Lily mendapati dirinya masuk ke salah satu novel online karyanya sendiri yang berjudul Raja Iblis Impoten, dan harus membantu sang Raja untuk memiliki keturunan.
Bersama sistem dia harus merubah alur cerita dimana akhirnya dia akan mati mengenaskan di tangan sang Raja yakni suaminya sendiri. Dengan identitas sebagai selir tak diinginkan dia harus merubah nasibnya sendiri.
Mampukah Lily melakukannya?
Novel pertama otor di genre baru, mohon maaf bila masih banyak kesalahan dalam alur cerita ataupun nama tokoh 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Whidie Arista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 - Kebencian Rakyat
“Selir Su, aku lihat kau semakin dekat dengan Permaisuri, itu bagus. Terus awasi dia dan laporkan setiap gerak-geriknya padaku,” ucap Selir Jiang saat kami tak sengaja berpapasan jalan.
Sedang aku hanya membalasnya dengan senyuman dan anggukan pelan, tak ingin cari masalah dan tak ingin dapat masalah sampai Misiku selesai dan pulang ke rumah, aku benar-benar sudah rindu kamarku, ponselku dan buku-buku yang menjadi Inspirasiku.
Aku kembali berjalan hendak pulang ke kediamanku, namun sialnya aku bertemu dengan Rombongan Raja dan pengiringnya.
Oh Shit!
Bersembunyi pun sudah tak sempat lagi, langkahnya terhenti tak jauh dariku, “aku dengar kau sakit Selir Su, tapi lihat sekarang kau tampak begitu sehat.”
“Tubuh saya memang kuat Yang Mulia, jadi saya sembuh lebih cepat,” dustaku memberi alasan.
Dia berjalan mendekat, “kau sakit atau ini hanya alasanmu saja? Mengapa aku merasa seolah kau sengaja menghindariku Selir Su?”
“Haha, itu tidak benar yang Mulia, hamba memang sakit kemarin.”
“Hem, baiklah. Kirim tabib istana untuk memeriksa keadaan Selir Su,” titahnya, “lusa keluargamu akan datang kemari, aku tidak ingin mereka menganggap aku tidak merawat putri mereka dengan benar.”
“Terimakasih atas kebaikan anda yang Mulia.” Aku menunduk hormat.
Hem, jawabnya seraya berlalu diikuti oleh pengiringnya.
Keluargaku? Hem, ya ni pernah aku tulis di Bab 20 tentang kunjungan Pangeran Mahkota negri lembah hijau, tak banyak cerita yang aku buat tentang dia hanya saja dia Pangeran yang kejam bahkan terhadap keluarganya sendiri. Bulu-buluku tiba-tiba merinding saat mengingat orang itu, entah apa saja yang telah dia perbuat pada pemilik tubuh asli.
***
Hari pun berganti, aku Permaisuri dan Selir-selir yang lain pergi ke kuil untuk berdoa, untuk umur panjang Raja dan kemakmuran negeri ini, namun yang aku dapati justru hanya Istana yang makmur sementara Rakyatnya menjerit kelaparan dan di paksa memberi pajak untuk tanah dan hasil keringat mereka sendiri.
Betapa mirisnya negri ini. Hal yang aku tulis kini aku saksikan sendiri, perbudakan dan kesenjangan sosial masih kentara ku rasakan.
Selepas berdoa aku memisahkan diri dari rombongan, tentu saja aku tidak sendirian aku pergi bersama Chen Quan yang kini berdandan seperti laki-laki, sekalian untuk menyamarkan diri.
“Kau yakin kita akan baik-baik saja? Bagaimana kalau kita ketahuan?” keluhku saat kami benar-benar berhasil kabur dengan penyamaran.
“Percaya saja padaku Lily, aku sudah beberapa kali melakukan ini dan aku selalu kembali dengan selamat. Kau ingin berjalan-jalan bukan, kapan lagi kita bisa bermain diluar dengan bebas tanpa pengawasan, jujur aku sudah muak hidup disini. Aku rindu bermain game, minum di bar, tapi rumah bordil disini lumayan juga.”
“Ck, dasar mata keranjang,” komentarku.
“Hihi, itu insting alamiku sebagai Pria,” kekehnya.
“Terserah kau sajalah.”
“Ini aku punya uang, belilah barang yang kau mau,” dia memberikan setengah kantong kecil koin emas yang dibawanya.
“Aku ingin pergi ke rumah bordil, kau mau ikut?”
“Tidak mau, kau saja yang pergi. Aku akan berjalan-jalan di pasar.”
“Baiklah kalau begitu, sore nanti kita bertemu lagi disini.” Dia pun berlalu pergi.
‘Ck, dia bilang ingin memberiku tour menyenangkan, tapi dia malah bersenang-senang sendiri, ck menyebalkan.’
Aku berjalan menuju keramaian, orang-orang disini benar-benar sibuk, aku membeli beberapa jajanan yang lumayan enak. Banyak barang-barang tradisional yang dijajakan disini, tapi aku tak berminat untuk membelinya.
Aku melihat seorang anak laki-laki usia Dua belas tahun berdiri setengah bersembunyi di balik dinding kedai makanan, dia tampak diam sambil mengawasi sang pemilik toko saat pemilik toko lengah dia mengambil beberapa makanan yang di jajakan kemudian lari.
Namun sialnya, dia ketahuan dan diteriaki oleh pemilik toko.
“Pencuri! Pencuri! Anak itu, dia pencuri cepat tangkap dia!” Teriaknya.
“Tunggu!” cegahku, jika sampai dia dikejar oleh mereka entah bagaimana nasibnya, hanya karena makanan yang harganya tak seberapa anak itu pasti mendapat hukuman yang berat.
“Ada apa Nona?”
“Berapa harga makanan yang dia ambil, biar aku yang membayarnya.”
“Itu tidak perlu, anak itu sudah sering mencuri dagangan kami, kami sudah geram kami ingin menangkapnya dan membawa dia ke pengadilan.” Ucap sang pedagang.
“Iya benar, aku juga sudah muak dengan anak itu. Mari kita tangkap dia dan buat dia di penjara selamanya.”
“Ya ayo!” ucap mereka serempak.
“Tunggu Tuan dan Nyonya, dia hanya anak kecil, mungkin dia mencuri makanan karena kelaparan, lagi pula hanya makanan saja yang dia ambil bukan? Tolong pertimbangkan lagi, jika itu terjadi pada kalian atau anggota keluarga kalian bagaimana? Alih-alih memenjarakannya, mengapa tak kalian coba untuk mempekerjakannya?”
“Be-benar, aku kenal anak itu, Ayahnya sudah meninggal dan Ibunya di bawa oleh prajurit Istana.”
“Ck, kenapa kau tidak bilang sebelumnya,” keluh salah satu dari mereka.
“Aku tak berani bilang, takut kalian semua marah.”
“Ah ya sudahlah, aku tidak akan mempermasalahkannya lagi, jika ada yang bertemu dia, bilang padanya aku akan mempekerjakan dia di tempatku,” ucap salah satu pedagang itu.
“Ya, jika dia mau dia juga bisa bekerja di tempatku, asalkan dia jujur dan berhenti mencuri.”
Setelah semuanya selesai aku pun pergi, kearah anak itu berlari tadi. Tak terlalu jauh aku berjalan, Aku melihat ada yang bersembunyi di balik gerobak pembawa sayuran, dan ternyata itu memang dia anak yang tadi.
“Jangan mencuri lagi, mencuri itu tidak baik,” tegurku.
“Si-siapa yang ingin mencuri, a-aku tidak melakukannya,” dustanya dia langsung muncul dari sana.
“Kau sudah dengar semuanya kan tadi, alih-alih mencuri lebih baik kau bekerja hasilkan uang dan makanan dengan cara yang benar.”
Seperti halnya di dunia nyata, di dunia fiksi pun selalu ada anak yang menjadi pencuri seperti mereka, lahir dari orang tua yang tak bertanggung jawab memaksa mereka untuk melakukan hal buruk seperti itu untuk bertahan hidup. Tapi anak ini berbeda, dia tak punya pilihan karena orang tuanya tak ada.
“Kau mau permen?” aku menyodorkan satu permen yang aku bawa padanya.
Dia tak menyambutnya sama sekali dan malah mengacuhkanku, “ya sudah kalau tidak mau.”
“R-roti, a-aku mau roti,” ucapnya, “s-sejak pagi adikku belum makan, di-dia kelaparan,” sambungnya.
“Baiklah bawa aku pada adikmu?”
“Di rumah dia sakit, tubuhnya lemah karena kelaparan.”
Setelah itu aku pun ikut dengannya, sebuah gubuk kecil beratap jerami, aku mendengar suara lirih gadis kecil memanggil-manggil Kakaknya.
“K-kakak,” lirihnya dengan suara lemah.
“Kakak disini adik, Kakak membawakan makanan untukmu,” ucapnya, dia langsung menyeruak masuk dan membantu adiknya bangun dan duduk.
“A-apa Ibu sudah kembali?" Tanyanya lagi dengan suara lemahnya.
“Ibu pasti kembali, tapi sekarang kau harus makan dulu. Ibu akan sedih jika melihatmu begini,” ucapnya menenangkan.
“Baiklah,” ucapnya, “t-tap siapa Nona itu?” tampaknya dia baru menyadari keberadaanku.
“Makanan ini dari dia, ucapkan terimakasih padanya.”
“Te-terimakasih Nona. Tapi, kenapa Nona ini memberikan makanan kepada kita? Apa Kakak meminta-minta, Kakak Ibu bilang itu tidak boleh, kita harus bekerja jika ingin mendapat makanan,” ucapnya, aku terenyuh mendengus kata-kata gadis kecil ini, usianya mungkin baru lima tahun, tapi pemikirannya sungguh luar biasa.
“Tidak Nak, Kakakmu tidak meminta-minta dia telah membantuku membawa barang jadi aku memberinya upah dengan roti itu,” jelasku.
“Oh begitu terimakasih pada Nona kalau begitu, Kakak sangat hebat, Ibu pasti bangga pada Kakak.”
Anak laki-laki itu hanya tersenyum lemah sebagai jawaban.
“Ngomong-ngomong kemana orang tua kalian pergi?” aku bertanya pada anak laki-laki itu saat kami tengah duduk diluar.
“Ayahku sudah tiada. Sementara Ibuku, Prajurit Istana membawanya atas perintah Raja.” Dia mengepalkan tangannya.
“Raja? Mengapa Raja menyuruh Prajurit membawa Ibumu?”
“Untuk apa lagi jika bukan untuk di pekerjakan sebagai budak. Raja sialan itu adalah tiran yang kejam, dia tidak peduli dengan Rakyatnya, yang dia pedulikan hanyalah harta, kedudukan dan wanita-wanita cantik disisinya.”
Aku terdiam mendengar ucapan bocah ini, sepertinya dia benar-benar membenci Raja.
“Apa kau yakin Raja yang melakukan itu semua?”
“Tentu saja, siapa lagi yang mampu melakukan itu semua dengan semena-mena di negara ini. Rakyat hidup sengsara sementara dia bersenang-senang di dalam tembok Istana yang megah makan dan minum dari hasil kerja keras kami.” Geramnya.
Aku menghela nafas berat, aku tak mampu berkata-kata dengan ucapan yang dilontarkan anak ini, karena semua itu benar adanya.
“Meski begitu, aku yakin hidup Raja pun tidaklah mudah. Nak, jangan biarkan kebencian menguasai dirimu, aku akan mencoba mencari tahu dimana Ibumu dipekerjakan.”
Dia menoleh dengan tatapan membulat sempurna, “k-kau bisa membantuku?”
“Ya, aku akan cari tahu dimana dia di pekerjakan, tapi aku tidak bisa berjanji bisa mengeluarkan dia dari sana atau tidak, karena aku juga tidak punya kedudukan.”
“Tidak papa, aku hanya ingin mendengar kabar dari Ibuku, apa dia baik-baik saja, apa dia sehat. Sudah satu tahun lebih kami berpisah tanpa mendengar kabar satu sama lain. Nona, aku akan sangat berterimakasih dengan bantuanmu,” Ucapnya, lantas berdiri sambil menunduk hormat padaku.
😀😀😀❤❤❤❤❤
balas tampar 5x dan tendang bokongnya.
😀😀😀❤❤😘😍😙
❤❤❤😘😍😗😗
❤❤❤😘😙😗
❤❤❤❤
lama2 Raja bucin ama Selir Su..
😀😀❤❤😘😍😙
😚😂😂😙😙😗❤❤❤❤
😀😀😀😍😙😗😗❤❤❤❤
siapa yg akan nolongin selir su...
😀😚😚😍😙😗🤔❤❤❤❤
❤❤❤😘😙😙
❤❤😀😀😀😍😙😙
❤❤❤😍😙😗
❤❤❤😍😙😗