Bagi orang lain, aku adalah Prayasti Mandagiri Bhirawa.
Tapi bagimu, aku tetaplah Karmala Bening Kalbu.
Aku akan selalu menjadi karma dari perbuatanmu di masa lalu.
Darah yang mengalir di nadi ini, tidak akan mencemari bening kalbuku untuk selalu berpihak pada kebenaran.
Kesalahan tetaplah kesalahan ... bagaimanapun kau memohon padaku, bersiaplah hadapi hukumanmu!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ➖ D H❗V ➖, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. MY QUEEN
Setelah menyelesaikan makan malamnya, Sabda memutuskan untuk menonton televisi, sambil menunggu seseorang yang akan menemuinya. Karena rasa kantuk yang tak tertahankan lagi, Sabda tertidur di sofa ruang keluarga malam itu. Tanpa Sabda sadari, dua orang tamu tak diundang memasuki rumahnya.
*
Ya, seseorang yang dihubungi Prado untuk memuluskan rencana dadakannya adalah Joanna. Prado merasa tidak berguna ketika melihat Prada menangis dan terpuruk. Hingga sebuah ide muncul di kepalanya.
"Aku butuh bantuanmu."
'Kau adik bandel, hanya menghubungiku jika butuh saja!' gerutu Joanna.
"Hope aman bersamamu?"
'Tentu saja, bahkan Hope lebih menyayangiku daripada dirimu,' Joanna meledek adik angkatnya. 'Apa yang kau inginkan?'
"Aku tidak tahan melihat kondisi Prada. Aku akan mempertemukan Prada dan Sabda malam ini. Kau pasti bisa membantuku."
'Baiklah, katakan ... apa rencanamu.'
Prado dan Joanna sepakat bahwa pertemuan itu secara rahasia, untuk keamanan Prada. Selain itu mereka tidak mau rencana yang sudah disusun rapi, jadi berantakan bila pihak musuh mengetahui pertemuan ini.
*
Tanpa diketahui oleh pelayan, Prado memasukkan obat tidur ke dalam makanan Prada. Setelah obat itu bereaksi, Prada tertidur dan merasa apa yang dialaminya setelah ini, seperti masuk ke alam mimpinya.
Sebenarnya ini adalah satu kelebihan Prada, memiliki feeling yang kuat. Sehingga dalam tidurnya, dia bisa melihat apa yang terjadi dari alam bawah sadarnya. Prada juga bisa membaca karakter orang dari wajah dan bahasa tubuh.
Bahkan sebelum mendengarkan penjelasan Prado, dia percaya bahwa Sabda dijebak. Tapi karena sifat manjanya, Prada ingin menghukum Sabda dengan caranya sendiri. Bagaimana bisa suami bodohnya itu dengan mudah masuk ke dalam jebakan musuh? Itulah yang sesungguhnya membuat Prada kesal.
*
Prado menggendong dan membawa Prada ke rumah di mana Sabda tinggal.
Ketika mata Prada bergerak-gerak karena merasa terganggu tidurnya, Prado berbisik di telinganya, "Tenanglah ... aku akan membawamu ke tempat yang lebih aman. Tidurlah kembali."
Joanna bertugas membuka dan mensterilkan jalan yang akan mereka lalui.
Hasil retasan CCTV, tampak Sabda sedang tertidur di sofa. Hal ini memudahkan Prado dan Joanna menjalankan aksinya malam itu. Prado memutuskan menggunakan akses khusus yang selama ini tidak diketahui oleh Prada maupun Sabda. Akses khusus itu disiapkan untuk mengantisipasi kondisi darurat bila dibutuhkan. Siapa lagi perancangnya kalau bukan Philbert, atas permintaan Mr. Anthony?
Mereka melalui sebuah pintu berbentuk lingkaran yang menyatu dengan pagar. Sehingga tidak tampak seperti sebuah pintu. Pintu itu bisa dikendalikan dengan remote. Setelah melalui pintu itu, mereka menyusuri sebuah lorong seperti goa di sisi kanan rumah itu. Goa itu terlindung tanaman perdu yang berderet rapat. Di ujung lorong yang tertutup tembok, tampak seperti jalan buntu. Siapa sangka, tembok itu pun bisa dibuka dengan sebuah remote khusus. Begitu terbuka, pintu tembok itu langsung terhubung dengan ruang tidur utama.
Prado membaringkan tubuh Prada di ranjangnya dan berlalu dari sana. Joanna segera merapikan penampilan Prada dengan make up natural dan mengganti baju rumahannya dengan linger*e warna nude yang s*xy. Lalu merapikan rambut Prada yang coklat kemerahan itu. Tak lupa Joanna menyemprotkan parfum dengan wangi menggoda ke bagian leher, pergelangan tangan, di antara pay*d*ra, di bagian belakang telinga dan belakang lutut Prada.
Bakat tersembunyi milik Joanna, dia pun bisa menjadi MUA dadakan. Meski dalam keseharian Joanna tampak tomboy, tapi sebagai anak angkat Mr. Anthony, Joanna diberi akses untuk belajar ilmu dan ketrampilan secara tak terbatas. Apa pun yang dia inginkan, Mr. Anthony akan memenuhinya. Karena hal itu pasti akan berguna dalam situasional tertentu, seperti juga malam itu.
Joanna memeluk Prada dan berbisik pelan, "Tidurlah, kami semua menyayangimu."
*
Setelah semua siap, mereka mengecheck keberadaan Sabda yang masih saja tertidur pulas.
"Ah, rupanya si naif ini benar-benar serius dan berusaha memegang komitmen. Sampai rela tidur di sofa," cibir Prado.
"Hush, bagaimana pun juga, dia adalah adik iparmu. Dan Prada sangat mencintainya," Joanna menimpali.
"Ntah apa yang dilihat Prada dari si bodoh ini. Mungkin saja Prada terkena semacam ilmu pelet yang katanya ampuh dan terkenal di negara ini," Prado menggelengkan kepalanya.
Joanna tertawa tertahan, dengan tangan kiri yang menutup mulutnya. Kalau sudah seperti ini, akan tampak sisi lain dari Joanna. Sisi feminim yang tidak pernah diperlihatkan bila sedang berada di luar sana, apalagi ketika Joanna sedang menjalankan misinya. Yang tampak hanyalah wajah garang dan menyeramkan.
*
Sebenarnya Prado dan Joanna bisa saja meminta bantuan Blue dan anak buahnya ketika memasuki rumah itu. Tapi mereka sengaja tidak mau menimbulkan kegaduhan dengan melibatkan banyak orang. Prado dan Joanna berniat menguji kemampuan mereka berdua, apakah bisa lolos dari penjagaan team Blue. Blue sempat menangkap pergerakan yang mencurigakan. Tapi Joanna berhasil mengalihkan kecurigaan Blue di area lain, sehingga mengacaukan focus Blue.
"Kau memang paling ahli dalam hal ini," puji Prado.
"Tapi, aku masih kalah dalam hal strategi yang kau miliki." Joanna balik memuji Prado.
Mereka berdua saling mengangkat jempol tangan kanan, lalu menautkannya. Persis seperti kelakuan mereka ketika masih kecil.
"Sekarang kita harus bagaimana?" Prado sudah kembali focus.
"Kita pindahin dia?" Joanna menunjuk Sabda.
"Terlalu berat dan beresiko, karena dia tidak dalam pengaruh obat tidur," Prado menggeleng pelan.
"Kalau begitu, bawa Prada ke sini. Kurasa sofa ini cukup lebar untuk mereka berdua," Joanna tersenyum kecil membayangkan apa yang akan terjadi di sana setelahnya.
"Apakah akan nyaman?" Prado terlihat ragu.
"Hei, kau tidak tahu. Justru akan menyenangkan untuk mereka berdua. Kau akan tahu setelah menikah nanti," Joanna meledek Prado.
"Sshhh!*****tttt... jangan sok tahu, kau juga belum pernah?"
"Cepat! Kita harus segera pergi, sebelum Prada terbangun," Joanna buru-buru mengalihkan pembicaraan. Jangan sampai Prado men skak mat dirinya.
Sungguh kedua kakak yang merana, karena kalah pengalaman dari adik bungsunya yang sudah menikah duluan.
Mereka membaringkan tubuh Prada di sebelah Sabda dan bergegas meninggalkan rumah itu.
Prado meminta Blue dan teamnya untuk memperketat penjagaan dan tidak mengganggu kegiatan di dalam rumah utama.
Meskipun Prado yakin, tanpa akses rahasia itu, penjagaan team Blue pasti sulit ditembus. Joanna dan Prado bisa lolos karena mempunyai kemampuan di atas mereka semua.
*
Indra penciuman Prada menangkap aroma yang manis dan menenangkan. Aroma penuh cinta dan penerimaan, aroma yang selalu memanjakan dan memabukkan dirinya. Aroma yang sudah lama tidak dihirupnya, Prada sangat merindukan aroma itu. Hingga tanpa sadar, Prada makin mendekat, memeluk erat ... seakan tak rela aroma itu akan menghilang dari sana.
Sabda merasa ada yang memeluk tubuhnya dan menduselkan kepala di dadanya. Secara spontan, Sabda balas memeluk dan mengelus bahu halus dan mulus itu. Seperti yang biasa dia lakukan ketika tidur dengan istrinya. Sudah lama dia tidak seperti ini.
"Tunggu ... istri, Prada?" Sabda merasa ada yang aneh.
Sabda membuka matanya, tampak rambut merah kecoklatan milik Prada. Sabda yang tidak percaya pada penglihatannya sendiri, mengucek mata dan menampar pipinya pelan. Lalu kembali mempererat pelukannya di tubuh Prada.
"Prada, aku sangat merindukanmu." Sabda mengecup kening Prada.
Setelah puas memeluk, perlahan Sabda bangkit dari tidurnya. Dengan hati-hati memindahkan lengan Prada dan menata posisi tidur Prada agar lebih nyaman. Dipandanginya wajah cantik istrinya, yang tampak lebih tirus dari sebelumnya.
"Maafkan aku, sudah membuatmu menderita." Sabda membelai wajah Prada.
Lalu pandangan matanya beralih ke tubuh Prada yang berbalut lingerie sexy. Sabda memuaskan matanya dari kerinduan akan istrinya. Dengan tatapan penuh cinta dan mendamba.
"I love you, my queen." Sabda mengecup bibir ranum Prada.
Meskipun sesuatu sudah terbangun di bawah sana, tapi Sabda berusaha menahannya. Dia tidak ingin mengganggu tidur Prada, satu-satunya wanita yang sudah menjadi ratu di hatinya.
"Hmmmm ... terima kasih Prado."