Di nyatakan tidak bersalah oleh hakim tidak membuat hidup gadis bernama Gracia Kanaya kembali tenang, sebab seseorang yang menganggap Gra adalah penyebab kematian sang adik tercinta tak membiarkan Gra hidup dengan tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fisik Lemah?
Gracia membulatkan matanya saat melihat jarum jam yang menggantung pada dinding kamar telah menunjukkan pukul delapan pagi.
"Astaga...aku kesiangan." Gra jadi panik sendiri, mengingat ia belum menyiapkan sarapan untuk Gilang sementara waktu telah menunjukkan pukul delapan pagi.
"Sepertinya aku kelelahan sampai bangun kesiangan begini." gumam Gracia, gegas turun dari tempat tidur.
"Mau kemana?." suara bariton milik Gilang mengejutkan Gra. pria itu baru saja masuk ke dalam kamar, entah dari mana Gra sendiri tak tahu pasti. Tapi kalau di lihat dari penampilan Gilang saat ini sepertinya pria itu baru selesai berolahraga. Terbukti dari keringat yang terlihat masih membasahi beberapa bagian tubuhnya.
"Ingin menyiapkan sarapan buat mas." Jawab Gra yang sudah hampir memasuki kamar mandi. nampaknya gadis itu lupa jika hari ini weekend.
"Tidak perlu menyiapkan sarapan, tadi aku sudah delivery makanan buat sarapan." balas Gilang dengan nada setengah berteriak agar masih dapat didengar oleh Gra yang kini berada di dalam kamar mandi.
"Lagi pula ini weekend, aku tidak berangkat kerja." imbuh Gilang.
Di dalam kamar mandi Gra langsung menepuk jidatnya, bagaimana ia bisa lupa jika hari ini weekend.
"Ya ampun Gra.... sepertinya akhir-akhir ini otakmu sudah kekurangan fungsinya, sehingga weekend saja kamu bisa lupa." gumam gadis itu.
Tak lama kemudian, Gra keluar dari kamar mandi dengan menggunakan jubah mandi menutupi tu-buh polosnya.
"Mulai besok bangunlah lebih Awal agar bisa berolahraga sebelum berangkat kerja! Aku lihat fisikmu lemah sekali." Tutur Gilang seraya melepas kaos yang melekat pada tubuhnya.
"Apa? Lemah? Bukan fisikku yang lemah tapi anda yang terlalu bersemangat sehingga membuatku kelelahan begini, tuan Gilang Wardana." Dalam hati Gra, kesal mendengar Gilang menyebut fisiknya lemah padahal kenyataannya pria itu yang mungkin memiliki tenaga kuda. Pikir saja sendiri, semalam mereka baru tidur pada pukul tiga dini hari, namun saat Gra terjaga pria itu justru sudah kembali dari berolahraga, berarti Gilang bangun pagi sekali, bukan?.
"Berdosa mengatai suami sendiri, meski dalam hati." gumam Gilang seraya berjalan menuju kamar mandi.
"Hah?." Gra langsung bengong, bagaimana Gilang bisa tahu.
"Makanannya ada di atas meja tinggal kamu sajikan saja, hari ini tidak perlu memasak!." Kata Gilang dari dalam kamar mandi dengan nada setengah berteriak agar kedengaran oleh Gracia.
"Iya...." balas Gra. Setelah selesai mengenakan pakaian lengkapnya, Gra pun berlalu menuju meja makan. Sekitar dua puluh menit semua makanan yang dipesan oleh Gilang melalui aplikasi delivery di ponselnya sudah tersaji di meja dan nampaknya begitu menggugah selera. Tak lama kemudian, Gilang terlihat menyusul ke ruang makan dengan mengenakan pakaian casual. kaos oblong berwarna grey di lapisi dengan jaket bomber serta dipadukan dengan celana panjang jeans.
"Mas mau ke kantor?." tanya Gra seraya mengisi piring Gilang dengan menu sarapan mereka pagi ini.
"Ayo sarapan, setelah itu ganti pakaian kamu, hari ini kita akan ke rumah sakit untuk mengunjungi papa kamu." ketimbang menjawab pertanyaan Gracia, Gilang memilih menyampaikan niatnya yang ingin mengajak gadis itu mengunjungi ayahnya di rumah sakit pagi ini.
"Yang benar, mas?." Gra memastikan dengan senyuman manis di wajah cantiknya.
Deg.
Gilang tak langsung menjawab, ia justru sibuk menikmati senyum manis di bibir Gracia. menyaksikan senyum manis di wajah Gra berhasil membuat jantung Gilang berdegup lebih cepat dari biasanya.
"Mas...." seruan serta lambaian tangan Gra di depan wajahnya sekaligus menyadarkan Gilang dari lamunannya.
"Ehm...." Gilang berusaha bersikap biasa. "Kamu bilang apa barusan?." nampaknya Gilang terlalu fokus pada senyuman Gracia sehingga ia sama sekali tidak memperhatikan apa yang dikatakan Gra tadi.
"Benar hari ini kita akan mengunjungi papa di rumah sakit?." Gra mengulang pertanyaannya untuk memastikan. Takutnya Gilang tidak serius dengan perkataannya tadi.
"Tentu saja. Ayo sarapan! Setelah itu ganti pakaian kamu!."
Tidak mungkin Gilang mengizinkan Gra mengunjungi rumah sakit dengan mengenakan hot pants serta baju kaos yang sedikit kebesaran di tubuhnya, Pasti semua mata akan tertuju pada gadis itu. Yang ada tensi da-rah Gilang langsung meningkat drastis menyaksikan Gra menjadi pusat perhatian kamu pria di sana nanti.
"Baik, mas." pagi ini Gra sarapan dengan penuh semangat, mengingat sebentar lagi ia akan mengunjungi ayahnya di rumah sakit. Meskipun hingga saat ini ayahnya masih dinyatakan koma dan belum bisa dipastikan kapan akan siuman, Gra masih tetap optimis jika suatu hari nanti ayahnya pasti akan sadar dari komanya, dan kondisinya pun akan jauh lebih baik, seperti itulah setiap hari Gra men-sugesti pikirannya.
Setelah selesai sarapan dan berganti pakaian, Gra dan Gilang segera bertolak meninggalkan apartemen, menuju rumah sakit. Berhubung hari ini weekend jalanan ibukota tak begitu ramai dengan kendaraan para pekerja yang saling berlomba menuju tempat kerja masing-masing, sehingga dalam waktu kurang dari tiga puluh menit mobil Gilang pun tiba di rumah sakit.
Setibanya di lantai di mana ruangan ICU berada, Gra langsung mengunjungi ayahnya. Sedangkan Gilang memilih bertemu dengan dokter spesialis yang selama sebulan terakhir menangani kondisi ayah mertuanya.
"Bagaimana kondisi papa mertua saya, dokter?." Gilang mengobrol berdua dengan dokter laki-laki yang berusia paruh baya.
"Kondisi tuan Bram masih tetap sama, tuan Gilang, belum ada perkembangan yang berarti. Sebenarnya, Setelah satu bulan terakhir kami mendalami kondisi tubuh tuan Bram, kami merasa ada yang janggal dengan tubuh tuan Bram. Sepertinya selama ini tuan Bram sering mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung bahan berbahaya sehingga berakibat fatal pada fungsi Fisik beliau. Kemungkinan besar penyakit struk yang dialami tuan Bram adalah pengaruh dari mengkonsumsi obat-obatan tersebut." jelas dokter.
Gilang mencoba menelaah semua penjelasan dokter. Tidak mungkin ayah mertuanya itu sengaja mengkonsumsi obat-obatan yang akan merusak kesehatannya, kecuali jika beliau tidak tahu menahu tentang itu. Jika benar demikian, itu artinya ada peran besar seseorang di balik semua ini, begitu Gilang mencoba menyimpulkan.
"Apa tidak ada jalan lagi yang bisa ditempuh untuk kesembuhan papa mertua saya, dokter?."
"Saya sarankan pada anda untuk membawa papa mertua anda berobat ke Singapura, tuan Gilang! Selain peralatan medis serta cara pengobatan di sana jauh lebih canggih, di sana papa mertua anda akan lebih aman."
"Apa maksud anda, dokter?." Gilang tidak sepenuhnya paham dengan masuk perkataan dokter di akhir kalimatnya.
"Begini tuan Gilang......" dokter tersebut pun menceritakan kejadian pada malam di mana ia sedang berkunjung ke rumah sakit pada malam hari. Ia yang kala itu melintas di di depan ruangan ICU secara tidak sengaja mendengar suara dari dalam ruangan, dan ketika ia menegur siapa di sana, orang yang berpakaian serba putih lengkap dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya tersebut langsung kabur, dan alat suntik yang berisikan obat yang entah apa itu, terjatuh ke lantai saat orang tersebut berlari untuk menyelamatkan diri. Keesokan paginya, betapa terkejutnya dokter ketika memeriksa kandungan yang ada di dalam obat yang berada di dalam alat suntik tersebut, salah satu jenis obat-obatan yang jika digunakan dalam dosis tinggi bisa membuat penggunanya kesulitan bernapas, akibat dari cara kerja obat tersebut yang menghambat aliran oksigen di dalam dar-ah yang mengalir ke otak.
"Jadi, maksud dokter ada seseorang yang dengan sengaja menginginkan kematian papa mertua saya?."
"Menurut prediksi kami begitu tuan Gilang, maka dari itu kami lebih siaga lagi dalam menjaga keamanan diruangan papa mertua anda." lagi jelas dokter yang ikut prihatin dengan kondisi ayahnya Gracia.
sehat2 kak, cuacanya lg kyk gini.
justru itu mau mu Gilang...
😝😆😆😆😆😆
acara ultah dclub. bukan berti OG
enggak boleh ngerayain ultah dclub
dulu sama adik tirimu
sekarang kasar terhadap Gracia
terkadang aku ingin kabur saja, jika jadi Gracia sungguh hidup melelahkan
tertekan batin,
bagaimana carannya membawa ayah yg sakit
pergi ke kampung pelosok Bila perlu,,
jika punya uang kabur ke Singapur
kerja sambil again ayah berobat
ya
jangan sampai Gracia berjumpa dengan Yogi...
Kalau pun Yogi menumbalkan Gracia ke Gilang bagus juga,biar Yogi di hajar Gilang...
makasih udah up banyak hari ini kk othor Selvi 💕