Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa.
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata.
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 18
Azka membuang jasnya ke sembarang tempat, tubuhnya terasa begitu lelah, ditambah lagi dengan pikiran yang kacau, membuat dirinya seakan hilang akal. Bella yang melihat sikap Azka hanya bisa mengerutkan keningnya bingung, tidak biasanya pria itu pulang dengan keadaan lesu seperti itu.
"Kamu kenapa? ada masalah di kantor?" tanya Bella tanpa merubah posisinya, dia duduk santai di sofa sambil menikmati secangkir teh dan juga cemilan.
Melihat sikap istrinya itu, Azka hanya membuang napasnya kasar. Dia menghempaskan tubuhnya di sofa sambil melonggarkan dasinya yang sudah terasa sesak. Dia melirik Bella dengan harapan mendapat sambutan hangat dari wanita itu, tetapi itu hanyalah harapan yang tidak mungkin terjadi. Bella hanya fokus pada televisi yang menyala tanpa memperdulikan kehadirannya, sangat berbeda dengan Erinna.
Saat bersama istri pertamanya itu, dia selalu di perhatikan, kebutuhannya selalu di siapkan, sudah seperti raja yang selalu mendapatkan pelayanan terbaik. Namun, sangat berbeda saat berada di samping Bella, wanita itu bahkan seperti tidak menganggap kehadirannya. Dia hanya fokus pada dirinya sendiri tanpa memperdulikan Azka. Wanita itu menatapnya saat di butuhkan saja, jika tidak, dia hanya di anggap pajangan yang tidak ada artinya.
"Mas tolong ambilkan ponselku di kamar. Aku mau menelpon daddy," ucap Bella tersenyum manis.
Azka hanya bisa mengangguk patuh mendengar perintah dari istrinya itu, dia bangkit dari duduknya lalu melangkah menuju kamar mereka. Dia mengambil ponsel Bella lalu memberikannya kepada wanita itu dengan patuh. Walau kesal dengan sikap wanita itu, tetapi dia tidak bisa menolak, karena kehidupannya sekarang berada di mood istri mudanya itu.
"Ini!" Azka memberikan ponsel itu dengan wajah memelas.
''Terima kasih, Sayang." Bella tersenyum manja sambil menerima ponsel miliknya. "Oh, ia! Apa tagihan biaya rumah sakit kamu yang bayar?"
Azka mengerutkan keningnya bingung mendengar ucapan Bella. Memang selama ini urusan biaya rumah sakit Deniss, Bella yang mengaturnya. Pihak rumah sakit langsung menghubunginya dan menarik biaya itu dari tagihannya secara langsung. Namun, kali ini pihak rumah sakit tidak ada menghubunginya sama sekali, bahkan tidak ada penarikan dari kartu tagihannya. Padahal Denis sudah seminggu berada di rumah sakit, pasti biayanya sangat besar, tidak mungkin Erinna mampu membayarnya.
"Tidak ada. Bukankah penarikan biaya rumah sakit itu kartu milikmu?"
"Ia! Tapi pihak rumah sakit tidak ada menagih apapun."
"Apa Erinna yang membayarnya?" tanya Azka mengerutkan keningnya bingung.
Mendengar itu, Bella langsung terdiam. Ingatannya langsung tertuju pada malam itu, Erinna mengatakan jika dia tidak butuh uangnya. Awalnya Bella tidak percaya dengan ucapan wanita itu, tetapi memang benar setelah malam itu Erinna tidak pernah meminta uang darinya. Bahkan uang bulanan yang Azka berikan juga di kembalikan olehnya. Namun, Bella merasa jika itu hanya akal-akalan Erinna saja yang sok jual mahal.
"Tidak mungkin. Mau dapat uang dari mana dia? jual diri juga tidak laku." Bella tersenyum sinis mengingat penampilan madunya itu yang sangat berbeda jauh darinya.
Azka hanya diam mendengar ucapan Bela, tiba-tiba perasaannya tidak menentu seakan mendapatkan tanda jika dia akan kehilangan sesuatu yang besar. Namun, dia langsung menepis perasaan itu dan kembali fokus pada Bella dan anak dalam kandungannya. Dia mengelus lembut perut Bella yang mulai membuncit dengan penuh kebahagiaan. Tanpa memperdulikan keadaan putranya yang sedang berjuang melawan hidup dan mati di dalam rumah sakit seorang diri.
*
*
*
"Bu! Ibu ngak masak?" tanya Aruna menatap meja makan yang kosong tanpa ada hidangan sedikitpun.
"Kalau kamu mau makan masak aja sendiri. Ibu capek harus ngerjain semuanya. Kamu bangun-bagun langsung minta makan, ngak ada niat bantu ibu sedikitpun,'' ucap Amrita kesal sambil menyapu rumah.
Mendengar omelan sang ibu, Aruna hanya menghentakkan kakinya kesal. Sebentar lagi jam pelajarannya sudah dimulai, jika dia masak dulu maka sudah di pastikan dia akan terlambat masuk kampus.
"Kak Erinna kemana aja, Sih? Kenapa dia jarang pulang? kalau pulangpun hanya mengambil sesuatu lalu pergi lagi. Kenapa ibu hanya diam saja? coba ibu marahi sesekali." Aruna melipat kedua tangannya di dada dengan penuh kekesalan. Tentu saja, karena ulah kakak iparnya itu yang jarang pulang, dia harus turun tangan membantu sang ibu membersihkan rumah. Coba saja Erinna ada di sana, sudah di pastikan semua pekerjaan rumah dia yang mengerjakan, tetapi wanita itu malah sibuk keluyuran ngak jelas.
"Kalau bisa ibu ingin sekali menendangnya keluar dari rumah ini. Sudah jadi parasit terus bertingkah seenaknya saja. Coba kamu bujuk kakakmu untuk menceraikan dia secepatnya. Kalau mereka cerai, kita akan pindah ke rumah Bella yang mewah itu."
Amrita tersenyum bahagia membayangkan bagaimana dia berada di rumah mewah sebagai seorang nyonya besar, pasti sangat bahagia. Dia tidak pelu lagi pusing memikirkan lauk-pauk sehari-hari lagi. Dia hanya menikmati masa tua dengan kekayaan menantunya itu. Membayangkannya saja wanita itu sudah seperti kejatuhan emas berlian, apalagi jadi nyata.
"Em! pagi, Bu."
Tiba-tiba kebahagiaannya menghilang mendengar suara wanita yang sangat dia kenal. Dia menatap wanita itu dengan tatapan kesal, sambil menatap beberapa paper bag yang ada di tangan wanita itu dengan tatapan penuh selidik. Di tambah lagi dengan pakaian mewah dan modis yang melekat pada tubuhnya, padahal jam masih menunjuk ke pukul tujuh pagi, tapi wanita itu sudah pulang belanja saja. Namun, bukan itu yang ada di pikiran Amrita, tapi uangnya. Dari mana Erinna mendapatkan uang untuk membeli barang-barang itu? Apa jangan-jangan ... .
"Dari mana saja kamu?" tanya Amrita sinis.
"Ibu lihat ini 'kan?" tanya Erinna sambil memperlihatkan barang belanjaannya. "Jadi ngak perlu di tanya lagi."
Bersambung....
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜