Di tengah hiruk pikuk Akademi Cyberland, Leon Watkins, seorang jenius dengan kekuatan "Dream" yang memungkinkannya memanipulasi mimpi dan kenyataan, justru merasa bosan setengah mati. Kehidupannya yang monoton mendadak terusik ketika ia dan teman sebayanya, Axel Maxx yang flamboyan, secara tak terduga ditarik ke dalam sebuah misi rahasia oleh sosok misterius. Mereka harus menembus "Gerbang Sejati," sebuah portal menuju dimensi yang mengerikan dan mengancam dunia. Petualangan yang akan mengubah segalanya, dan menyingkap takdir yang jauh lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan, baru saja dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DARK & LIGHT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : Gelar Pahlawan & Misi Selanjutnya
Keesokan paginya Cahaya fajar yang lembut menyinari kamar Ratu Lyra, tidak ada lagi ketegangan seperti kemarin. Ratu Lyra, meskipun masih lemah, kini telah sepenuhnya sadar. Ia duduk bersandar di bantalnya, matanya yang hijau zamrud memancarkan kebijaksanaan dan rasa terima kasih yang mendalam saat menatap Leon dan Axel. Putri Elly duduk di samping ibunya, menggenggam erat tangannya,terlihat ada kelegaan terpancar di wajah cantiknya.
"Leon Watkins, Axel Maxx," ucap Ratu Lyra, suaranya tenang namun penuh wibawa. "Tidak ada kata-kata yang cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasih kami. Kalian telah menyelamatkan tidak hanya hidupku, tetapi juga masa depan Kerajaan Elf dari kehancuran yang mengerikan." ucap ratu lyra tersenyum tulus."Kalian adalah pahlawan bagi Hutan Old Tree."
Axel, yang biasanya cengengesan, terlihat sedikit malu-malu mendengar pujian langsung dari seorang Ratu. Ia menggaruk kepalanya. "Ah, Ratu terlalu berlebihan. Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan!"ucap axel Namun, senyum bangga tidak bisa disembunyikan dari wajahnya.
Leon mengangguk kecil, menerima pujian itu dengan tenang.
Baginya, melihat Ratu Lyra terbangun adalah bukti bahwa kekuatannya memang di butuhkan.
"Atas nama seluruh ras Elf," Ratu Lyra melanjutkan, suaranya kini lebih lantang. "Aku, Lyra Greenwood, Ratu Hutan Old Tree, dengan ini menobatkan kalian berdua sebagai Pahlawan Agung Kerajaan Elf! Nama kalian akan diukir dalam sejarah, dan keberanian kalian akan selalu dikenang!"
Elly tersenyum pada mereka, matanya berkilau. "Kami akan mengadakan upacara besar untuk menghormati kalian, dan seluruh hutan akan merayakannya!"
Mata Axel berbinar terang. "Pahlawan Agung?! Upacara besar?! Wah, ini keren sekali! Apakah akan ada banyak makanan enak dan parade?"ucap Axel antusias.
Tiba-tiba, udara di dalam kamar Ratu Lyra bergetar halus. cahaya biru terang berdenyut di sudut. Terlihat sosok berjubah hitam muncul dari kilatan cahaya itu, siluetnya yang tinggi dan ramping terlihat jelas. Wajahnya masih tertutup tudung, namun aura yang dipancarkannya terasa lebih lembut, penuh ketenangan.
"Tugas pertama selesai, para Pembawa Harapan,"ucap sosok berjubah itu bergema, tidak lagi dari segala arah, melainkan langsung dari dirinya. Itu adalah suara yang sama yang berbicara kepada Leon dan Axel di ruang kosong setelah melewati Gerbang Sejati Cyberland.
"Hah?! Kau lagi?! Astaga, bisakah kau tidak muncul mendadak begitu saja? Jantungku hampir copot!" seru Axel kaget.
Ratu Lyra dan Elly menatap sosok itu dengan terkejut dan sedikit waspada. "Siapa dia, Tuan Leon?" tanya Elly berbisik.
" kurasa dia adalah salah satu Angel yang memuja Sistem Gaia, yang melindungi alam semesta," jelas Leon singkat, menatap sosok berjubah itu dengan tatapan tajam. "Dia yang menunjuk kami ke 'Neraka' ini."
Sosok berjubah itu mengangguk tipis ke arah Leon, membenarkan. "Seperti yang Ratu Lyra jelaskan, kalian adalah Pembawa Harapan, agen Sistem Gaia. Misi kalian adalah untuk memulihkan keseimbangan di dunia-dunia yang terancam oleh Sistem Nova."
"Jadi, artinya kita harus langsung pergi lagi, ya? Tidak ada waktu istirahat? Tidak ada pesta pahlawan yang meriah serta makanan yang bertumpah ruah dan Elf-elf cantik yang menari-nari untuk kita?"keluh Axel sambil melirik Elly, yang hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum geli.
"Ayolah, kami baru saja mengalahkan pengkhianat dan menyelamatkan Ratu! Bolehlah kami menikmati sedikit kemuliaan dan istirahat sejenak! Aku ini bukan robot, tahu!" keluh Axel lagi.
"Waktu adalah esensi, Pembawa Harapan Axel," jawab sosok berjubah itu suaranya tenang seolah tak tergoyahkan, mengabaikan celetukan Axel.
"Ancaman dari Sistem Nova menyebar dengan cepat. Ada banyak dunia yang membutuhkan bantuan kalian." lanjutnya lagi.
"Banyak dunia?! Memangnya ada berapa banyak dunia yang mau dihancurkan Nova itu, sih?! Apa dia mau mengoleksi kehancuran seperti orang mengoleksi perangko?!"ucap Axel sambil mendengus kesal. "Ini lebih mirip pekerjaan paruh waktu tanpa henti daripada misi pahlawan!"
"Misi kalian selanjutnya ada di benua tengah Zafier," lanjut sosok berjubah itu, seolah tidak mendengar keluhan Axel.
"Di sana, kalian akan menemukan Kerajaan Manusia, Zongming. Namun, kerajaan itu sedang dalam kekacauan. Keadilan telah goyah, dan kegelapan mulai menyebar dari dalam."
"Keadilan goyah? Maksudnya ada korupsi atau apa?" Axel mengernyit. "Astaga, dari Demon ke korupsi? Pekerjaan ini semakin aneh saja. Apa jangan-jangan nanti kita disuruh nyari kucing hilang atau mengurus kebun bunga, ya?"celetuk Axel lagi.
Leon mengabaikan Axel, fokusnya tertuju pada informasi yang diberikan oleh sosok berjubah itu. "Kekacauan seperti apa?" tanya Leon.
"Kerajaan Zongming telah dilanda pergolakan internal," jelas sosok berjubah itu. "Raja yang berkuasa menjadi tiran, para bangsawan saling berebut kekuasaan, dan rakyat menderita di bawah ketidakadilan dan penindasan. Sihir gelap dan praktik terlarang mulai merajalela, menarik perhatian para Demon dari Chaos Land. Jika ini terus berlanjut, Kerajaan Zongming akan runtuh dari dalam, membuka jalan bagi invasi Demon yang lebih besar, dan seluruh Zafier akan jatuh." ucap sosok berjubah itu dengan nada yang tegas.
Ratu Lyra menghela napas dalam. "Kerajaan Zongming... aku sudah mendengar kabar buruk tentang mereka. Dulu, kami memiliki aliansi yang kuat, tetapi setelah aku tertidur, komunikasi terputus. Para bangsawan manusia terlalu terbuai dengan kekuasaan dan kemewahan."
"Jadi, misi kalian adalah mengembalikan keadilan di Kerajaan Zongming," kata sosok berjubah itu. "Bantu mereka menemukan kembali jalan yang benar, tegakkanlah keadilan dengan cara kalian sendiri. Hanya dengan begitu, Zafier akan benar-benar aman."
"Oke, jadi kita harus jadi hakim, detektif, dan algojo?" ucap Axel sambil menyilangkan tangan di dada. "Ini benar-benar di luar deskripsi pekerjaan pahlawan! Aku pikir kita cuma perlu meninju monster besar, tapi ternyata kita harus jadi konsultan politik juga. Apa ada tunjangan risiko untuk urusan politik ini?"
Leon melirik Axel, tidak terganggu oleh keluhannya. Matanya terpaku pada sosok berjubah. "Kami akan pergi."
"Leon! Tunggu dulu!" Axel protes. "Setidaknya biarkan aku mandi dan makan lagi! sert menikmati pesta upacara itu sebentar saja! Aku ingin merasakan bagaimana rasanya jadi pahlawan yang disanjung!" ucap Axel yang masih membayangkan pesta itu.
"Tidak ada waktu, Pembawa Harapan Axel," kata sosok berjubah itu, nadanya sedikit lebih tegas. "Setiap detik yang terbuang, kegelapan semakin kuat. Tugas kalian di Zafier ini belum selesai sepenuhnya sampai kerajaan Zongming kembali stabil. Jika kalian menunda, Kerajaan Elf ini pun akan kembali terancam."
Axel mengerang dramatis. "Baiklah, baiklah! Kalau begitu, setidaknya beri tahu kami arahnya! Jangan cuma bilang 'benua tengah' saja! Aku bukan kompas berjalan, tahu!"celetuk Axel sambil memonyongkan bibirnya.
Sosok berjubah itu mengangkat tangannya. Sebuah peta hologram dunia Zafier muncul di udara di antara mereka, menunjukkan Hutan Old Tree di utara, Chaos Land di selatan, dan wilayah luas bernama Zongming di bagian tengah, dengan beberapa kota besar dan jalur perdagangan.
"Ikuti jalur perdagangan utama ke arah selatan dari Hutan Old Tree," instruksi sosok berjubah itu. "Kalian akan tiba di kota perbatasan pertama kerajaan Zongming. Dari sana, kalian harus mencari jalan kalian sendiri." Peta itu kemudian memudar.
Ratu Lyra menatap Leon dan Axel dengan tatapan penuh perhatian. "Kami akan memberikan bekal dan panduan terbaik yang kami miliki untuk perjalanan kalian. Meskipun kami sedih kalian harus pergi secepat ini, tetapi kami mengerti betapa pentingnya misi kalian."ucap ratu lyra dengan lembut.
"Terima kasih, Ratu Lyra," kata Leon, sambil membungkuk hormat,ia tahu sudah waktunya mereka berpisah.
Axel masih merengut. "Aku tidak percaya ini. Langsung berangkat lagi. Ini semacam magang pahlawan tanpa gaji dan tanpa hari libur. Apa ini berarti kita tidak akan pernah bertemu lagi dengan para Elf cantik ini? Putri Elly, apakah kau akan merindukan pahlawanmu yang tampan ini?" ucap Axel sambil mengedipkan matanya pada Elly.
Elly terkekeh. "Aku akan merindukan kalian berdua, Tuan Axel. Dan kami akan selalu berterima kasih atas semua kebaikan yang telah kalian lakukan." Ia kemudian menatap Leon, ekspresinya lebih lembut.
"Berhati-hatilah, Tuan Leon. Dunia Manusia bisa jadi lebih berbahaya dari yang terlihat."ucap Elly lembut.
Leon mengangguk. Ia merasakan adanya benang merah antara intrik politik dan sihir gelap, sebuah kombinasi yang bisa jadi lebih rumit dari pertarungan langsung melawan Demon. Misi ini menuntut jenis kekuatan yang berbeda.
"Ayo, Gendut," kata Leon, menepuk bahu Axel. "Kita punya kerajaan untuk diselamatkan."
Axel menghela napas berat, namun kemudian bahunya kembali tegap. "Baiklah, baiklah! Demi keadilan, demi dunia, dan demi kesempatan untuk mencicipi masakan manusia, mari kita berangkat!" ucap Axel lesu sambil melambaikan tangan kepada Ratu Lyra dan Elly, lalu mengikuti Leon keluar dari kamar.
Sosok berjubah itu mengawasi mereka, lalu memudar kembali ke dalam kilatan cahaya biru.