Perempuan yang sangat menyukai anak kecil yang dibesarkan di panti asuhan lalu mendapat pekerjaan sebagai pengasuh dan guru les untuk anak laki-laki berumur 5 tahun. Namun tidak disangka, ia menemukan jodohnya yang tidak lain om dari anak tersebut. Berawal dari rasa jengkel lalu menjadi cinta .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fega Meilyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arka cemburu
Arka merasa senang ada kesempatan untuk dekat dengan Hanna lagi walaupun sebentar lagi Arka tau Hanna akan makan siang berduaan dengan kak Adit.
Beberapa menit kemudian mereka sampai dirumah sakit. Arka yang harusnya pergi ke kampus jadi malas kalau harus membiarkan gadis pujaannya berduaan dengan laki-laki lain meskipun itu kakaknya sendiri.
Langkah Hanna terhenti dan ia berbalik.
"Loh Pak Arka kok malah ikutin aku, udah sana ke kampus"
"Saya juga mau ikut makan sia g bareng kalian, masa gak boleh". Langkah Arka terus maju meninggalkan Hanna dibelakang.
Sesampainya di depan ruangan Adit ternyata Adit sedang keluar, begitulah kata suster yang jaga.
Untuk memastikannya Arka menghubungi Adit.
[Halo kak! Ka Adit dimana? Aku sama Hanna di depan ruangan kakak tapi kok tidak ada?]
[Maaf Arka, kakak lagi diluar ada urusan. Makanannya kamu aja sama Hanna yang makan, maaf kakak lupa bilang mama tadi]
[Harusnya kakak bilang dong, capek-capek aku antar Hanna kesini, ganggu kerjaan aku aja]. Dalam hati sebenarnya Arka senang tapi ia pura-pura kesal aja.
[Halah kamu sok pura-pura, kakak tau kamu senang kan]
[Yaudah aku nanti bilang ke Han....]
Tut
Tut
Tut
"Belum juga selesai ngomong sudah dimatikan!".
"Kenapa pak?"
"Kak Adit lagi ada tugas di luar, jadi dia tidak bisa makan siang disini"
"Oh gitu ya. Saya pulang aja deh pak, sayang ini mubazir makanannya".
"Gak mubazir dong! Kan bisa buat kita makan berdua. Lagian kalau kamu pulang lagi nanti yang ada mama marahin kak Adit udah bikin kamu nunggu. Kamu mau mama marah sama anaknya sendiri?". Arka terkekeh melihat tingkahnya sendiri.
"Iya juga sih pak, tapi mau makan ini dimana?"
"Hem..." Arka tampak berpikir, "karna saya hampir telat jadi makan di kampus aja, di ruangan saya".
"Yaudah deh". Arka melebarkan senyumnya karena Hanna langsung mengiyakan biasanya ia banyak protes.
Sesampainya mereka di kampus, Hanna mengurungkan niatnya untuk makan siang bersama di ruangan Arka. Karena ia tau Cathy berada dikampus ini, kalau Cathy lihat Hanna nanti akan jadi masalah. Hanna pun tidak mau bertemu dengan Cathy, baginya ia bukan siapa-siapa lagi untuk keluarganya. Terlebih jika dia bersama Arka, pasti Cathy akan salah paham dan marah.
"Pak saya tunggu di mobil aja boleh kan? Saya tidak enak kalau harus masuk ke dalam?"
Arka mengernyitkan alisnya, "loh kenapa? Kan kamu juga pernah ngampus disini"
"Iya sih pak, saya tunggu disini aja gapapa kok"
"Yaudah tunggu saya disini, jangan kemana-mana ya! Saya hanya sebentar"
Arka pun langsung menuju kelas.
Hanna mengusir rasa bosannya dengan mendengarkan lagu dari ponselnya sendiri.
Saat ia sedang asyik mendengarkan lagu, tatapannya terhenti kala melihat ke arah luar ada ibu tirinya, Sisil.
Sisil tengah berbicara dengan laki-laki yang tampaknya ia kenal.
"Loh itu kan Pak Ken! Kenapa mereka bersama? Apa hubungan mereka ya?"
Hanna benar-benar dibuat penasaran, ia memutuskan untuk keluar. Baru saja ia membuka pintu mobil, Ken sudah meninggalkan tante Sisil.
"Kenapa Pak Ken terlihat begitu marah ya?" Gumam Hanna.
Hanna yang daritadi begitu serius memikirkan Sisil dan Ken, tanpa ia sadari Arka sudah kembali.
"Han, Han, Hannaaaaa!!" Arka memanggil Hanna berulang kali sampai Hanna terkejut ketika Arka melambaikan tangan ke arah wajahnya.
"Eh iya astaghfirullah, maaf pak saya bengong"
"Kesambet baru tau!"
"Mana bisa pak, ini kan siang"
"Bisa aja, kesambet hati saya". Gumam Arka.
"Apa pak, saya gak denger"
"Saya gak bicara apa-apa, kamu salah dengar!"
Hanna mengernyitkan alisnya, "Perasaan Pak Arka ngomong sesuatu deh tadi"
"Kamu budeg berati, tidak ada pengulangan!"
Arka terkekeh melihat Hanna yang manyun
"Gemesin banget sih, pengen cium rasanya". Batin Arka
"Kenapa pak Arka senyum-senyum sekarang? Ada yang salah di wajah saya ya pak?" Hanna melihat wajahnya di cermin.
"Kamu lucu". Jawab Arka singkat
"Saya bukan badut!"
Mereka tidak berbicara lagi dan beberapa menit kemudian mereka sampai di sebuah apartemen.
"Kok kesini pak? Ngapain?"
"Makan siang lah, sudah cepat, saya sudah lapar"
Hanna tak banyak bicara lagi karna ia juga sebenarnya juga sudah lapar. Hanna juga tidak berpikir yang macam-macam karna ia tau Arka bukanlah orang yang jahat.
Ia tiba dan masuk ke dalam apartemen, Hanna terkesima melihat kemewahannya.
"Wah bagus dan mewah sekali ya pak, ini apartemen pak Arka?"
"Ya kamu pikir punya siapa?"
"Hehe ya namanya juga basa basi pak"
"Saya beli apartemen ini sudah lama, sudah sejak saya kuliah, saya kesini hanya sekedar bosen aja".
"Saya ga nanya pak"
"Saya kasih informasi aja!"
Hanna terkekeh melihat Arka yang menahan malu.
Mereka langsung ke meja makan. Hanna mengambil peralatan makan. Saat ia hendak makan, Arka malah berkutat dengan laptopnya.
"Kok pak Arka tidak makan?"
"Ada kerjaan yang harus saya kerjain sebentar. Kamu makan saja dulu"
"Loh tadi Pak Arka marah-marah karna sudah lapar, kerjaan kan bisa nanti loh pak"
"Yaudah kamu suapin saya, sebagai hukuman waktu itu kamu bikin saya sakit".
"Yaelah pak sudah besar juga masa disuapin", Hanna menghela nafas, "yaudah deh nih aaaa"
Hanna menyuapi Arka sambil membuka mulutnya layaknya ia menyuapi Raka.
Makanan mereka pun habis, Hanna yang sehabis makan sudah biasa mencuci peralatan makannya. Hanna masih melihat Arka sibuk dengan laptopnya.
"Masih sibuk ya pak?"
"Sebentar lagi. Kalau kamu bosan kamu bisa melihat-lihat ruangan ini"
"Wah beneran pak?"
Arka akhirnya selesai mengerjakan semua berkas-berkas di kantor dan tugas-tugas yang mahasiswanya kumpulkan.
Arka menghampiri Hanna yang sedang melamun di balkon.
"Kamu suka apartemen ini?"
"Eh sudah selesai pak?"
"Saya bertanya malah nanya balik!"
"Hehe siapa sih yang gak suka pak. Tempatnya bagus dan nyaman"
"Dan juga indah". Ucap Arka sambil menatap Hanna.
"Pulang yuk pak. Saya baru ingat kalau Raka ada hafalan hari ini".
"Yaudah ayo". Arka terbawa suasana hingga refleks menggandeng tangan Hanna.
"Lepasin pak! Jangan ambil kesempatan dalam kesempitan ya!"
"Sorry, gak sengaja". Arka memegang tengkuk lehernya.
Sepanjang jalan tidak ada obrolan. Namun Hanna teringat sesuatu yang dikampus tadi, ia melihat Ken dan Sisil seperti saling mengenal.
"Apa aku tanya pak Arka ya? Aku penasaran banget, tapi apa pak Arka tau?". Batin Hanna
"Kenapa kamu kaya memikirkan sesuatu?" tanya Arka
"Bapak kenal Pak Ken?"
Arka mengerutkan dahinya, "kenapa kamu nanyain dia, kamu suka sama dia, kamu mau saya jodohkan kamu sama dia gitu, kamu mau jadi pacarnya? Kamu kenalan aja sendiri". Arka benar-benar cemburu karna ia masih ingat betul Ken sudah mengkhianati Arka, merebut pacarnya. Bukan karena Arka belum move on, baginya pengkhianat tidak layak dapat maaf.
"Pak saya cuma nanya doang kok, kenapa pak Arka mikirnya macem-macem sih?"
"Saya gak suka!"
Melihat wajah Arka yang merah padam, Hanna merasa bersalah. Mungkin ada sesuatu di masa lalu yang menyebabkan Arka begitu marah karna menyebut nama Ken.
"Mm-maaf ya pak".
Tak ada percakapan lagi di antara mereka, Arka hanya diam dan membuat Hanna jadi makin merasa bersalah.
Setelah sampai dirumah, Arka langsung turun tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Huft perasaan aku salah terus deh". Gumam Hanna.