Suaminya ketahuan selingkuh dan anak yang dikandungnya meninggal adalah petaka yang paling menyedihkan sepanjang hidup Belcia. Namun, di saat yang bersamaan ada seorang bayi perempuan yang mengira dia adalah ibunya, karena mereka memiliki bentuk rambut yang sama.
Perjalanan hidup Belcia yang penuh ketegangan pun dimulai, di mana ia menjadi sasaran kebencian. Namun, Belcia tak memutuskan tekadnya, menjadi ibu susu bagi bayi perempuan yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Penasaran dengan kisah Belcia? Ayo kita ikuti di novel ini🤗
Jangan lupa follow author💝
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Canggung
"Nyonya, ada paket untuk Anda," ucap Duni seraya memperlihatkan paket yang baru saja dia terima. Beberapa hari yang lalu Belcia memang memesan buku dongeng dan barang-barang lain di online store.
"Oh iya, taruh saja di sana," jawab Belcia, karena saat ini dia sedang menemani Leticia bermain. Bayi cantik yang sudah merangkak aktif itu terkadang mulai ingin berdiri, jadi Belcia harus menjaganya super ketat.
"Cia, udah mau jalan ya?" ucap Belcia saat Leticia menggunakan tangannya sebagai pegangan. Tubuhnya bergoyang-goyang, karena belum stabil, tapi hal itu sudah menjadi kebanggaan tersendiri untuk Belcia.
"Ya ... Bagus!" puji Belcia dengan wajah sumringah. Sementara Leticia tersenyum lebar sambil mencoba mengangkat kakinya untuk mengambil langkah.
Namun, baru beberapa detik tubuh Leticia jatuh ke lantai yang sudah dialasi karpet tebal dan lembut. Wajahnya menegang, tapi Belcia berusaha menenangkannya.
"It's oke, kamu bisa mencobanya lagi," kata wanita itu sambil tersenyum lebar, membuat Leticia tak jadi menangis.
Bersamaan dengan itu Lidya datang bersama Tuan Morgan, karena dia sudah mendengar bahwa Maria pulang kampung. Dia pun merengek pada suaminya untuk tinggal di rumah ini sementara waktu, supaya Belcia tidak kerepotan.
"Lho katanya minggu-minggu ini Mama ada kesibukan, kenapa kembali ke sini?" tanya Belcia dengan kening mengernyit. Dia selalu berusaha memahami kesibukan orang-orang di rumah ini, tapi tidak dengan dirinya sendiri. Padahal dia pun punya kehidupan, tapi dia malah memilih untuk tetap mengurus Leticia.
"Mama sudah dengar dari Duni, katanya Maria pulang. Jadi Mama ingin menemani kamu, kasihan kalau kamu sendirian, yang ada kamu kewalahan, apalagi—" Lidya melihat ke arah Leticia yang kembali berdiri sambil berpegangan pada pagar buatan di ruangan tersebut. "Leticia tidak bisa diam."
Belcia menghela nafas dan tersenyum. Terkadang dia memang kelelahan, tapi rasanya jauh lebih baik, dari pada dia harus meninggalkan bayi itu.
"Kita akan tinggal di sini, iya kan, Pa?" lanjut Lidya meminta persetujuan Tuan Morgan. Pria paruh baya itu tidak bisa berkata tidak jika sang istri sudah memberi keputusan.
"Ya, seperti yang kamu bilang," jawab Tuan Morgan yang membuat Belcia dan Lidya terkekeh bersama.
***
Setiap sebulan sekali Leticia selalu memiliki jadwal kontrol ke rumah sakit. Alhasil pagi ini Belcia bersiap-siap untuk ikut Jasper memeriksakan Leticia.
Arsen membukakan pintu mobil untuk Belcia, sebagaimana dia menghormati majikannya, dia memperlakukan Belcia dengan baik. Hal tersebut membuat Jasper sedikit berdecih, kemudian dia segera masuk ke kendaraan roda empat itu, mereka berdua duduk berdampingan.
Setengah perjalanan mereka habiskan dengan kesunyian. Tidak ada obrolan apapun, karena di sini hanya Leticia yang terus mengoceh. Hingga tiba-tiba Leticia menepuk-nepuk dada Belcia sambil tertawa girang.
"Machhh ... Nyeh," ucap Leticia dengan suara imutnya. Jasper melirik sekilas untuk melihat tingkah sang anak, membuat Belcia merasa cukup canggung.
"Nanti ya," balas Belcia berusaha memberi pengertian. Namun, bayi yang belum mengerti apa-apa itu malah menarik-narik baju bagian atas Belcia, hingga sembulannya terlihat jelas.
"Papapap nyeh," celotehnya sambil berjingkrak-jingkrak di atas pangkuan Belcia.
Merasa terpanggil, Jasper langsung menoleh, tapi hanya seperkian detik, dia kembali buang muka dan berseru kepada Arsen.
"Ar, menyetirlah dengan benar, fokus ke depan!"
"Ah iya, Tuan," jawab Arsen berusaha membaca situasi di belakang sana.
Belcia yang ikut gagap, akhirnya segera mengambil apron menyusui, karena Leticia sangat usil. Padahal bayi itu sudah minum susu cukup banyak sebelum pergi.
"No, jangan ditarik-tarik ya, Cia," seru Belcia, karena tangan Leticia benar-benar tak mau diam. Apalagi saat menyusu, bayi itu malah membukanya dan mengajak sang ayah yang ada di sampingnya bermain.
"Bahhhh!" teriakan menggemaskan itu lagi-lagi membuat Jasper menoleh.
"Leticia, menyusulah dengan benar," ujar Jasper dengan suara canggung. Namun, Leticia malah tertawa-tawa karena Belcia membelokan badan sambil mengangkat tubuhnya.
"Ehehehek ... Bahhhh!" Leticia menyembulkan kepala lagi dari apron tersebut, tepatnya di ketiak Belcia. Membuat Belcia memejamkan matanya rapat-rapat. Tidak, dia tidak boleh emosi.
Di saat-saat seperti itu, Arsen malah mengerem secara mendadak, membuat tubuh orang-orang yang di belakang sana terhuyung ke depan, terutama Belcia yang sedang memangku Leticia.
Hap!
Tangan panjang Jasper lebih dulu menahan, tapi bukan kepala sang anak yang dia dapat, melainkan sesuatu yang sama bulatnya.
Glek!
Pria itu kesulitan untuk menelan ludahnya, sedangkan bola mata Belcia hampir saja keluar dari sarangnya.
"Arsen!" pekik Jasper untuk menetralisir kegugupan.
"Ma—maaf, Tuan, ada kucing lewat tadi," jawab Arsen terbata-bata. Wajahnya pias.
***
Leticia menangis kencang setelah mendapat suntikan imunisasi. Jasper langsung berusaha menenangkannya, sedangkan Belcia mendengarkan penjelasan dokter sekaligus ingin berkonsultasi.
"Dok, beberapa hari ini ASI saya terasa berkurang. Tidak semelimpah sebelumnya, padahal saya sudah berusaha makan makanan yang sehat dan benar," tanya Belcia, dia bisa melihat perubahan itu karena selain menyusui Leticia secara langsung, dia juga kerap memompanya setiap beberapa jam sekali.
"Nyonya, faktor kwalitas dan banyaknya ASI itu bukan hanya dari makanan saja, tapi bagaimana cara Nyonya mengolah stres, itu juga penting. Jadi, buang pikiran-pikiran negatif yang ada di diri Nyonya, supaya tubuh juga merespon dengan baik," jelas sang dokter dengan gamblang.
Tak hanya Belcia yang mendengarkan, tapi Jasper juga diam-diam menguping. Setelah ini Belcia akan berusaha lebih keras lagi untuk tidak mudah emosi, dan tidak terpancing oleh hal-hal yang tidak penting.
"Ada lagi?" tanya Dokter. Belcia menggelengkan kepala, tapi tiba-tiba Jasper menyahut.
"Dok, bagus mana menyusu dari botol atau secara langsung?"
Mendengar itu dokter mengulas senyum.
"Apa-apaan Tuan ini, tentu saja yang langsung itu lebih baik. Selain praktis, manfaatnya juga cukup banyak. Salah satunya bayi akan merasa lebih dikasihi, dan akhirnya dia punya ikatan emosional dengan sang ibu," papar sang dokter yang membuat sudut bibir Belcia tertarik ke atas.
'Dia pikir, dokter akan membelanya?' batinnya. Sementara wajah Jasper langsung berubah kecut.
lagian kamu tuh kok kagak punya malu? kamu tuh tinggal di rumah siapa? meskipun kamu kakak dari almarhum maureen, bukankah maureen sudah tiada. terus kenapa kamu masih bertahan di rumah jasjus, dengan alasan ingin mengawasi leticia 😒 jelas2 leticia ogahh sama kamu? kok yaa masih betah bertahan di rumah iparr...memuakkan 😒
setelah dia tau kronologi kecelakaan itu.jaspeer jdi kerasukn jin baik/Facepalm/