"Mbak, aku mau beli mainan, boleeeh?"
Seorang pria dewasa yang ditemukannya terbangun dan tiba-tiba merengek sepeti seorang anak kecil. Luaticia atau Lulu sungguh bingung dibuatnya.
Selama sebulan merawat pria itu, akhirnya dia mendapat informasi bahwa sebuah keluarga mencari keberadaan putra mereka yang ciri-ciri nya sama persis dengan pria yang dia temukan.
"Ngaak mau, aku nggak mau di sini. Aku mau pulang sama Mbak aja!" pekik pria itu lantang sambil menggenggam erat baju Lulu.
"Nak, maafkan kami. Tapi Nak, kami mohon, jadilah pengasuhnya."
Jeeeeng
Sampai kapan Lulu akan mengasuh tuan muda tersebut?
Akankah sang Tuan Muda segera kembali normal dan apa misteri dibalik hilang ingatan sang Tuan Muda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Oh Gituuu 18
"Kalian nggak bisa ketemu lagi sama Ditrian?" tanya seorang wanita yang sudah menunggu di depan ruangan sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Belum, Bu. Kami tidak bisa menemui Bos," jawab pria sambil menunjukkan wajah lelahnya. Terlihat sekali perasaannya sedang tidak baik.
"Ren, coba kamu yang ke sana. Siapa tahu dia mau nemuin kamu. Aku dan Oland sama sekali tidak bisa bertemu dengannya. Sudah tiga hari ini kami berdua berturut-turut ke rumahnya tapi dia nggak juga mau ketemu sana kita," pria yang lain pun juga ikut mengeluh. Ya dia adalah Steven.
Sudah beberapa kali dia dan Oland mendatangi kediaman Adiwitama namun sosok Ditrian tak sekalipun bisa mereka lihat. Jangankan sosoknya bahkan baunya saja sama sekali tidak terendus.
"Oland aja nggak bisa nemuin dia, apalagi aku. Kamu tahu sendiri gimana dinginnya Ditrian ke aku. Dah lah, kalau gitu kita tunggu aja tuh anak muncul dengan sendirinya," sahit Reneta dengan acuh tak acuh.
Sebenarnya itu hanyalah sikap luar dari wanita itu. Dalam hatinya tidak demikian. Reneta sangat berharap bahwa dirinya bisa bertemu dengan Ditrian saat ini juga.
"Semua chat, panggilan, nggak ada satu pun yang kamu gubris, Dit. Apa sih salahnya aku ke kamu sampai kamu giniin aku. Masa iya gara-gara aku confess ke kamu, kamu jadi berubah drastis kayak gini," gumam Reneta lirih. Dia bicara seperti itu saat sudah sampai di ruangannya sendiri.
Sebenenya hubungan antara Reneta dan Ditrian sebelumnya baik-baik saja layaknya teman. Namun semua berubah ketika Reneta menyatakan perasaannya kepada Ditrian.
Perlu digaris bawahi, Ditrian juga bukan orang yang tidak punya hati yang langsung berubah sikap saat sang teman menyatakan perasannya kepadanya. Mereka berteman sudah cukup lama.
"Aku cuma mau kamu lupain apa yang baru saja kamu katakan ke aku. Kita udah temenan lama, Rene. Dan perasaanku ke kamu nggak lebih dari itu. Jadi aku akan nganggep kamu nggak pernah ngomong gini ke aku."
Begitulah jawaban Ditrian saat Reneta mengatakan cinta padanya. Namun rupanya Reneta tidak terima. Dia tidak ingin terus berteman. Wanita itu punya hasrat menjadi pasangan Ditrian.
Disini lah awal mula hubungan dingin mereka berdua. Reneta terus berusaha mengejar Ditrian dengan dalih memperjuangkan cintanya. Namun Ditrian tidak suka, alhasil hubungan pertemanan itu merenggang.
Ditrian tak lagi menganggap Reneta sebagai teman, melainkan hanya sekedar rekan bisnis saja. Benar-benar tidak lebih dari itu.
Sekarang, Reneta menyesal karena mereka menjadi jauh. Namun wanita itu tak sepenuhnya menyesal.
"Andaikan aku dulu lebih hati-hati dan nggak buru-buru confess, mungkin aku bisa lebih intens dalam ngedeketin dia,"ucapnya sambil mengusap wajahnya.
Sekarang Reneta merasa canggung jika harus datang ke kediaman Adiwitama. Padahal dulu tidak. Baik Drake maupun Dhea tentu tahu jika Reneta adalah teman baik putranya, sama halnya dengan Steven.
Mereka sudah berteman kurang lebih tujuh tahun. Jadi bukan hal yang aneh jika saling mengunjungi.
Haaah
Reneta membuang nafasnya kasar. Tidak melihat Ditrian lebih dari satu bulan, sungguh dia merasa sangat rindu. Namun dia juga tidak punya keberanian untuk datang ke rumah demi menemui Ditrian.
Sedangkan di ruang lain, Steven dan juga Oland nampak diam duduk di kursi. Mereka tengan sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
"Apa kita undur aja tentang peluncuran produk baru ini?" ucap Oland tiba-tiba. Tentu saja dia berbicara kepada Steven karena saat ini Steven yang bisa membuat keputusan untuk GoodFood Factory.
"Entahlah, Land. Aku pun bingung harus kek mana. Tapi tanpa Ditrian kita juga nggak bisa mutusin itu. Kamu tahu kan ini adalah gagasan dia. Aku nggak mau mendahului apa yang sudah dia usulkan. Sebenernya bisa aja sih aku mutusin, oke kita lanjut dan tetep jalankan semuanya seperti rencana semula. Tapi aku nggak mau, aku sangat ngehormati Ditrian,"sahut Steven sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja.
Oland mengangguk paham. Dan dia takjub dengan pikiran dari Steven itu. Mereka benar-benar teman yang baik.
Jika orang lain, maka akan mengambil kesempatan ini untuk unjuk gigi. Namun Steven tidak mau melakukannya. Dia benar-benar teman yang baik bagi Ditrian.
Oland pun menjadi sangat takjub dan kagum dengan Stevan. Dia memang baru bekerja tiga tahun ini dan tidak terlalu mengamati pertemanan Ditrian dan Steven. Tapi saat ini, Oland tahu betul bahwa Steven adalah teman yang sangat langka.
"Ya sudah kalau begitu, Pak. Saya kembali ke ruangan saya dulu. Saya akan coba menghubungi Bos. Ya siapa tahu kan lagi bolong beliau jadi mau menjawab pesan atau menjawab panggilan dari saya,"ucap Oland. Pria itu lalu pamit undur diri. Dia melenggang pergi meninggalkan ruangan Steven dan menutup pintu dengan perlahan.
Haaah
Steven membuang nafasnya kasar. Dia masih mengetuk-ngetukkan jarinya di meja, tengah memikirkan sesuatu. Tatapan tajam ke arah layar laptop yang ada di depannya.
Entah apa yang pria itu pikirkan, tapi yang pasti saat ini kepalanya tengah penuh dan otaknya terus bekerja.
"Bener-bener bikin pusing,"ucapnya lirih.
Steven lalu menghentikan kegiatan kecilnya itu. Menyalakan laptopnya dan menulis entah apa. Yang jelas dia tengah melalukan sesuatu yang tidak diketahui oleh siapa-siapa.
Mungkin Steven sedang berusaha untuk membuat semuanya menjadi seharusnya. Atau mungkin dia tengah menjaga kestabilan perusahan saat Ditrian sang CEO tidak dapat hadir.
Entahlah, yang pasti pria itu tengah bekerja. Dia tengah mengerjakan sesuatu yang hanya dirinya saja yang tahu untuk saat ini.
TBC
semoga Didit ngomong ke keluarga pas di rumah, apa yg dirasakan ke Steven tadi