Gadis SMA bernama Monday , 16 tahun seorang yatim piatu. Sebatang kara dan harus mengais rejeki sendiri.
Dia tak ingin mengemis, namun dia harus berusaha mendapatkan uang lewat tarian kecilnya dibawah rambu lalu lintas.
Bisakah Monday bertahan? Bangkit dimasa sulit untuk mencapai impiannya. Akankah ia mampu meraihnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By Amnesia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gang Buntu
Sore harinya setelah Monday mandi, ia kemudian berencana akan memasak untuk makan malamnya dengan bahan yang sudah ada di kulkas. Ada kangkung, tempe dan lombok.
"Tumis kangkung aja deh," ucap Monday pada dirinya sendiri.
Ia lalu mengambil sayur kangkung kemudian di petik dan dipilih yang bagus batang serta daunnya. Setelah itu di cuci nya sampai bersih.
Kemudian lanjut merajang bawang putih dan bawang merah. Seperti biasa, dia menangis karena bawang merah jahat terhadapnya. Lalu di irisnya lombok hijau dan rawit hijau dan yang terakhir adalah tomat.
Di tumisnya bawang putih, bawang merah lombok, lalu tomat yang telah diiris. Monday lalu menaruh air secukupnya kemudian memasukkan kangkung hingga matang. Terakhir penyedap rasa dan garam.
Lauk siap dihidangkan, Monday lalu menyantap menu makan malamnya . Baru beberapa suap ia menyantap makan malamnya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah Monday
Tok, Tok , Tok.
"Ya siapa ya, tunggu," Monday membuka pintu namun tak ada siapa-siapa.
Friday pun telah pulang tak terlihat lagi. Tapi dia menemukan sebuah surat di bawah pintu.
Surat itu bertuliskan :
"Temui Aku di cafe baru di sebelah gang ini , tertanda Friday "
Monday berfikir dalam hati "Gang sebelah gang buntu, memangnya ada cafe? ah mungkin cafe baru." Segera Monday mengunci pintu dan menemui Friday di cafe.
Sesampainya disana terlihat jalanan itu buntu dan gelap. Hampir semua penghuninya adalah pekerja kantoran yang masih single.
Monday mencari-cari Cafe disekitar situ. Dia mendapati sebuah tempat bercahaya terang ada di pojok buntu. Segera disusurinya lorong sepi dan hening.
Semakin mendekat semakin terdengar suara musik. Monday yakin itu cafe yang dimaksud. Namun sesampainya disana, begitu terkejutnya dia. Ada banyak segerombolan kawanan bandit preman dihadapannya. Salah satu dari mereka mendekatinya.
"Mangsa bodoh haha," ucap Preman yang berbadan gagah. Sepertinya dia adalah ketuanya. Preman lain berdiri dan berjalan mengitarinya.
"Langsung aja bro, " ucap salah satu preman berpawakan kurus.
Monday bergegas lari dari kandang singa, namun usahanya sia-sia, Ia telah terkepung.
"Hahaha mau lari kemana kamu!" ucap Preman yang satu lagi bertubuh besar dan perutnya buncit.
"Mau apa kalian. Ini jebakan kalian kan, kalian disuruh siapa? Siti? Mia? hah siapa !!" teriak Monday dan berusaha menerka.
Trauma yang dulu ada kini kembali terjadi. Dia masih ingin hidup. Hidup normal tak banyak masalah bertubi-tubi.
"Oh siapa itu Siti? Hahaha gak penting siapa yang suruh kami. Yang penting adalah tubuh kamu harus jadi milik kami haha," kata Ketua preman.
Ketua Preman menarik tangan Monday. Menyeretnya paksa ke sebuah rumah kosong.
Monday meronta berusaha melepas cengkraman tangan yang kuat. Monday menggigit tangan preman itu dan kemudian menendang bagian sensitifnya. Dia Kabur sekencang mungkin.
Monday tak dapat lari keluar gang. Dia dikepung, satu-satunya cara adalah melewati kandang sapi, milik seseorang disamping rumah itu. Tapi menuju kesana juga harus melewati banyak pohon-pohon pisang yang terlalu rapat.
Untung Monday berpawakan langsing, dia dapat bergerak dengan cepat memasuki pohon pisang tersebut. Semua kawanan preman itu ikut mengejar.
Preman yang bertubuh gendut dan berbadan besar, baru berlari beberapa langkah saja dia sudah kehabisan nafas dan tidak sanggup mengejarnya.
Monday terus berlari di kegelapan. Dia mulai mencium aroma sapi yang semakin mendekat. Monday masuk ke kandang sapi melalui pagar.
Begitu bau tersengat kehidungnya, namun Monday harus menahannya untuk bersembunyi kemudian ia berjongkok sambil menutupi hidungnya dengan kedua tangannya.
Beberapa preman melewati kandang itu dan mengejar ke arah depan. Beberapa mencari di dekat kandang sapi. Si preman menemukan gadis itu. Monday teriak kaget hingga membangunkan para sapi yang tidur. Monday segera beranjak berdiri.
Sapi-sapi yang terbangun kemudian bergerak hingga menabrak tubuh Monday yang bergegas berdiri. Hingga kepalanya terantuk mengenai sesuatu
Duukk.
"Ahh sakit," entah apa yang mengenai jidat Monday saat ia beranjak berdiri. Hingga jidatnya mengeluarkan darah yang tak sedikit. Mungkin ada paku yang menancap di palang kayu kandangnya.
Gadis itu terus berlari dan masuk ke sebuah sawah milik orang, sawah itu sudah kering terbakar tak terpakai. Entah dijalan manakah dia tak tahu dan sama sekali merasa asing. Di lihatnya cahaya dari arah kanan kemudian Monday mengikuti cahaya itu.
Preman-preman masih mengejar. Monday tak kuat lagi, dirinya pusing sehabis jidatnya terluka. Dia berhenti sejenak, tapi dari belakang si preman menangkapnya.
Di robeknya lengan baju Monday. Dengan mata melotot penuh nafsu. Wajah bengisnya meringis kegirangan, si preman hendak mencumbunya. Mondy meronta dan mendorong si preman sekuat tenaga, Monday kembali terlepas.
Gadis itu masuk ke tempat bercahaya yg dilihatnya tadi ternyata terlihat sisi rumah penduduk.
Saat Monday masuk ia terkejut ternyata ia hanya mengitari jalanya. Sedari tadi ia hanya berputar melewati kebun dan sawah orang lalu kembali lagi ke perumahan buntu tadi. Dia masih berada di gang buntu tadi.
Lutut Monday lemas. Sedari tadi meminta tolong tak ada yang mendengar. Monday terpojok di gang buntu. Si preman kembali mengepung. Tak ada jalan keluar. Kali ini mereka memperketat penjagaan.
Si Ketua datang mendekati Monday. mengamati bentuk tubuh Monday yang seksi. Meskipun sedikit tercium bau aroma sapi. Monday masih terlihat cantik.
Si ketua berada tepat di depan Monday yang berdiri terpojok. Di elusnya pipi halus itu kemudian di tamparnya, hingga pipi kiri Monday memerah kesakitan. Rasa sakitnya menjalar hingga terasa digusi dan giginya. Lalu kembali ditamparnya keras-keras pada pipi sebelahnya hingga Monday jatuh terlunglai. Si preman kemudian meludahi Monday.
"Kurang ajar! Kau pikir siapa dirimu sampai menendang kejantananku. Dasar wanita ******! sama persis seperti ibumu, haha," ucap preman itu.
"Haha..." diikuti tawa preman lainnya.
"Kau tahu? Sebenarnya Ibumu bukan mati karena kecelakaan tapi Ia mati karena ku bunuh. setelah ku nikmati tubuhnya hahaha," preman bejat itu kembali tertawa.
Mendengar pengakuan si preman ini sontak membuat Monday kaget setengah mati. Monday yang tadinya lemas tiba-tiba emosi saat dia mendengar tentang kejadian yang dialami Ibunya dulu. Gadis itu lalu berdiri dan marah.
"Apa kau bilang?! kau membunuh ibuku! Ayo jawab siapa kamu! Apa salah ibuku hah?!" Monday mendekati preman itu dan mencekiknya dengan emosi membara.
Ketua preman berusaha melindungi dirinya sendiri, ia lalu mendorong Monday ke tembok gang itu.
Monday terhantam dengan keras hingga punggung dan kepala belakang Monday terluka dan berdarah. Monday merasa pusing tiba-tiba, lemas dan tak bertenaga.
Tak berapa lama pandangannya menjadi kabur dan samar. Kemudian ia melihat ada sorot lampu motor menyala dan pengemudi itu berseru, "Woy siapa kalian. Beraninya mengganggu gadis yang ku cinta!"
Hanya perkataan itu yang terdengar terakhir kali lalu Monday jatuh pingsan.
Si preman menyerang pemuda yang hendak menolong "Dasar tikus kecil, jangan urusi urusan kami! Pergi!" teriak Preman.
Dengan ketangkasan yang dimilikinya, preman satu persatu jatuh. Si pemuda ini tak hanya jago beladiri, dia bahkan mengetahui tehnik syaraf titik lemah manusia hingga mereka dapat jatuh dengan sekejap tanpa tenaga penuh.
Seperempat preman jatuh, sisanya pergi melarikan diri termasuk ketua nya.
Kemudian pemuda ini membawa gadis yang sangat dia cintai kerumah sakit terdekat. Sepanjang perjalanan, air matanya mengalir begitu saja. Ia takut kehilangan gadis yang ada dihadapannya ini.
"Mon, tak seharusnya kamu mengalami penderitaan ini," seraya membelai kepalanya.
*****
Siapa pemuda yang menyelamatkan Monday ya?
Semangat kak Wen, lanjut baca karyamu yg lain...
salam,