Kehidupan Elena awalnya baik-baik saja, tapi semuanya berubah saat dia melihat adiknya--Sophia berselingkuh dengan kekasihnya.
Tak hanya itu, Sophia juga memfitnahnya dengan tuduhan pembunuhan terhadap Kakek mereka. Hal itu membuat Elena harus mendekam di dalam penjara selama 5 tahun. Dia kehilangan semuanya dalam sekejap mata.
Elena akhirnya menyadari bahwa Sophia telah merencanakan semuanya sedari awal. Sang adik menggunakan kepribadian yang manis untuk menjebaknya dan mengambil alih harta keluarga mereka.
Setelah keluar dari penjara, dia bertemu dengan seorang pria yang membawa perubahan besar dalam hidupnya. Apakah Elena bisa memulihkan namanya dan membalaskan dendamnya pada sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHIBEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Saos Tomat
Elena memesan beberapa camilan karena Ken merengek lapar, padahal 2 jam yang lalu baru saja selesai makan siang.
Crot!!
Saus tomat berceceran di wajah dan juga meja, Ken lah pelakunya. Anak itu menekan botol saos tomat hingga isinya berhamburan mengenai Elena dan juga Andreas.
Kedua orang tua itu sama-sama terkejut, tetapi Elena justru tertawa dan berdiri. Dia mengambil tisu dan mendekati Andreas, dia membantu mengelap wajah pria itu.
"Ha ha ha, kamu harus membersikannya, Ken pasti tidak sengaja," ucapnya.
Andreas berdiri dan menatap Ken yang terlihat ketakutan, "Hei bocah! Haruskah aku menghukummu?"
Kedua mata anak itu memerah, "Ayo ikut aku ke toilet, aku akan memukul pantatmu di sana," ucap Andreas lagi menakut-nakuti, dia menggendong Ken untuk membersihkan saos di wajahnya.
"Huwaaa.... Mama, Ken salah. Huwaaa.... Mama tolong Ken.... "
Anak itu benar-benar menangis di dalam gendongan Andreas, sedangkan Elena tertawa melihatnya. "Jadilah anak baik, jangan menangis hingga kamu kembali," ujarnya pada sang anak.
"Huwaaaa...."
Suara tangisan Ken menghilang di balik tembok, Elena hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Andreas.
Di luar kafe, sebuah mobil berwarna hitam berhenti. Seseorang yang berada di kursi penumpang berusaha menelepon nomor yang sejak tadi tidak bisa tersambung.
"Aku akan ke sana lagi, kamu tunggu di sini," ucapnya pada sopirnya.
Penumpang mobil itu adalah Sophia yang hendak pulang setelah membuat keributan di kantor Andreas. Dan apa sekarang, wanita itu akan masuk ke sana lagi? Urat malunya benar-benar sudah putus.
Saat dia menoleh ke arah luar, kedua matanya terbuka lebar. Di dalam sana, dia melihat Elena dengan wajah dengan noda merah di wajahnya.
"AAAAAAA"
Wanita itu berteriak ketakutan dan berusaha menyembunyikan dirinya. Di dalam mobil dia bertingkah seperti orang gila.
"Nona, Anda Kenapa!" tanya sang sopir yang ikut terkejut melihat nona mudanya.
Sophia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidak! Itu tidak mungkin, jelas-jelas dia sudah mati! Bagaimana dia bisa berada di sini?!"
"Nona Sophia, ada apa dengan Anda. Jangan menakut-nakuti saya," ucap sopirnya lagi.
"Dia... Dia kembali!"
"DIA KEMBALI!!"
FLASHBACK ON
"Dia tidak mungkin mati di dalam, kan? Kita sudah di sini selama 3 hari, tetapi tidak melihatnya keluar sama sekali, kita juga selalu mengecek ke dalam setiap malam, tetapi tetap tidak tampak batang hidungnya."
"Bagaimana ini? Bos sudah menanyakan terus."
Itu adalah percakapan dua orang bayaran yang mengejar Elena. Mereka kehilangan jejak Elena malam itu karena Elena sudah di amankan dulu oleh Andreas di kamarnya.
"Kita tunggu 2 hari lagi, jika dia benar-benar tidak ada jejaknya, kita beritahu bos jika dia sudah mati di dalam club malam itu," ucap salah satunya.
"Bagaimana bisa begitu? Kau tidak takut Bos akan menghukummu?"
Pria dengan tato naga di lengannya itu mendengus, "Apa yang akan dia lakukan pada kita? Dia hanya wanita lemah, aku juga sudah muak bekerja dengannya. Tidak sabaran, pemarah, bahkan selalu telat memberikan bayaran."
Benar saja, dua hari kemudian dua orang itu menemui Sophia di sebuah gedung terbengkalai.
"Wanita itu sudah mati di bunuh ketua gangster, Bos! Dari berita yang aku dapatkan dari orang dalam, wanita itu membuat kerusuhan di dalam dan ditangkap oleh pemilik club yang mana adalah ketua gangster juga," lapornya.
Sophia masih duduk di dalam mobilnya dengan masker dan juga kaca mata hitam, "Kau yakin? Apa kalian tau di mana mayatnya?"
Kedua orang bayaran itu saling pendang, "Semua penjahat di kota ini tau jika gangster itu memelihara harimau di rumahnya, mungkin wanita itu dijadikan makanan harimau tersebut. Bos tidak perlu khawatir, saya sangat yakin wanita itu sudah mati!"
Untuk kali ini aku percaya, tapi jika aku melihat Kakak tiriku itu masih hidup, kalian tau kan apa yang akan kalian dapatkan?" ucap Sophia.
Kedua orang itu mengangguk, "Bayaran kami?"
Sophia melempar plastik hitam ke luar mobil, "Itu separuh dari yang aku janjikan karena bukan kalian yang membunuhnya," ucapnya.
"Tidak bisa begitu! Yang anda inginkan dia mati, kan? Mau dimana dan siapa yang membunuhnya tidak penting, yang penting dia sudah mati," tolak pria itu.
"Kalau begitu untuk apa aku menyewa kalian jika tau dia akan mati di tangan orang lain. Dasar manusia bodoh!" cibir Sophia.
Wanita itu menaikkan kaca mobil dan melajukan mobilnya meninggalkan gedung itu. Dia harus merayakan kematian Elena dengan meriah, sekarang dia akan menjadi satu-satunya keturunan dari Atmadewa. Tidak akan ada yang mengusik ketenangan hidupnya, dan yang paling penting semua harta kekayaan Atmadewa akan jatuh ke tangannya.
Sophia memang licik dan bermulut manis, tetapi jika dia merasa bahagia, terkadang dia akan menjadi orang paling bodoh.
Dia ingin merayakan hari kematian Elena tanpa dia ketahui jika wanita yang ingin dia singkirkan itu masih hidup. Segitu inginnya dia ingin Elena musnah dari dunia ini hingga dia percaya di bodohi oleh orang suruhannya.
Untung saja saat Elena pergi pagi itu orang-orang suruhan Sophia tidak melihatnya, jadi Elena bisa kabur dan selamat.
Tanpa di sadari, karena kebohongan orang-orang bayaran dan kebodohan Sophia sendiri, Elena bisa hidup sampai sekarang dan menjalankan rencana balas dendamnya.
FLASHBACK OFF
...****************...
Elena keluar dari kamar mandi yang ada di ruangan Andreas, Ken juga sudah tertidur di atas sofa.
Wanita itu melihat ke arah Andreas yang sibuk menatap dokumen di meja kerjanya. "Ternyata memang benar jika dia terlihat tampan saat sedang fokus seperti ini," batin Elena.
"Sudah selesai mandi? Apakah kamu nyaman dengan pakaian itu?" tanya Andreas yang menyadari kehadirannya.
Elena saat ini mengenakan sweater hitam milik Andreas yang tentu saja kebesaran di tubuh mungilnya. Kemeja yang dia kenakan ikut terena saos, jadi dia mandi dan berganti.
"Ya, cukup nyaman. Untung saja kamu memiliki baju lebih di kantormu," balas Elena.
Andreas menatap Elena dengan lamat, "Tapi baju itu terlihat kebesaran di tubuhmu, apakah kamu mau aku menyuruh Johnny untuk membelikan beberapa potong pakaian seukuranmu?"
"Tidak perlu, ini sudah cukup," tolak Elena. "Ini sudah hampir malam, aku harus pulang. Aku pinjam bajumu yang ini, aku akan mengembalikannya setelah aku mencucinya," lanjutnya.
Andreas berdiri dari duduknya dan mendekati Elena, "Kenapa buru-buru? Rambutmu masih basah, apakah kamu ingin masuk angin?" ujarnya.
Handuk kecil yang membungkus rambut Elena di tarik pelan oleh Andreas, pria itu mengosok rambut Elena dengan lembut menggunakan handuk tersebut.
"Aku akan melakukannya sendiri," kata Elena, dia hendak mengambil handuk tersebut, tetapi tanganya di tahan oleh Andreas.
"Elena, kita sudah memutuskan untuk bersama, kan? Tidak masalah jika aku ingin menyeka rambutmu seperti ini," balas Andreas dengan lembut.
Elena terkejut dengan ucapan itu, pipinya kembali bersemu merah. Andreas mengecup puncak kepalanya dan memeluk Elena dari belakang. "Terima kasih," ucap Elena, kali ini dia tidak menolak atensi yang diberikan oleh Andreas.
Bersambung
Terima kasih sudah membaca 🤗