Gendis seorang gadis berusia 20 tahun harus rela saat kedua orang tuanya memutuskan menjodohkannya dengan seorang pemuda mapan berusia 30 tahun bernama Danar. mereka sama sekali belum saling mengenal dan bertemu. tetapi demi baktinya pada kedua orang tuanya Gendis menerima putusan itu.
Sebelum menikah Danar memberitahu Gendis kalau dia menikahi Gendis karena kemauan orang tua Danar,yang ingin Danar menikah dengan gadis baik baik. Danar juga berterus terang pada Gendis kalau dia sudah memiliki kekasih,dan akan tetap melanjutkan hubungannya dengan kekasihnya itu. Gendis pun akan meminta cerai setelah Danar mencapai tujuannya,tapi Gendis tidak tega dengan Danar dan kedua orang tuanya,karena yakin kekasih Danar bukanlah wanita baik baik. akhirnya Gendis bertahan hanya untuk mengubah Danar menjadi lebih baik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yasmin Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 19 Danar bingung dengan sikap Gendis
Perjalanan dari rumah menuju kantor tidaklah terlalu lama,yang membuat lama hanyalah kemacetan di jalan. Danar sudah sampai di kantor,memarkir mobil diparkiran atas. Danar menuju lift saat sudah keluar dari mobilnya,menekan angka 3 lantai kantornya berada.
Beberapa detik sampai dan pintu lift terbuka,Danar bergegas keluar kemudian berjalan kearah kantor dan menuju ruangannya. Ayah mertuanya bapak Haryo sudah berada di meja kerjanya dan tampak sibuk dengan pekerjaannya.
"Selamat pagi yah" sapa Danar pada ayah mertuanya itu.
Pak Haryo mengangkat kepalanya dan tersenyum saat melihat Danar yang menyapanya.
"Selamat pagi juga nak Danar" jawab pak Haryo.
"Saya masuk ke ruangan saya yah" pamit Danar.
"Silahkan nak Danar" jawab pak Haryo sambil menganggukkan kepalanya pelan.
Danar menutup Kembali pintu ruangannya kemudian berjalan ke kursinya. Segera saja dia membuka laptop yang ada di atas meja kerjanya dan memeriksa pekerjaan hari ini.
Ponselnya berdering,Danar melihat siapa yang menelponnya,ternyata nama Lalita kekasihnya yang terlihat dilayar. Tanpa menunggu lagi Danar mengangkat telpon itu.
"Pagi sayang" suara Lalita menyapa Danar.
"Iya sayang,pagi juga" jawab Danar.
"Sayang sudah di kantor?"
"Sudah,baru aja nyampai,dan langsung cek kerjaan" jelas Danar.
"Boleh aku ke kantor sayang siang ini?" tanya Lalita manja.
"Siang ini aku ada rapat sayang,,,maaf sayang gak usah datang ke kantor aku ya" jawab Danar agak gugup.
"Kenapa sayang,biar sayang sedang rapat juga biasanya boleh kan?"
"iya,,tapi hari ini enggak bisa,,maaaf ya sayang" jelas Danar meyakinkan Lalita.
"Hemmmm,,,ya sudahlah. Terus kita kapan ketemu sayang?" Lalita masih bertanya.
"Nanti kalau aku sudah gak sibuk aku pasti temui sayang"
"Ya sudahlah sayang,,,"
"Iya,,ya sudah aku lanjut kerja lagi yaa,,," Danar berpamitan.
"Iya sayang" jawab Lalita kemudian mereka sama- sama menutup telpon.
Mulai sekarang Danar akan melarang Lalita untuk datang ke kantornya lagi. Danar harus menjaga perasaan pak Haryo mertuanya,dan juga harus berhati -hati,karena Danar takut akan ada yang melapor lagi pada ayahnya kalau dia masih terlihat bersama Lalita,apalagi di kantor ini.
Dan Danar sedikit curiga pada mertuanya itu,apa mertuanya itu yang memat-matainya dan melapor pada ayahnya. Tapi apa iya pak Haryo berbuat seperti itu,meski curiga tapi Danar seperti tidak yakin kalau itu perbuatan ayah mertuanya.
Danar melanjutkan kembali pekerjaannya hingga jam makan siang tiba. Danar enggan keluar ruangannya,dia hanya meminta pada sekretarisnya untuk membelikannya makan siang.
Tapi belum sempat menyuruh,sekretarisnya memberitahu kalau istrinya Gendis ada diruang tunggu. Danar heran ada apa Gendis datang ka kantornya. Danar keluar dari ruangannya untuk menemui Gendis yang ternyata sedang mengobrol dengan ayahnya.
"Mas,,,"sapa Gendis yang sadar Danar sudah ada disampingnya. Danar memaksakan senyumannya.
"Ada apa kamu datang ke kantor?" tanya Danar kemudian dan membawa Gendis masuk ke ruangannya setelah berpamitan pada ayah mertuanya.
"Ayah jangan lupa dimakan ya" pesan Gendis pada ayahnya sebelum mengikuti Danar masuk. Ayahnya terlihat menganggukkan kepala.
Danar menutup Kembali pintu ruangannya dan menyuruh Gendis duduk.
"Ada apa kamu kemari,aku kan gak menyuruh kamu datang ke kantorku?" tanya Danar sedikit kesal..
"Aku antarkan makan siang ayah mas,,tadi aku tanya ayah apa ayah bawa bekal,katanya enggak,jadi ya sudah aku buatkan saja,dan sekalian buatkan mas juga" jelas Gendis.
"Ahhh alasaaann" kata Danar tidak percaya dengan penjelasan Gendis.
"Kok alasan? Mas aku dulu memang sering lo antarkan makan siang ayahku kesini,,karena ayah itu harus makan-makanan yang sehat,yang tertakar gizinya,gak boleh makan diluar sembarangan,apalagi kalau sering"
"Tadi aku tanya ibu,apa ayah dibawakan makan siang,ternyata enggak karena ibu gak sempat memasak buat ayah,ibu sedang tidak enak badan,makanya aku saja yang buatkan,dan sekalian aku buatkan untuk mas juga" jelas Gendis lagi meyakinkan Danar.
"Nih mas makan siangnya,,dimakan ya jangan dibuang"pinta Gendis sambil menyerahkan tempat bekal yang dibungkus dengan paper bag pada Danar. Danar menerimanya meski hatinya masih kesal.
"Oh ya ,setelah dari sini aku ini. sekalian mau jenguk ibu,boleh kan mas?" tanya Gendis meminta ijin pada Danar.
"Ya,silahkan" jawab Danar singkat.
"Kamu naik apa tadi?" tanya Danar kemudian.
"Taksi online,,"
"Ke rumah ibu juga?"
"Ya iyalah mas"
"Gak usah,nanti aku minta tolong supir perusahaan saja antarkan kamu ke rumah ibu" Danar melarang Gendis untuk naik taksi online lagi kerumah ibunya.
"Ya sudah mas" Gendis tidak menolak permintaan Danar.
"Dan nanti pulang biar aku jemput kamu,sekalian aku tengok ibu juga" Danar memberitahu Gendis.
"Beneran mas?" tanya Gendis sedikit gak percaya tapi wajahnya tampak berbinar.
"Hemmm,,,," Danar tampak kesal karena Gendis tidak percaya padanya.
"Ehh iya iya mas" jawab Gendis akhirnya percaya.
"Ya sudah aku beritahu dulu sekertarisku untuk memberitahu supir dan menunggu mu dibawah" kata Danar kemudian sambil menekan telpon kantornya. Dan tak lama setelah memberitahu sekertarisnya Danar menutup telpon.
"Ya sudah,kamu sudah ditunggu dibawah" Danar memberitahu Gendis.
"Oh iya mas,,aku pergi dulu ya" kata Gendis berpamitan dan tak lupa kembali mengulurkan tangannya pada Danar untuk bersaliman seperti tadi pagi. Danar menuruti permintaan Gendis memberikan tangan kanannya.
kemudian Gendis pun meninggalkan ruangan Danar..
Danar membuka kotak bekal yang dibawa Gendis tadi. Wangi sekali aromanya.
Gendis membawakannya nasi,lauk udang goreng dan juga telur dadar dan sayur tumis kangkung.
"Kenapa sih harus wangi begini dan menggugah selera,,sepertinya baru ini lagi aku makan siang dengan makanan olahan rumah" gumam Danar merasa senang. biasanya Danar kalau siang selalu makan di luar atau kalau malas keluar sekertarisnya yang akan dia suruh membeli makan.
Kemudian Danar mulai menyantap makan siangnya dan dia sangat menikmati bekal makan siangnya itu. Tetapi saat makan Danar teringat pada Gendis,ada apa dengan Gendis kenapa dia jadi perhatian seperti ini,padahal Danar gak menginginkan itu,atau ini adalah akal-akalan Gendis untuk menarik perhatiannya,dan kenapa dia harus melakukan itu ? Bukankah dari awal sudah disepakati kalau tidak akan mencampuri urusan satu sama lain.
Tapi jujur masakan Gendis ini enak sekali,,emm apa iya ini masakan Gendis?