Bukan menantu pilihan, bukan pula istri kesayangan. Tapi apa adil untuk ku yang dinikahi bukan untuk di cintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mahlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
“Jangan sungkan pada kekasih mu sendiri, sayang!” celetuk Alex tanpa tau malu, menarik koper Wati melewati pagar rumah Nisa.
Nisa terperangah, “Hah? Jadi dia bukan sopir taksi online? Di- dia kekasih mu? La- lalu gimana dengan Hasan? Kalian belum berpisah kan?”
“A- aku bisa jelaskan pada mu, please jangan banyak tanya dulu!” pinta Wati dengan penuh harap.
Nisa menyilangkan tangannya didepan dada, melanjutkan langkahnya melewati pagar rumahnya.
“Oke, kamu hutang penjelasan pada ku.” seru Nisa dengan dingin.
Wati menyamai langkahnya dengan Nisa, “Kamu memang sahabat terbaik ku, terima kasih Nis!”
“Aku memang sahabat terbaik mu, tapi selalu kamu abaikan setiap petuah petuah dari ku. Kau terlalu dibutakan dengan cinta mas Hasan mu itu!” cibir Nisa apa adanya, tapi tidak dengan netranya.
‘Seriusan nih Wati dan pak supir taksi online ada hubungan? Agak aneh dan gak masuk akal sih. Tapi aku pernah lihat dimana ya sama pria yang ngaku kekasih Wati ini, aga gak asing gitu dimata.’ pikir Nisa.
“Maaf kan aku, tapi kali ini. Kamu benar. Aku harus melepaskan mas Hasan. Mas Hasan bukan pria yang pantas ku perjuangkan cintanya.” timpal Wati dengan senyum pahitnya.
Nisa kembali dikejutkan dengan pengakuan Wati.
“Maksudnya gimana ya, Ti? Kamu seriusan mau pisah dari mas Hasan? Kamu gak lagi salah minum obat kan?” Nisa menyentuh kening Wati dengan punggung tangannya.
Wati menyingkirkan tangan Nisa dari keningnya.
“Aku sehat, aku waras akan keputusan ku. Itu pun berkat dia, pak Alex!” Wati tersenyum tulus pada Alex, meski wanita itu tengah berbicara pada Nisa.
“Pak Alex? Mantan bos mu itu, Ti? Kamu sampe berhenti bekerja dari perusahaan nya karena mas Hasan melakukan penggelapan dana kantor kan?” cecar Nisa, melirik Wati dan Alex bergantian.
Netra Wati berganti dengan tatapan kecewa, sedih, sakit hati melebur di sana.
“Iya, dia orangnya. Gak peduli seberapa keras usaha ku untuk lari darinya, mengelak dari kenyataan. Pada akhirnya aku kembali lagi padanya. Tapi cara kami bersama, itu yang membuat ku sakit yang teramat.”
“Apa yang membuat kalian bersama? Apa ada campur tangan mas Hasan dan Ida, si jalang betina itu, Ti?” tebak Nisa tepat sasaran.
Wati menyeka bulir bening yang lolos dari pelupuk matanya dengan kasar.
“Sudah sudah! Tanpa kamu katakan pun aku sudah bisa menebaknya! Jangan menangis lagi, jelek itu wajah mu, Ti!” Nisa menepuk bahu Wati menguatkan.
Sementara Alex menatap bingung keduanya dari tempat ia berpijak.
‘Apa yang sedang mereka bicarakan? Kenapa Wati dari tadi terus menatap ku? Atau jangan jangan Wati sedang menjelaskan kalau aku ini calon pendamping nya yang baru. Usai di sakiti suami bejatnya itu.’ pikir Alex dengan senyum mengembang.
Grap.
Alex mencekal pergelangan tangan Wati, melihat netra Wati hang masih mengembun, “Kamu menangis?”
Sungguh pria yang berbeda, Alex gak senang melihat Wati menangis di depan orang lain sekali pun itu seorang wanita.
Wati menghembuskan nafasnya dalam, berusaha tegar di depan Nisa dan Alex yang sudah berada di depannya.
“Bukan air mata kesedihan, aku senang. Aku gak nyangka bisa berada di tempat Nisa. Aku sudah ke luar dari rumah mama mertua ku.”
“Mau masuk dulu! Biar kalian bisa ngobrol, pak!” tawar Nisa pada Alex.
Alex hanya melirik sekilas Nisa, netranya fokus pada Wati. Jemari besar Alex merapikan surai panjang Wati ke belakang.
“Tidak perlu, saya masih harus kembali ke kantor! Saya titip kekasih saya di rumah mu untuk beberapa hari kedepan.”
“Aku bukan barang yang ummmp …”
Wati membola, saat Alex membungkam bibirnya dengan bibir pria dingin itu.
‘Sialaan, pak Alex mencium ku di depan Nisa? Anjiiiir mau ditaruh dimana muka ku?’ teriak batin Wati.
“Uluh uluh uluh pada gak tau malu kalian! Cus lah lanjutkan!” kekeh Nisa sebelum berlari masuk ke dalam rumah.
Bersambung…