Lanjutan dari novel yang berjudul Cinta yang terluka.
"Om, om baik, aku ceneng deh kalo baleng cama om," ucap Lala gadis kecil yang imut,manis dan cerdas itu.
"Iya, om juga seneng kalo bisa ketemu sama Lala tiap hari," kata Antonio yang sudah balik dari Australia sejak tiga tahun yang lalu sejak perceraian dirinya dengan Laras yang membuat dia sangat shock dan patah semangat untuk melanjutkan hidupnya.
"Om baik, kata mama ...papa nya aku itu pelgi jauh.....cekali tapi campai cekalang papa gak datang-datang aku Lindu cama papa...," ucap Lala yang lucu dan cadel itu.
Entah mengapa Antonio selalu merasakan kehangatan dan kebahagiaan saat dia bersama Lala.
Antonio tidak mengerti dengan perasaannya sendiri yang selalu ingin bertemu dengan Lala si bocah perempuan kecil yang selalu membuat hatinya bahagia.
Siapakah Lala.....yuk baca di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isshabell, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 18
Antonio melihat Laras yang masih duduk di samping Lala yang sedang terbaring itu sambil mengusap-usap rambut Lala dengan sayang.
Antonio berjalan mendekat ke arah Lala dan Laras dan dia menyapa Lala sambil mengangkat boneka yang di bawanya itu.
"Lala...ini bonekanya," ujar Antonio pada Lala.
"Om baik," Lala tersenyum sambil merentangkan kedua tangannya hendak menangkap boneka yang ada di tangan Antonio itu.
Antonio berjalan mendekati Lala dan memberikan boneka itu padanya, Lala langsung memeluk boneka itu dengan wajah riang sekali.
Antonio tersenyum melihat Lala yang gembira dengan boneka yang di belikannya itu, lalu dia berkata pada Lala ," nah sekarang Lala istirahat tidur di sini di temani sama boneka Teddy bearnya ya."
"Iya om baik, telimakacih udah kasih Lala hadiah boneka ini," ucap Lala sambil tersenyum memeluk bonekanya itu.
'Sama-sama Lala," hati Antonio sangat lega melihat Lala tidak tantrum lagi.
Laras juga tersenyum melihat Lala, dia lega karena Lala sudah tidak menangis lagi untuk di rawat di rumah sakit ini. Kemudian dia beranjak dari duduknya dan berkata pada Antonio yang sedang memperhatikan Lala bermain sama bonekanya itu.
"Pak Antonio terimakasih banyak sudah bisa membujuk Lala dan membelikannya boneka," ucap Laras pada Antonio sambil mengulas senyumnya.
Antonio menatap Laras dan menganggukkan kepalanya pelan sambil berkata ," sama-sama Bu Laras."
"Emmm...maaf pak, bapak boleh pulang sekarang karena besok bapak kan harus kerja dan butuh istirahat setelah seharian tadi membantu saya mengurus Lala dan sekali lagi terimakasih atas bantuan pak Antonio," Laras menundukkan kepalanya sedikit pada Antonio.
"Sebenarnya saya masih ingin di sini menemani Lala," ucap Antonio sambil memperhatikan Lala yang tiduran sambil memeluk boneka Teddy bearnya.
"Tapi pak, bapak besok harus kerja saya tidak mau merepotkan bapak hanya karena Lala," Laras berusaha membujuk Antonio agar dia cepat pulang.
"Tapi...entah kenapa hati aku masih ingin tinggal di sini bersama Lala dan kamu," tatapan Antonio tiba-tiba menjadi sayu saat mengatakan hal itu pada Laras.
Laras menarik nafas panjang sambil menatap Antonio juga dan mereka pun saling mengunci tatapan, " aku tahu mas kamu berat meninggalkan Lala yang sedang terbaring sakit di sini, tapi aku juga tahu mas ada hati yang harus kamu jaga dan aku tidak boleh mengusik kalian," buru-buru Laras membuang mukanya mengalihkan tatapan Antonio darinya.
Sejenak Laras mengatur emosinya untuk lebih tenang dan setelah itu dia berbicara lagi pada Antonio ," pak Antonio, bapak harus pulang. Bapak harus jemput Amel kan, sekarang sudah waktunya pulang kantor, kasihan dia kalau harus menunggu bapak hanya gara-gara menunggui Lala di sini," ucap Laras pada Antonio.
"Aku tahu, ada sesuatu yang tidak mau aku usik tentang kamu dan Lala, tapi perasaan di hati aku selalu mengajak untuk bertemu kalian dan aku merasakan adanya ketenangan dalam batinku ketika aku sudah berada di dekat kamu dan Lala dan aku tidak pernah tahu perasaan apa itu," ujar Antonio pada Laras sambil mengerutkan kedua alisnya.
Laras tersenyum dan berkata pada Antonio.
"Bapak terlalu terbawa perasaan mungkin dan karena bapak juga sangat perhatian pada anak-anak jadinya bapak terbawa emosi saat melihat Lala seperti ini," Laras berusaha membuang pikiran Antonio tentang perasaannya itu.
"Ya, aku memang penyayang sama anak-anak tapi yang aku rasakan terhadap Lala itu sangat beda sekali dari anak lainnya yang pernah aku temui. Lala ini seperti anak yng sangat spesial sekali buat aku dan aku bisa merasakan kehangatan itu saat melihat senyumnya dan keriangannya."
Tiba-tiba ponsel Antonio berdering dan sebuah panggilan masuk dari Amel.
"Kak Anton kok belum jemput aku sih...aku udah nungguin ini dari tadi," kata Amel yang berbicara di telepon dengan Antonio dengan nada manjanya.
"Oh iya aku lupa maaf, sebentar lagi aku jalan ke sana ya," jawab Antonio pada Amel.
"Kak Anton sekarang lagi ada di mana?" tanya Amel penasaran.
Antonio mengatupkan kedua bibirnya sambil mengerutkan kedua alisnya, dia sedang berpikir untuk berbohong pada Amel karena tidak mungkin dia mengatakan kalau saat ini dia sedang bersama Laras di rumah sakit.
"Kak, kak Anton kok malah diam ditanyain," terdengar suara Amel sedikit kesal karena Antonio malah diam tidak menjawab pertanyaan darinya tadi.
"Oh iya, iya. Aku baru aja selesai meeting dengan owner-nya PT. Jaya guna," ucap Antonio membohongi Amel.
Laras menatap Antonio saat mendengar Antonio berkata bohong pada Amel dan Laras merasa bersalah karena gara-gara dirinya Antonio jadi lupa untuk menjemput Amel pulang kantor sore ini.
"Oke kalau begitu aku akan segera jemput kamu sekarang ya, kamu tunggu," lalu Antonio mengakhiri pembicaraannya di telepon itu dengan Amel.
"Pak saya minta maaf, gara-gara membantu saya pak Antonio jadi terlambat menjemput Amel, sekali lagi maaf pak," ucap Laras dengan sungkan pada Antonio.
"Enggak, enggak Bu Laras gak usah berkata begitu karena saya dengan senang hati membantu Bu Laras tadi. Jadi Bu Laras jangan punya perasaan bersalah ya," Antonio meraih tangan Laras saat mengatakan hal itu.
Laras sedikit tersentak karena tiba-tiba saja Antonio menggenggam tangannya tapi dia juga tidak bisa menepis ada kehangatan yang merasuk ke dalam tubuhnya saat Antonio menggenggam tangannya.
Tapi buru-buru Laras menepiskan semua perasaannya saat ini.
Lalu dengan perlahan Laras melepaskan tangannya dari genggaman tangan Antonio sambil berkata padanya," pak Antonio, bapak segera pulang ya karena bapak sudah di tunggu Amel."
Antonio menatap Laras sambil menarik nafas panjang," ya," jawab Antonio yang sepertinya enggan untuk pergi meninggalkan Laras dan Lala.
Kemudian Antonio pun melangkah keluar dari kamar itu dan berjalan meninggalkan rumah sakit tersebut.
...****************...
Amel yang sedari tadi menunggu Antonio menjemputnya merasa sedikit kesal karena sampai saat ini Antonio belum datang juga menjemput dirinya.
Amel terlihat berjalan mondar mandir di dalam ruang kerjanya sana sambil sesekali mengarahkan pandangan matanya pada jam tangan yang ada di lengan kirinya itu.
"Kak Anton kemana sih...lama banget padahal sudah sejak tadi yang dia bilang sudah selesai meeting nya, terus pergi kemana dia kok belum datang-datang juga," ucap Amel dengan wajah cemberut.
"Mel," tiba-tiba saja Antonio sudah masuk ke dalam ruang kerja Amel.
Amel menoleh pada Antonio yang berdiri di depan pintu ruang kantornya itu sambil tersenyum.
"Kak Anton...kok lama banget sih...,"
Lalu Amel berjalan mendekat ke arah Antonio yang masih berdiri itu.
"Maaf ya kamu jadi lama menunggu aku tadi," kata Antonio pada Amel.
"Tak masalah kak, aku tahu kakak sibuk jadi ya aku harus sabar menunggu iya kan," Amel bergelayut manja di pundak Antonio.