NovelToon NovelToon
Cinta Terlarang Dengan Abang Tiri

Cinta Terlarang Dengan Abang Tiri

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Cinta Terlarang / Cintapertama
Popularitas:54k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

“Jika mencintaimu adalah dosa, biarkan aku berdosa selamanya.”

Sejak ayahnya menikah lagi, hidup Davina terikat aturan. Ia hanya boleh ke mana pun ditemani Kevin, abang tiri yang dingin, keras, dan nyaris tak tersentuh.

Delapan belas tahun bersama seharusnya membuat mereka terbiasa. Namun siapa sangka, diam-diam Davina justru jatuh pada cinta yang terlarang … cinta pada lelaki yang seharusnya ia panggil 'abang'.

Cinta itu ditolak keluarganya, dianggap aib, dan bahkan disangkal Kevin sendiri. Hingga satu demi satu rahasia terbongkar, memperlihatkan sisi Kevin yang selama ini tersembunyi.

Berani jatuh cinta meski semua orang menentang? Atau menyerah demi keluarga yang bisa menghancurkan mereka?
Sebuah kisah terlarang, penuh luka, godaan, dan cinta yang tak bisa dipadamkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Tujuh Belas

Perjalanan menuju kantor berlangsung sunyi. Hanya suara mesin mobil dan hembusan AC yang menemani. Davina duduk diam sambil menatap jendela, sementara Kevin sekali-dua kali meliriknya dari sudut mata.

Begitu mobil berhenti di basement kantor, Kevin keluar lebih dulu dan membuka pintu untuk Davina. Gerakannya cepat, seolah ia terbiasa melakukan itu tanpa sadar.

“Ayo,” ucap Kevin singkat.

Davina mengangguk kecil dan mengikuti. Lift membawa mereka naik ke lantai tertinggi, lantai khusus manajemen.

Begitu pintu lift terbuka, ruang kantor luas dengan interior modern menyambut. Karyawan yang melihat Kevin langsung menunduk atau menyapa sopan. Semua tampak lebih tegang dari biasanya, mungkin karena aura dingin Kevin yang kembali aktif.

Di belakangnya, Davina berusaha berjalan dengan santai, meski jelas beberapa karyawan melirik heran, seolah bertanya apakah adik tirinya itu akan bekerja di perusahaan ini.

Begitu tiba di depan ruangan utama, Kevin memanggil seseorang.

“Roni.”

Seorang pria dengan kacamata dan map di tangan segera mendekat. “Ya, Pak Kevin?”

“Pindah ke ruangan sebelah. Mulai sekarang meja kamu di luar.”

Roni mengerjap. “Oh … baik, Pak. Ruangan B-7, ya?”

“Ya.”

Roni melirik Davina sekilas, seperti ingin bertanya apakah gadis itu akan bekerja di sini, tapi menahan diri. Ia tahu bagaimana Kevin menjaga wanita itu. Seperti sesuatu yang sangat berharga. “Siap, Pak.”

Begitu Roni pergi, Kevin membuka pintu kantor pribadinya.

Ruangannya luas dengan jendela full glass menghadap kota, meja besar dari kayu jati, sofa panjang, rak-rak dokumen, dan suasana dingin khas ruangan yang lebih sering dipakai kerja daripada istirahat.

Davina berdiri kikuk. Dia memang jarang sekali ke perusahaan.

“Masuk!" perintah Kevin. Davina melangkah hati-hati.

Kevin menunjuk sebuah meja kecil di dekat meja kerjanya. “Itu nanti mejamu. Tapi sebelum kamu duduk di sana .…”

Ia menarik kursinya sendiri dan duduk.

“Ke sinilah!"

Davina menatap bingung. “Ke … situ?”

Kevin menghela napas pendek, menahan sabar. “Vina. Abang mau ngajarin kamu cara kerja Abang. Ke sini dulu.”

Davina mendekat beberapa langkah. Kevin memberi isyarat agar ia berdiri di samping meja.

“Lihat ini,” kata Kevin sambil membuka laptopnya, menampilkan beberapa file laporan finansial. “Ini laporan yang paling dasar kamu harus paham dulu. Pemasukan, pengeluaran, giro, lalu alur persetujuan proyek.”

Davina berdiri condong untuk melihat layar. Tapi Kevin seolah tidak sabar.

“Dekat sini,” katanya lagi.

“Aku sudah dekat, Bang.”

“Belum.”

Sebelum Davina protes, Kevin meraih pergelangan tangannya, tidak kasar, tapi juga tidak pelan dan menarik ke arahnya.

“A ... Bang!” Davina kaget ketika tubuhnya terseret mundur dan terduduk langsung di pangkuan Kevin.

“Bang Kevin!” Davina berbisik keras. “Ini nggak bener.”

Kevin tidak menjawab. Kedua tangannya terangkat, mengurung Davina di antara lengannya dan meja kerja, membuat Davina tidak bisa bergerak ke mana pun. Posisinya terjebak, tepat dalam pelukan samar Kevin, meski pria itu tetap menatap layar, bukan dirinya.

“Kamu lihat sini,” ucap Kevin tenang, seolah posisi mereka adalah hal paling normal di dunia.

“Bang, aku bisa berdiri kayak orang normal!”

“Abang nggak mau kamu berdiri. Kamu goyang-goyang tadi, Abang susah jelasin.”

“Ya tapi ....”

“Tiap kamu geser sedikit, kamu bikin file Abang ke-scroll ke bawah sendiri. Jadi diam!”

Davina ingin protes, sangat ingin. Tapi tubuhnya terkunci, ditambah wangi sabun Kevin yang masih segar membuat otaknya sedikit pendek napas. Kevin membuka folder lain.

“Tadi Abang bilang apa?” tanya Kevin.

“A ... aku … nggak ingat.”

Kevin melirik sekilas, matanya tajam tapi suaranya lembut. “Makanya fokus. Sini.”

Ia menggerakkan mouse dan menjelaskan data-data dengan detail, sementara Davina berusaha keras tidak terdengar napasnya sendiri. Seluruh tubuhnya terasa panas. Bukan karena malu saja, tapi karena ia bisa merasakan detak jantung Kevin di belakang punggungnya.

“Bang … boleh aku turun?” bisik Davina pelan setelah beberapa menit.

“Nggak," jawab Kevin dengan cepat.

“Tapi ....”

“Kamu gelisah kenapa sih?” Kevin mencondongkan kepalanya sedikit, membuat Davina kaget karena jarak wajah mereka hanya beberapa sentimeter. “Abang nyakitin kamu?”

“Enggak … tapi ini nggak normal!”

“Abang memang nggak normal kalau nyuruh kamu jauh dari Abang.”

Davina langsung terdiam.

Kevin mengarahkan tangannya kembali ke keyboard. “Sekarang diam. Abang ajarin. Jangan banyak gerak, karena kamu bisa membangunkan sesuatu di diri Abang.”

"Membangunkan apa?" tanya Davina dengan polosnya.

"Membangunkan pegangan hidupku!"

Davina tak paham, dia menyerah. Ia diam, mencoba fokus, meski rasanya mustahil karena ia bisa merasakan Kevin begitu dekat. Hampir terlalu dekat.

Hingga terdengar ketukan di pintu. Davina langsung terpaku. Kevin mengembuskan napas pendek, jelas tidak suka.

“Masuk!" ucap Kevin dengan suara tegas.

Pintu terbuka. Roni masuk sambil membawa beberapa berkas tebal.

“Ini laporan yang harus ditandatangani, Pak ....”

Roni berhenti. Matanya membulat melihat Davina masih duduk di pangkuan Kevin.

Davina buru-buru bangkit, lebih tepatnya mencoba, tapi Kevin menahan pinggangnya agar tidak terjatuh tiba-tiba. Lalu ia melepasnya.

Davina langsung berdiri di samping, wajahnua tampak merah padam.

Roni menelan ludah, pura-pura profesional. “Ini, Pak.”

Kevin mengambil berkas itu dengan wajah datar seolah tidak terjadi apa-apa. “Taruh di meja.”

“Baik, Pak.”

Roni keluar secepat mungkin. Begitu pintu kembali tertutup, Kevin mengembuskan napas, memijat pelipis.

“Vina,” panggil Kevin.

“A-apa?” Davina masih sibuk mencoba mengatur napas.

“Duduk sini lagi.”

Davina mundur setengah langkah. “Bang .…”

Kevin menatapnya, tatapan yang membuat Davina kehilangan kata-kata. “Abang nggak suka dibantah!"

Davina menutup mulutnya rapat-rapat. Ia mendekat lagi, tapi menolak duduk di pangkuan Kevin. Ia memilih berdiri, tangan di meja. Kevin tidak memaksa kali ini. Ia hanya menunjuk layar.

“Lanjut.”

Davina fokus, meski degup jantungnya masih kacau. Mereka belajar cukup lama. Kevin menjelaskan ini-itu, Davina mencatat, dan suasana sedikit mereda. Setidaknya sampai jam makan siang.

Kevin menutup laptop. “Ayo. Kita makan.”

Davina menggeleng cepat. “Nggak, Bang. Aku … sudah janjian.”

Alis Kevin terangkat. “Dengan siapa?”

“Shaka.”

Tiba-tiba suasana menjadi hening. Ruangan seolah membeku dalam sekejap.

“Apa ...?” suara Kevin nyaris tak terdengar.

Davina menggigit bibir. “Aku sudah janjian makan siang sama Shaka.”

Kevin menatapnya lama. Sangat lama. Sorot matanya berubah, bukan marah biasa. Ada sesuatu yang lebih gelap dari itu, lebih dalam.

“Davina,” suaranya rendah dan bergetar. “Kamu bercanda?”

Davina menggeleng pelan. Dan itulah titik ketika napas Kevin terdengar berubah. Bahunya naik turun pelan, rahangnya mengeras.

“Kamu makan siang .…” Kevin mencondongkan tubuhnya sedikit, suaranya turun menjadi dingin dan mengancam halus. “Dengan calon tunanganmu?”

Davina menelan ludah sebelum menjawab. Tenggorokannya terasa kering. “Ya.”

Hening tajam menyelimuti ruangan. Tatapan Kevin tidak berkedip. Entah apa yang ada dalam pikirannya.

1
Maya Mulyawati
Davina kamu harus jadi perempuan yg kuat dan mandiri, jangan lemah, jangan cengeng,,, keluar dari rumah itu, jadi lah orang yg br guna berdiri d atas kaki sendiri tanpa embel" nm ortu,,, ayoo davi keluar,, biar keluarga mu merasakn kehilangan klo kmu pergi jauhh
dan setelah itu kamu jadi sukses ortumu menyesali semua yg udah d perbuatan sm kamu davi
Nar Sih
jujur sja davina sama papa mu walau kejujuran mu pasti membuat papa mu marah
Teh Euis Tea
klu aku jd davina mending pervi jauh, dari pada hidup sm bpknya seperti di penjara
Ilfa Yarni
bohong dikit ga pa pa davina orang seperti papamu ga bisa diremehkan santai aja ngomongnya jgn takut kn pura2 aja belajarlah sedikit berani davina
Siti Amyati
jika ada celah mending kabur sekalian daripada di rumah TPI seperti tawanan
LB
udah iyakan aja, entah badai apa yang akan terjadi di depan yg penting jawab dulu dgn benar.intinya ,jika dua hati tetap teguh, apapun rintangannya pasti bisa dihadapi, walaupun nanti sangat pahit.
Eva Karmita
lanjut....💪🥰
olyv
jujur salah, bohong juga salah.. entahlah...
Ikaaa1605
Jgan jujur davina🤭🤣
Yuliana Tunru
kyk x posisi dabi mmg sulit tp jg tanpa perhitungan kyk lemah bgt coba berusaha mandiei menjauh untuk membangun karier dan lbh dewasa ..dabi kyk orang lenah ndk auka kasihan kevin berjuang sendiri
Ida Nur Hidayati
jangan jujur Davina...
Ida Nur Hidayati
bagus Devina lebih baik kamu jujur.dari pada ada masalah debelakang
Cindy
lanjut kak
Eka ELissa
bingung.....
jujur papi murka GK jujur SMA aja entahlah..... trserah kmu Vina....
lok jodoh Klian bkln ktmu Kevin
shenina
bohong aja dav demi kebaikan 🤭
Sri Gunarti
sebenarnya davian anak kandung apa anak tiri sih pk roby
sama anak kok kejem bangdt
Linfaurais
Yahhh nanti malah dijodohin sm ciwi lain si davina
Naufal Affiq
buat emosi setiap bacanya,kenapa jadi bodoh,lebih baik kamu sama shaka,karena shaka mau menerimamu
Yuliana Tunru
bagus kqmu jujur pd shaka agar tau gmn davi sebenar x bingubg dan kasihan pasti x..
Ervina Ardianto
Ini sdh tdk dilanjutkan (lagi) ya, Thor?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!