NovelToon NovelToon
BAYANGANMU DI HARI PERTAMA

BAYANGANMU DI HARI PERTAMA

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Cintapertama / Spiritual / CEO Amnesia / TKP / Tamat
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sarifah31

Bayangmu di Hari Pertama
Cinta yang tak lenyap meski waktu dan alam memisahkan.

Wina Agustina tak pernah mengira hari pertama OSPEK di Universitas Wira Dharma akan mengubah hidupnya. Ia bertemu Aleandro Reza Fatur—sosok senior misterius yang ternyata sudah dinyatakan meninggal dunia tiga bulan sebelumnya. Hanya Wina yang bisa melihatnya. Hanya Wina yang bisa menyentuh lukanya.

Dari kampus berhantu hingga lorong hukum Paris, cinta mereka bertahan menantang logika. Namun saat masa lalu kembali dalam wajah baru, Wina harus memilih: mempercayai hatinya, atau menerima kenyataan bahwa cinta sejatinya mungkin sudah lama tiada…

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarifah31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18: Titik Terakhir

Bab ini yang membawa Wina dan Nayla sampai ke titik terakhir jejak Ale di dunia, di turunan curam Situgunung, tempat bus itu pernah terjungkal ke jurang. Bab ini bukan hanya tentang luka dan kenangan, tapi juga tentang rasa kehilangan yang hampir menelan Wina, secara harfiah dan emosional sampai Nayla, sahabat setianya, menariknya kembali dari tepi itu.

Kami tiba di Situgunung saat senja mulai merambat. Kabut tipis menggantung di lereng bukit, menari pelan seperti selendang kelabu di udara.

Perjalanan dari kampus memakan waktu hampir dua jam lebih ditambah waktu kami mencari penginapan kecil yang cukup dekat dengan jalur turunan lokasi kecelakaan.

Villa sederhana itu dikelilingi pohon pinus, dengan suara jangkrik sebagai latar musik alami. Tak banyak wisatawan saat musim libur kampus, dan itu membuat tempat ini terasa… kosong. Tapi mungkin memang harus sepi, agar aku bisa mendengar kembali suara yang lama menghilang.

Pagi harinya, kami bangun lebih awal. Aku memakai sweater putih dan jeans panjang, menyiapkan jurnal Ale dalam tas kecil. Nayla berjalan di belakangku, membawa sebotol air dan jaket tambahan.

Kami berjalan kaki sekitar 15 menit menyusuri jalur pinggir hutan, sampai akhirnya sampai di lokasi yang ditandai plakat kecil berkarat:

“Lokasi Kecelakaan Bus Pariwisata – 23 November 20XX”

Di sana ada pagar besi setinggi pinggang, sudah mulai berkarat. Di balik pagar itu… jurang. Dalam, hijau gelap, seperti perut bumi yang belum kenyang.

Aku berdiri di pinggir pagar itu, memandang ke bawah. Angin dingin menyapu rambutku. Langit mendung.

Di bawah sana… di dasar itu… mungkin di situlah Ale terakhir kali berada.

Aku menggenggam palang pagar. Nafasku pendek. Lututku bergetar.

“Ini tempatnya ya...” gumamku, hampir tak terdengar.

Nayla berdiri agak jauh, memberiku ruang. Tapi langkahku tak stabil. Aku terlalu larut.

Dan saat aku sedikit bersandar, kakiku menginjak batu licin, tanah lunak bergeser.

Tubuhku oleng.

Aku terpeleset.

Segalanya terasa lambat. Aku hanya sempat berpikir satu hal:

> Jadi ini rasanya jatuh… seperti dia.

Tapi sebelum tubuhku benar-benar melewati batas pagar, sebuah tangan kuat mencengkeram pergelangan tanganku.

“Nggak, Wina!” teriak Nayla panik.

Aku tergantung setengah badan di luar pagar, lutut dan kaki menggantung, jantung berdegup keras di dada. Tanganku menggenggam lengan Nayla sekuat tenaga.

“Tarik aku!” teriakku, suara pecah oleh panik.

Dengan seluruh tenaga, Nayla menarik ku kembali. Punggungku menghantam rumput, nafas tersengal-sengal, tangan dan lututku bergetar hebat.

Nayla memelukku erat. “Kamu gila! Kamu gila banget! Jangan pernah kayak gitu lagi!”

Aku menangis. Bukan karena jatuh. Tapi karena aku… terlalu dekat dengan kehilangan kedua kalinya.

“Aku nggak sengaja,” isakku. “Aku cuma pengin… lihat dia sekali lagi.”

Nayla menatapku, mata berkaca-kaca. “Dia nggak minta kamu nyusul dia, Win. Dia minta kamu hidup. Jalan terus. Ingat dia, tapi jangan ikut dia.”

Aku memejamkan mata. Dalam gelap kelopak mataku, aku bisa melihat Ale berdiri di tepi pagar, menggeleng pelan sambil tersenyum.

> “Kamu udah cukup dekat, Wina. Sekarang waktunya kembali.”

Kami duduk cukup lama di batu datar dekat pagar itu. Aku menulis satu halaman terakhir di jurnal Ale, dan menguburnya di bawah pohon pinus kecil dekat situ.

Bukan untuk ditinggal. Tapi untuk dikenang… oleh alam yang jadi saksi akhir jejaknya.

1
Nurul An-nisa
iya ya, sampe sekarang belum ada alasan kenapa harus Wina
drpiupou
duh apa ada kemungkinan Fatur gidup
drpiupou
sedih banget omongan si Ale Ale ini
Sarifah Aini: Ale Ale rasa apa kak 😂
total 2 replies
drpiupou
apakah kamu akan memilih Ale?

ku harap kamu milih aku sih
Afriyeni Official
tetaplah di sisinya Wina, lambat Laun ia akan pulih dari lukanya yang tak terlihat.
Afriyeni Official
cuma Wina yang belum tahu kalau Fatur adalah Ale
bluemoon
sarapan dulu win lain kali
Aquarius97 🕊️
keren Thor 👋🏻 semangatt
Aquarius97 🕊️
huwaaaaa.... beneran kan Ale ternyata koma .. eh firasat ibunya Ale kuat banget yak
Aquarius97 🕊️
Alee... ahhhh jadi Ale.... masih hidup /Sob/
sjulerjn29
tu kan bener ceuk aku oge ale eta teh..🤭
wina akhirnya pujaan hatimu masih hidup
Iqueena
Yang jelas perasaanmu itu untuk Ale Win, karena dia yg pertama kamu liat, walau bukan sebagai manusia 🥹
Iqueena
Wahhhh, keren plot twist nya kak 👏🏻
Iqueena
Jadi Fatur itu Ale?
Xlyzy
Ale sebenarnya kamu ini manusia apa atau hantu si
Dewi Payang
Sampai kini aku tetap berharap Fathur adalah Ale.....
Ceyra Heelshire
kalau orang liat, bisa dikira gila sih
Drezzlle
Betul Wina
Dasyah🤍
aku doain yah moga moga Fatur benaran Ale
༺𝑨𝒕𝒉𝒆𝒏𝒂_𝟐𝟓༻
Ale km hrs bersyukur bertemu mereka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!