitu ingin melihat Damian berkeluarga. Ia ingin Damian mencintai orang lain selain dirinya.
Ada sesuatu yang Angel sembunyikan dari Damian. Ia takut jika sewaktu-waktu ia tiada dan meninggalkan Damian sendirian di dunia ini. Apa yang akan terjadi jika waktu itu tiba. Damian tidak memiliki tujuan untuk pulang.
Angel berpikir jika Damian memiliki keluarga sendiri, maka setidaknya keluarga nya masih menjadi penopang untuk Damian setelah kepergian Angel.
Rasa sakit menjalar di hati Angel melihat kerapuhan Damian. Adiknya benar-benar sudah tidak percaya pada yang namanya cinta.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud membentak mu". Kata Damian mendekati Angel dan memeluknya.
Damian menyangka Angel menangis karena suaranya yang keras. Tapi Angel menangis karena ia sudah putus asa bagaimana cara meyakinkan Damian agar mau menikah.
"Aku tidak apa-apa". Kata Angel menghapus air matanya. Ia tidak mau Damian menyalahkan dirinya sendiri.
"Kenapa kau terus-menerus menyuruhku menikah ?" Tanya Damian masih memeluk Angel.
Angel hanya menggelengkan kepalanya. Ia masih dilema, haruskah ia mengatakan pada Damian tentang penyakitnya atau menyimpannya rapat-rapat sampai ajal menjemputnya.
Jika ia mengatakan pada Damian, sudah pasti Damian akan memaksanya untuk meninggalkan statusnya sebagai biarawati dan mengajaknya ke kota untuk berobat.
Tapi jika tidak mengatakannya, sudah pasti Damian akan memendam kekecewaan yang mendalam padanya setelah kematiannya.
"Aku ingin kau bahagia". Kata Angel mengurai pelukan mereka.
"Aku sudah bahagia". Jawab Damian.
"Aku ingin kau memiliki alasan untuk pulang cepat karena ada seseorang yang menunggumu dirumah. Ada ocehan anakmu yang kau rindukan". Kata Angel tidak kehilangan akal.
"Aku bisa memaksamu meninggalkan status biarawati dan membawamu pulang ke rumah". Balas Damian.
"Aku bukan istrimu".
"Kak, sudahlah. Berhenti menyuruhku menikah". Kata Damian frustasi. Ia bahkan menjambak rambutnya sendiri.
"Coba bayangkan, jika kau memiliki istri sebaik Ibu. Apa kau tidak bahagia ?" Tanya Angel. Kali ini Damian terdiam.
"Tapi bagaimana jika aku bersikap seperti pria brengsek itu ?" Tanya Damian dalam kebingungannya.
"Tidak akan. Carilah wanita yang jika kau melihat penderitaannya maka kau akan merasakan sakit juga. Dan jika kau melihat kebahagiaannya kau akan ikut tersenyum juga. Pasti ada wanita seperti itu". Kata Angel mencoba bicara pelan.
Ia masih yakin jika Damian bisa mencintai seorang wanita. Damian hanya trauma.
Ucapan Angel lagi-lagi membuat Damian terdiam. Seketika pikirannya tertuju pada Naora.
Ia merasa sedih ketika melihat Aldric memukulinya di pesta waktu itu. Ia juga tidak suka melihat tubuh Naora yang terdapat banyak bekas luka seakan ia bisa merasakan rasa sakitnya.
Dan ia juga senang saat melihat Naora yang tertawa hanya karena diberi hadiah kucing.
Apakah wanita yang dimaksud oleh Angel adalah Naora ?
Damian melemparkan pandangannya pada Naora yang duduk di sebuah kolam ikan menunggu Luna minum.
Lalu datanglah Lukas memberikan sebotol minuman untuk Naora. Naora menerimanya dan sepertinya mengucapkan terima kasih. Tapi Damian tidak suka melihat senyum yang Naora lemparkan pada Lukas.
Seketika ia berdiri dengan tatapan tajam yang mengarah pada keduanya.
Angel melihat sikap Damian yang tiba-tiba berubah dan mengikuti arah pandangnya.
Senyum tipis terbit dari bibir Angel. Firasatnya tidak salah. Damian memiliki rasa terhadap wanita yang disebut sebagai tawanannya itu.
..
Maaf ya teman-teman, udah lama ga up. Othor ada kesibukan sampai bulan November. Jadi kemungkinan akan jarang up. Tapi othor tetap usahakan bisa up terus.
Tetap dukung othor ya.. Jangan bosan-bosan. Makasih semuanya 🙏
sakit parah dianya yah