NovelToon NovelToon
DUDA LEBIH MENGGODA

DUDA LEBIH MENGGODA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Monica

:"Ya Allah, kalau Engkau tidak mengirimkan jodoh perjaka pada hamba, Duda juga nggak apa-apa ya, Allah. Asalkan dia ganteng, kaya, anak tunggal ...."

"Ngelunjak!"

Monica Pratiwi, gadis di ujung usia dua puluh tahunan merasa frustasi karena belum juga menikah. Dituntut menikah karena usianya yang menjelang expired, dan adiknya ngebet mau nikah dengan pacarnya. Keluarga yang masih percaya dengan mitos kalau kakak perempuan dilangkahi adik perempuannya, bisa jadi jomblo seumur hidup. Gara-gara itu, Monica Pratiwi terjebak dengan Duda tanpa anak yang merupakan atasannya. Monica menjalani kehidupan saling menguntungkan dengan duren sawit, alias, Duda keren sarang duit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32

Lampu darurat berdenyut merah di koridor bawah tanah FUNDAMENTA, memantulkan cahaya yang menari-nari di dinding dan lantai, menciptakan ilusi seperti detak jantung raksasa yang berdetak semakin cepat. Suasana terasa mencekam, penuh dengan ketegangan. Di ruang inti, Monica berdiri di samping Azzam, napasnya berat dan terengah-engah. Mereka telah terjebak dalam sebuah permainan yang sangat berbahaya.

“Kita harus menarik Arsya ke sini,” kata Monica, matanya tertuju pada panel yang terkunci, satu-satunya penghalang yang memisahkan mereka dari tujuan akhir.

Azzam menatap jam di tangannya, wajahnya menunjukkan kekhawatiran, "Kalau dia datang, itu berarti kita hanya punya dua pilihan: menaklukkannya… atau mati di tempat." Mereka harus bersiap untuk menghadapi konsekuensi terburuk.

Teddy bergerak cepat dan hati-hati di lorong penyimpanan bawah tanah yang gelap dan sempit. Kakinya nyaris tak menimbulkan suara di atas lantai besi dingin, ia bergerak seperti hantu. Radio di sakunya memancarkan suara berderak, ia hampir menjawab panggilan tersebut, namun menghentikannya saat ia mendengar langkah kaki yang mendekat dari ujung lorong.

Ia menempelkan tubuhnya ke dinding, pistol di tangan, bersiap untuk menghadapi ancaman yang mungkin muncul.

Sebuah bayangan melintas di depannya.

Bukan penjaga FUNDAMENTA.

Bukan Monica.

Orang itu tinggi, bahunya lebar, mengenakan jas taktis hitam tanpa logo yang menunjukkan identitasnya. Teddy hanya sempat melihat separuh wajahnya sebelum sosok itu menghilang ke lorong lain, menghilang seperti ditelan kegelapan.

Nama yang disebut di radio Livia tadi berputar di kepalanya: Rendra S. Wardhana. Siapakah orang ini?

Di Jakarta, Livia dan Kirana menyaksikan diagram jaringan FUNDAMENTA yang berubah dengan cepat dan tak terduga. Garis-garis koneksi menyala dan mati secara acak, menciptakan pola yang kacau dan membingungkan.

“Itu bukan aku,” kata Livia pelan, suaranya terdengar cemas.

Kirana menatapnya dengan tatapan yang penuh dengan pertanyaan, "Kalau bukan kamu… berarti ada pemain ketiga di dalam sistem." Seseorang yang tidak mereka kenal telah menyusup ke dalam sistem FUNDAMENTA.

Livia mengetik lebih cepat, keringat dingin membasahi pelipisnya, ia berusaha untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. "Bukan cuma pemain ketiga. Dia tahu jalur yang bahkan aku lupa pernah buat." Orang itu memiliki pengetahuan yang sangat mendalam tentang sistem FUNDAMENTA, bahkan lebih dari dirinya.

Di ruang kontrol di lantai atas, Arsya menonton layar dengan ketenangan yang nyaris menakutkan. Ia memantau titik merah Monica dan Azzam yang bergerak di ruang inti, titik biru Teddy yang menyusup ke lorong bawah tanah, dan satu titik kuning yang tidak terdaftar dalam sistem keamanan resmi FUNDAMENTA. Ia tahu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

“Kita punya tamu tak diundang,” ujarnya ke headset, suaranya terdengar dingin dan tanpa emosi.

Sebuah suara berat menjawab, "Perintah?"

“Jangan langsung tembak. Biarkan mereka saling menghabisi dulu." Arsya ingin melihat mereka saling menghancurkan.

Monica merapat ke panel yang terkunci, menatap kamera keamanan kecil di pojok ruangan. "Dia melihat kita." Ia tahu bahwa Arsya sedang mengawasi mereka.

Azzam mengangguk, "Aku tahu. Dan dia pikir kita belum sadar… itu kesalahan terbesarnya." Mereka akan memanfaatkan kelemahan Arsya.

Monica menyipitkan mata, "Atau justru kesalahan kita." Apakah mereka telah meremehkan Arsya?

Di lorong bawah tanah yang gelap dan berbahaya, Teddy berbalik menuju lift servis, berniat untuk naik ke lantai inti, hanya untuk mendengar suara tembakan teredam dari atas. Debu berjatuhan dari langit-langit, dan lampu darurat berkedip lebih cepat, menciptakan suasana yang semakin mencekam.

Radio di sakunya hidup, memancarkan suara Monica yang terburu-buru:

“Teddy… jangan naik ke lantai inti. Kita tidak sendirian.” Monica memperingatkan Teddy tentang bahaya yang mengintai.

Sebelum Teddy sempat merespons, sebuah suara lain menyelusup masuk di frekuensi yang sama—suara yang dalam, dingin, dan asing:

“Terlambat. Aku sudah di sini.” Rendra telah menemukan Teddy.

Teddy menoleh… dan melihat siluet Rendra berdiri di ujung lorong, senjata terarah ke arahnya. Perangkap telah ditutup.

Di akhir bab yang menegangkan ini, layar Livia tiba-tiba menjadi gelap total, semua koneksi terputus. Lalu, sebuah pesan muncul di tengah layar, pesan yang membuat jantungnya berdebar kencang:

“Semuanya akan berakhir dalam 11 menit.” Waktu telah habis.

Kirana menatap Livia dengan tatapan yang penuh dengan ketakutan, "Itu dia. Protokol awal." Ia mengira bahwa itu adalah awal dari kehancuran mereka.

Livia menelan ludah, wajahnya pucat pasi, "Bukan… ini protokol akhir." Ini adalah akhir dari segalanya.

1
Wien Ibunya Fathur
ceritanya bagus tapi kok sepi sih
Monica: makasih udah komen kak
total 1 replies
Monica Pratiwi
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!