NovelToon NovelToon
Detektif Jola Joli

Detektif Jola Joli

Status: tamat
Genre:Misteri / Horor / Tamat
Popularitas:758
Nilai: 5
Nama Author: NonaNyala

Di balik ketenangan Desa Warengi Jati, sebuah tragedi mengoyak rasa aman warganya. Malam itu, seorang penduduk ditemukan tewas dengan cara yang tak masuk akal. Desas-desus beredar, rahasia lama kembali menyeruak, dan bayangan gelap mulai menghantui setiap sudut desa.

Bayu, pemuda dengan rasa ingin tahu yang tak pernah padam, terjebak dalam pusaran misteri ini. Bersama Kevin sahabat setianya yang sering meremehkan bahaya dan seorang indigo yang bisa merasakan hal-hal yang tak kasatmata, mereka mencoba menyingkap kebenaran. Namun semakin dalam mereka menggali, semakin jelas bahwa Warengi Jati menyimpan sesuatu yang ingin dikubur selamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NonaNyala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jejak Darah (3)

Sungguh mengerikan dengan teror teror di desa Warengi Jati, kiranya semua itu hanyalah kasus pembunuhan biasanya, namun pada akhirnya semuanya terungkap desa Warengi Jati yang tenang ternyata memiliki sejarah yang gelap, seperti luka lama yang kembali terbuka...

...

 Happy Reading...🕵‍♂️📸

......**----------------**...

...

Pagi itu, Desa Warengi Jati kembali diguncang. Fajar baru saja menyingsing ketika jeritan seorang ibu terdengar dari arah kebun tepi sungai. Warga berlarian, polisi dan Bayu segera menyusul.

 Di sana, tergeletak jasad seorang pemuda desa bernama Raka tubuhnya membiru, lehernya terlilit kain bermotif ular. Di samping tubuhnya, ditemukan jejak darah menyeret ke arah rumah tua tempat mereka berjaga semalam.

 Billy langsung menutup mulutnya, wajahnya pucat pasi. “Bang… kita semalaman jaga di sana, tapi kok bisa ada yang mati pagi ini?”

 Bayu menghela napas berat, menatap jasad itu penuh amarah.

  “Itu artinya… dalang itu berani bermain di luar pandangan kita. Dia ingin menunjukkan bahwa kita tak bisa menjaganya.”

 Polisi segera mengamankan TKP. Salah seorang penyidik berteriak, “Pak! Kami menemukan ini di saku korban!”

 Mereka mengeluarkan secarik kertas kecil, bertuliskan tulisan tangan:

 “Jangan ikut campur, atau satu per satu akan jatuh. Ular selalu melihat.”

 Paranormal yang ikut memeriksa langsung mengernyit. “Tulisan ini… bukan sekadar ancaman. Ini peringatan, bahwa korban dipilih dengan sengaja. Dan orang yang menulis… pasti ada di sekitar sini.”

 Warga kembali gaduh. Beberapa menatap ke arah Pak RT dengan sinis. Tapi kali ini, tuduhan mulai terpecah ada yang masih menuding Pak Herry karena ia baru pulang, ada pula yang ragu pada Pak Ustadz karena sikapnya terlalu tenang sejak semalam.

 Pak RT berdiri gemetar. “Kalian masih tuduh aku? Padahal jelas, aku semalaman ikut berjaga bersama kalian!”

 Pak Herry membalas, “Justru itu yang membuat orang curiga, Pak RT. Siapa yang bisa menjamin kalau kau tidak main dua muka?”

 Pak Ustadz mengangkat tangan, mencoba menenangkan, tapi sorot matanya gelap. “Sudah, jangan ribut di atas mayat. Yang jelas… seseorang di antara kita memang sedang menyamar.”

 Kevin yang masih lemas mendadak berbisik lirih.

  “Bay… aku melihat sesuatu… di tangan korban… ada goresan…”

 Polisi memeriksa lebih teliti. Benar, di pergelangan tangan Raka ada bekas cakaran, seperti mencoba melawan. Dan di bawah kukunya, ada sedikit serpihan emas.

 Bayu menatap serpihan itu dengan alis berkerut.

“Emas…? Bukan sembarangan. Itu serpihan dari cincin….”

 Polisi menaruh serpihan emas itu dalam kantong bukti. Warga semakin tegang, pandangan mereka kini saling meneliti cincin yang dipakai satu sama lain.

 Paranormal berucap pelan, hampir seperti bisikan

  “Dalang itu semakin ceroboh… ia mulai meninggalkan bagian dari dirinya. Cincin ular asli… pasti punya campuran emas. Tinggal kita temukan siapa pemiliknya.”

 Semua orang menoleh ke Pak RT, yang memang memakai cincin di jarinya. Tapi Pak RT buru-buru melepasnya dan melempar ke tanah.

  “Ini… bukan emas! Kalian bisa periksa! Aku sudah jadi kambing hitam terlalu lama!”

 Polisi mengangkat cincinnya, mengamati. Benar, itu hanya perak biasa, bukan emas. Warga mulai ricuh lagi, kali ini tuduhan beralih ke arah lain.

 Kevin menatap serpihan emas dalam plastik bukti itu, matanya kosong seolah ada yang membisikkan sesuatu.

  “Bay… pelaku… ada di dekat kita… dia akan pura-pura bersedih… padahal dialah yang paling menikmati darah ini…”

 Bayu menahan pundaknya agar Kevin tak kerasukan lagi. Tapi dalam hati, ia sadar lingkaran kecurigaan semakin mengecil.

 Suasana di tepi sungai makin ricuh. Warga berkerumun, polisi sibuk menjaga agar tidak ada yang nekat main hakim sendiri.

 Bayu mendekat ke penyidik yang memegang kantong bukti berisi serpihan emas itu.

  “Kalau benar ini bagian dari cincin, kita harus pastikan siapa saja di desa ini yang punya cincin emas. Minimal kita bisa mempersempit.”

 Pak Herry langsung menimpali. “Tidak banyak yang punya cincin emas di desa ini. Paling hanya orang-orang yang cukup berada.”

 Ucapan itu membuat sebagian warga langsung menoleh ke tokoh-tokoh yang hadir.

 Billy berbisik lirih pada Kevin.

  “Bang… aku pernah lihat ada yang pakai cincin kuning, tapi lupa siapa… soalnya malam-malam waktu ronda. Kayak… kilapnya beda.”

 Kevin menatapnya tajam. “Ingat baik-baik, Bil. Itu bisa jadi kuncinya.”

 Paranormal maju, menunjuk jasad Raka yang masih ditutup kain putih.

  “Lihatlah, korban ini mati dengan melawan. Artinya dalang sempat bersentuhan langsung. Kalau serpihan emas ini tertinggal, berarti cincinnya rusak atau tergores.”

 Polisi mengangguk, lalu memberi perintah

  “Malam ini, semua orang yang punya cincin emas akan kami periksa. Tidak peduli siapa, tokoh desa atau bukan.”

 Warga makin heboh. Sebagian mulai berbisik-bisik, menuduh secara diam-diam. Ada yang melirik Pak Herry, ada pula yang mencurigai salah satu perangkat desa lain yang kebetulan tak hadir semalam.

 Pak RT mendadak bersuara lantang. “Kalau memang begitu, ayo periksa sekarang juga! Jangan hanya aku terus yang dituduh!”

 Matanya berkilat, suaranya penuh emosi. Tapi di balik sorakannya, wajahnya jelas menunjukkan rasa lega.

 Namun tepat saat suasana memanas, seorang polisi datang terburu-buru sambil membawa benda kecil yang baru ditemukan dekat TKP

 “Pak, kami menemukan ini tersangkut di akar pohon dekat jasad korban.”

 Semua menahan napas. Polisi itu membuka kain kecil, memperlihatkan cincin emas besar berbentuk kepala ular, tapi kini pecah di bagian sisinya, seolah patah karena tarikan kuat.

 Warga langsung heboh. Ada yang menjerit, ada yang mundur ketakutan.

  “Itu… cincin asli!” teriak seorang bapak.

Paranormal menatap cincin itu lama, lalu menggumam.

  “Akhirnya muncul juga… simbol asli ular merah. Pemiliknya… pasti ada di antara kita. Tapi ia sengaja menjatuhkannya untuk mengaburkan jejak.”

Kevin menunduk, tubuhnya bergetar. Ia berbisik ke

Bayu dengan suara yang bukan miliknya.

 “Dia… panik… cincin itu bukan hilang… tapi ditinggalkan. Dia ingin kalian salah menebak…”

 Bayu menatap Kevin dengan ngeri.

  “Artinya… dalang itu lebih cerdik dari yang kita kira.”

 Polisi segera mengamankan cincin itu sebagai barang bukti. Warga makin gaduh, sebagian berteriak ingin segera tahu siapa pemiliknya. Tapi sampai siang itu, belum ada satu pun yang mengaku.

 Matahari semakin tinggi, namun hawa desa tetap dingin, penuh curiga. Semua orang sadar dalang sebenarnya mungkin sedang berdiri di antara mereka, berpura-pura jadi korban… padahal dialah pemburu.

 Kantor polisi kecamatan malam itu dijaga ketat. Cincin emas berbentuk kepala ular disimpan di ruang bukti. Polisi bergantian berjaga, sementara paranormal tetap duduk bersila, membakar dupa agar hawa gaib bisa terbaca.

 Kevin, Bayu, Billy, Pak RT, Pak Ustadz, dan Pak Herry ikut berjaga. Wajah mereka semua tegang, tapi jelas bahwa mereka tak mungkin meninggalkan tempat ini.

 Tepat tengah malam, lampu kantor padam mendadak. Hanya obor dan senter yang menjadi penerang. Dari arah belakang, terdengar suara jendela terbuka perlahan.

 Polisi berlari ke arah itu, senter diarahkan. Terlihat sosok berkerudung hitam masuk ke ruang bukti.

 Tangannya nyaris menyentuh cincin ular.

  “BERHENTI!” teriak seorang polisi.

 Sosok itu berbalik, mencoba kabur. Tapi polisi dan warga yang berjaga langsung mengepung. Setelah perkelahian singkat, kain hitam yang menutupi wajahnya terlepas.

 Semua orang terperangah.

 Yang tertangkap bukan Pak RT, bukan Pak Herry, bukan tokoh yang mereka duga selama ini… melainkan Pak Darto, bendahara desa, seorang bapak paruh baya yang selama ini terlihat pendiam dan selalu hadir di setiap rapat warga tanpa mencolok.

 Warga berteriak kaget.

  “Pak Darto?! Tidak mungkin!”

  “Dia orang yang paling rajin urus kas desa!”

 Pak Darto meronta, matanya merah, suaranya serak penuh kebencian. “Kalian bodoh! Kalian kira aku hanya bendahara kampung? Aku yang pilih korban… aku yang tentukan siapa hidup, siapa mati. Alex hanya bidak kecil! Tanpa aku, ritual ular tidak akan pernah berjalan!”

 Polisi segera memborgolnya, tapi kekuatan aneh membuat tubuhnya sempat memberontak dengan tenaga di luar kewajaran. Paranormal menempelkan tangannya ke dahi Pak Darto, membaca doa keras-keras, hingga akhirnya ia jatuh terkulai.

 Bayu maju, menatapnya tajam.

  “Kenapa kau lakukan ini, Pak Darto? Kenapa warga sendiri yang kau korbankan?”

 Pak Darto tertawa miring. “Karena darah kalian… darah Warengi Jati… paling murni untuk persembahan. Dengan itu aku bisa bangkitkan kekuatan yang tak bisa kalian bayangkan. Kalian semua hanya domba… dan aku gembalanya!”

 Warga semakin gempar, sebagian ingin memukulnya di tempat. Polisi menahan mereka dengan sigap.

 Kevin yang masih lemas tiba-tiba berbisik.

  “Bay… cincin itu bukan Cuma simbol… itu kunci.

Selama masih ada, warisan kegelapan tidak akan berhenti.”

 Paranormal menatap cincin ular yang kini tersimpan di kotak bukti. Wajahnya serius.

  “Kalian harus siap. Meski dalangnya sudah tertangkap, roh-roh yang telah dipanggil tak bisa dengan mudah diusir. Desa ini belum sepenuhnya aman.”

 Suasana hening. Angin malam kembali berhembus, obor-obor bergoyang. Warga sadar meski pelaku sudah terbongkar, bayangan ular masih mengintai di Warengi Jati.

 Dan begitulah akhirnya pemilik cincin yang di ributkan oleh para warga akhirnya ditemukan serta dalang sebenarnya, namun apakah jika dalang sebenarnya ditemukan korban tumbal akan tiada? Masih belum terpecahkan warga masih ketakutan jika ritual ini masih terus berkobar, satu satunya jalan yaitu menghentikkan ritual ini dan mengkuburnya dalam dalam..

See you in the next episode...

......**--------------------**...

...

DISCLAMER❗️⚠️

Ko baca doang?, masa ga bantu support mimin? Kalo udah baca jangan lupa ya support mimin juga biar nanti mimin semangat bikin cerita lagi.☺️

Cerita ini hanya karangan semata jika ada perilaku/kata yang kasar mohon di maafkan. Dan apabila jika ada kesalahan dalam pengetikan kata/typo saya mohon maaf, namanya juga kan manusia mimin juga manusia lohh, jadi mohon dimaklumi ya hehe..

Sekali lagi mimin mengucapkan mohon maaf jika per episode di dalam cerita yang mimin buat terlalu pendek soalnya mimin sengaja membagi agar BAB nya banyak, dan biar kaliannya juga greget hehehe.😜

1
Siti Musyarofah
jangan serem 2 thor aslinya aku takut
Elisabeth Ratna Susanti
like plus 🌹 untuk karya keren ini 😍
Elisabeth Ratna Susanti
ahhhh aku merinding disko nih 😱
NonaNyala
teruslah berkarya dirikuu
Elisabeth Ratna Susanti
kasihan. Zikri
Elisabeth Ratna Susanti
awal yang bagus.....bikin merinding disko.....good job Thor 🥰👍
NonaNyala: aaaa makasih maee akuuu🥰🤩
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!