NovelToon NovelToon
Satu Malam Dengan Kakaknya

Satu Malam Dengan Kakaknya

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Tukar Pasangan / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Meldy ta

Dikhianati oleh pria yang ia cintai dan sahabat yang ia percaya, Adelia kabur ke Bali membawa luka yang tak bisa disembuhkan kata-kata.

Satu malam dalam pelukan pria asing bernama Reyhan memberi ketenangan ... dan sebuah keajaiban yang tak pernah ia duga: ia mengandung anak dari pria itu.

Namun segalanya berubah ketika ia tahu Reyhan bukan sekadar lelaki asing. Ia adalah kakak kandung dari Reno, mantan kekasih yang menghancurkan hidupnya.

Saat masa lalu kembali datang bersamaan dengan janji cinta yang baru, Adelia terjebak di antara dua hati—dan satu nyawa kecil yang tumbuh dalam rahimnya.

Bisakah cinta tumbuh dari luka? Atau seharusnya ia pergi … sebelum luka lama kembali merobeknya lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meldy ta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecelakaan

"Aku nggak bisa terus begini. Nggak! Nggak boleh lemah!"

Adelia berdiri di depan cermin dengan wajah pucat, matanya bengkak karena terlalu lama menangis semalaman. Tekadnya sudah bulat.

Ia tak bisa lagi hanya diam menunggu Reyhan pulang. Suaminya itu sudah dua hari tidak memberikan kabar sejak kepergiannya ke Singapura.

"Kalau aku tidak mencarinya, aku tidak akan pernah tahu alasan dia berubah seperti ini."

Dengan tangan gemetar, Adelia mengambil paspor dari laci meja rias. Ia berkemas cepat, hanya membawa beberapa pakaian dan dokumen penting. Air matanya kembali menetes, tapi ia menghapusnya cepat.

"Del … kamu harus kuat," bisiknya pada diri sendiri sambil meraba perutnya yang terasa sedikit sakit.

Pesawat mendarat dengan guncangan ringan di Bandara Changi, Singapura. Adelia memeluk perutnya yang sedikit membuncit sambil menarik napas panjang. Pandangannya kosong, tapi langkahnya mantap.

Ia tak membawa siapa pun. Hanya satu tas kecil di tangannya, dan satu tekad yang ia genggam erat: menemukan Reyhan.

Meski tak tahu harus ke mana, hatinya seperti dipaksa menuntunnya sendiri. "Reyhan harus aku temui … walau dia marah … walau dia sudah tak mencintaiku lagi," gumamnya pelan.

Adelia mencoba menghubungi Reyhan lagi. Nada sambung terdengar lama, tapi tak pernah terjawab. Pesan-pesan yang ia kirim hanya centang satu. Ia menatap layar ponsel dengan mata berkaca-kaca.

"Rey … aku mohon … sekali saja jawab aku."

Tetap tak ada jawaban. Dalam kebingungannya, Adelia teringat satu-satunya orang yang mungkin tahu keberadaan Reyhan: Leo dan Dina.

Di kantor cabang Jonathan Group Singapura, Leo dan Dina keluar dari ruang meeting dengan wajah kaget begitu melihat sosok Adelia berdiri di lobi.

"Delia?!" seru Leo hampir berbarengan dengan Dina.

Adelia tersenyum samar. "Hai, kalian…"

"Eh … kamu sendirian? Ngapain jauh-jauh ke sini? Mana mukamu pucat banget lagi…" Dina menatap cemas.

Adelia menunduk. "Aku … nyari Reyhan. Dia di mana sekarang?"

Leo dan Dina saling pandang, lalu Leo mendekat dengan nada hati-hati. "Del … gue nggak yakin harus ngomong apa. Tapi yang kita tahu … Reyhan sekarang kayaknya lagi di apartemen keluarga Emma."

Adelia mengerutkan dahi. "Emma?"

Dina menghela napas. "Del, aku tau ini nggak enak dan waktu yang nggak tepat. Tapi Emma sama Reyhan sekarang lagi sering bareng … katanya urusan keluarga dan bisnis."

"Tapi kalian nggak yakin, kan?" Adelia memaksa senyum. "Bilang sama aku, kalau ini cuma salah paham."

"Del…" Dina menggenggam tangan Adelia. "Sebagai sesama cewek. Aku juga nggak mau kamu sakit hati. Tapi yang kita denger … Reyhan emang deket lagi sama Emma."

Adelia menarik napas dalam, mencoba menahan air matanya. "Makasih udah jujur sama aku. Aku harus pergi sekarang."

"Del, tunggu dulu!" seru Leo. "Lo yakin mau sendirian? Ini Singapura, lo nggak kenal siapa-siapa di sini."

Adelia tersenyum samar, meski wajahnya terlihat sangat lelah. "Kalau aku nggak nyari dia sekarang, mungkin aku nggak akan pernah bisa."

"Ya udah kalau nanti kamu butuh kami. Kabari aja ya ... soalnya kami masih tinggal di sini tiga hari lagi."

Adelia mengangguk kecil. Ia melambaikan tangan sebelah melangkah pergi.

Malam itu, hujan turun deras. Adelia berjalan kaki di trotoar kota, mencoba mencari alamat apartemen yang disebutkan Leo.

Pikirannya kacau, tubuhnya letih, tapi tekadnya tak padam.

Dari arah berlawanan, sebuah mobil melaju kencang. Musik keras terdengar dari dalam, suara tawa seorang wanita yang sedikit mabuk.

Di belakang kemudi, seorang gadis muda dengan rambut pirang keemasan terlihat kacau. Vierra—adik Vincent—baru saja pulang dari pesta minum setelah dipermalukan kekasihnya yang berselingkuh.

"Brengsek! Semua pria itu sama aja!" gerutunya, menekan pedal gas terlalu dalam.

Brakk!

Adelia yang berjalan sambil memeluk perutnya tersenggol mobil itu. Tubuhnya terhempas ke aspal basah, darah merembes di ujung dress putihnya.

"Oh my God!" Vierra membanting rem, wajahnya pucat pasi. "Apa yang gue lakuin barusan?!"

Orang-orang mulai berkerumun. Vierra keluar dari mobil, lututnya gemetar.

"Cepat bawa dia ke rumah sakit!" teriak seorang pria.

Tanpa banyak berpikir, Vierra ikut membantu mengangkat tubuh Adelia ke dalam mobilnya. Wajahnya masih linglung, tapi ada rasa bersalah yang menindih dadanya.

"Semoga cewek ini selamat, Tuhan."

Tiba di rumah sakit.

"Dok, tolong selamatkan dia … gue nggak sengaja … dia tadi muncul tiba-tiba," ujar Vierra dengan suara bergetar.

Sang dokter hanya mengangguk sebelum membawa Adelia masuk ke dalam ruangan.

Beberapa jam kemudian, dokter keluar dari ruang operasi dengan wajah serius.

"Pasien selamat. Tapi … kami tidak bisa menyelamatkan bayinya. Kami sangat menyesal."

Membuat Vierra menelan ludah saat mendengarnya. "A-apa, Dok? Jadi wanita itu hamil?"

"Benar. dia mengalami pendarahan yang parah. Kami sungguh menyesal."

'Mampus! Gue udah bunuh calon bayi orang,' batin Vierra dalam ketakutan.

Adelia masih tak sadarkan diri. Vierra menatap gadis itu dengan perasaan campur aduk—antara lega dan rasa bersalah yang makin menyesakkan.

"Siapa dia?" bisik Vierra. "Kenapa wajahnya kayak nggak asing ya…"

Sementara itu di apartemen mewah keluarga Emma, Reyhan duduk di sofa dengan tatapan kosong.

Emma menghampirinya dengan segelas wine. "Rey … sudah waktunya kamu berhenti memikirkan Adelia. Kita punya masa depan yang harus dibangun bersama."

Reyhan tak menjawab. Tapi pikirannya kembali pada foto-foto yang dikirim Emma beberapa waktu lalu—gambar seorang pria di ranjang yang sama dengan Adelia.

'Apa Delia benar sudah mengkhianatiku?' batinnya sesak.

Emma menatapnya dalam. "Rey, keluargaku sudah menyiapkan pertemuan besok. Pernikahan kita akan diumumkan di sana. Setuju, kan?"

Reyhan menutup mata, rahangnya mengeras. "Baik … kita laksanakan saja."

Emma tersenyum bahagia. "Bagus, Rey. Semakin cepat pernikahan kita. Maka semakin baik kita memulainya."

"Tentu. Tapi aku ... memiliki persyaratan untuk pernikahan itu."

"Syarat? Syarat untuk apa, Rey?"

"Kita akan bicarakan itu nanti. Tapi, kalau kamu keberatan. Kita batalkan saja pernikahan."

Emma menggeleng kecil. "Ok. Aku akan setuju. Kita bahas syarat itu nanti setelah bertemu dengan keluargaku."

---

Sementara itu di rumah Reyhan-Adelia, Juan—si asisten Vincent—memukul-mukul kepalanya sendiri di kursi teras.

"Duh ... bodoh banget gue! Kenapa gue tinggal bentar makan bakso malah si Nona ilang!

Juan melihat sekeliling rumah yang sepi, lalu menelpon Vincent dengan panik.

"Bos Vin! Adelia nggak ada di rumah! Gue kira dia tidur, ternyata dia malah kabur ke mana entah!"

Dari balik telepon, suara Vincent terdengar tajam. "Sialan kamu, Juan! Cari dia sekarang juga! Kalau sampai terjadi apa-apa—"

Klik. Sambungan terputus. Juan langsung berlari keluar dengan wajah panik.

"Duh … bini orang cakep gitu … kalau kenapa-napa gue bisa dipecat hidup-hidup sama Bos Vin!"

---

Adelia terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Di sisi lain kota, Reyhan duduk berdua dengan Emma, mendiskusikan pernikahan mereka.

Langit Singapura yang mendung seperti menandai … ada hati yang hancur di dua tempat berbeda.

1
Adinda
lanjut thor
Adinda
sudah del lebih baik cerai saja
NurAzizah504
seromantis ini dibilang datar?! /Sob/
NurAzizah504
mantapppp
NurAzizah504
dan kamu termasuk salah satunya
NurAzizah504
kali aja reyhan memiliki firasat kalo adel hamil
NurAzizah504
hai, Thor. aku mampir nih. jgn lupa mampir di lapakku juga, ya. 'Istri Kontrak Sang Duda Kaya'. terima kasih ^^
NurAzizah504
hayo, Del. tanggungjawab tuh /Facepalm/
NurAzizah504
ya ampun /Sob/
NurAzizah504
wah, ada juga ya kasus begini. hubungan hambar lah istilahnya
NurAzizah504
ini bukan lagi ditusuk. tp ditikam berkali2
Adinda
cerai Saja del suami kamu gak perduli sama kamu,kamu keguguran saja dia tidak tau karena asyik dengan jalangnya
Adinda
cerai saja adelia untuk apa sama suamimu tukang selingkuh
Cindy
lanjut kak
Adinda
cerai aja del tinggalin reyhan buat apa bertahan kalau dia bersama dengan jalangnya terus
Adinda
pergi adelia tinggalin reyhan buat apa bertahan sama pria yang tidak bisa lepas dari masalalu
Cindy
lanjut kak
Adinda
lebih baik adel tinggalin reyhan dan cerai tak usah punya urusan sama keluarga itu lagi
Cindy
next
Cindy
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!