NovelToon NovelToon
Kisah Kita

Kisah Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:552
Nilai: 5
Nama Author: RJ Moms

Apa yang kalian percaya tentang takdir? Bahwa sesuatu hal yang tidak akan pernah bisa kita hindari bukan? Takdir adalah hal yang mungkin saja tidak bisa diterima karena berbeda dengan apa yang kita harapkan. Tapi percayalah, rencana Allah itu jauh lebih indah meski kadang hati kita sangat sulit menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RJ Moms, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Insident

“Sayang, ini uang jajan kamu. Kamu sekarang sudah sma. Harus sudah bisa mengatur keuangan sendiri. Jadi, papa akan kasih uang jajan kamu per bulan ya. Diluar kebutuhan kamu yang lain nya.”

“Iya, Pa. Terimalah.”

Reaksi Amelia membuat Ira benar-benar sedih. Hatinya sakit karena perubahan Amelia. Dulu, Amelia akan merengek seperi anak kecil saat Alex akan memberinya uang jajan per bulan. Amelia bilang dia masih ingin menjadi anak kecil nya mereka yang akan merengek saat minta uang jajan.

“Amel pergi dulu, Ma, Pa.”

Ira mulai berkaca-kaca mendengar Amelia menyebut namanya sendiri.

Alex meremas tangan istrinya, mencoba menenangkan dan memberinya dukungan.

“Abang anter, ya.”

“Amel bisa naik angkot, kok. Gak apa-apa.”

“Dek, tunggu sebentar.” Rehan menarik tangan adiknya. Amelia segera menarik tangannya kembali.

“Apa harus seperi ini? Maksud abang, kamu tetap anak bungsu keluarga kita. Jangan terlalu mencolok. Kasian mama sedih melihat perubahan kamu yang drastis ini.”

“Maaf, abang. Adek juga bingung harus berbuat seperti apa? Adek ngerasa ada hal yang menghalangi kita sekarang. Tolong, beri waktu untuk adek merenungkan semaunya.”

“Abang ngerti. Abang harap kamu akan tetap seperi dulu. Manja, nakal, selalu merengek sama kita semua. Menolak saran papa, dan—“

“Adek merasa tidak berhak melakukan semua itu. Rasanya aneh.”

“Abang mohon, adek. Jangan berubah.”

“Abang, adek telat kalau kita terus ngobrol. Nanti kita bicara setelah adek pulang sekolah, ya.”

Rehan mengangguk.

Dengan langkah gontai, Amelia berjalan menuju jalan raya untuk menunggu angkot. Dia berjalan seolah tidak menapaki bumi. Kepalanya terasa sangat ringan dan melayang.

Brukkkk!

Semua orang berteriak melihat Amel terjatuh ke jalan, di saat yang bersamaan sebuah mobil melintas dan hampir saja melindas kepalanya.

Orang-orang berbondong-bondong mendekat Amelia dan membantunya. Mereka memindahkan tubuh Amelia ke teras rumah warga yang ada di pinggir jalan.

Saat itulah Gunawan melintas. Dia melihat tas Amelia yang bergelantungan. Dari situlah dia tahu bahwa orang yang sedang digotong ramai-ramai itu adalah Amelia.

Setelah menepikan motornya, Gunawan berlari dan meminta jalan pada warga agar dia bisa lebih jelas melihat Amelia.

“Mel, bangun.” Ujar Gunawan setelah dia berhasil mendekati Amelia.

“Ini anaknya pak Alex, coba ke rumahnya kasih tau anaknya pingsan.”

“Saya aja bu. Saya punya nomor telponnya.”

Gunawan segera menelpon Rehan dan memberitahu keadaan Amelia. Tidak berselang lama, Alex dan Rehan datang membawa mobil. Mereka segera membawa Amelia ke rumah sakit terdekat.

Rehan menerakan lembut tubuh Amelia yang tergeletak di atas pangkuannya. Dahinya terluka dan berdarah akibat tersungkur. Beberapa bagian tangan nya pun lecet.

Setelah masuk UGD dan mendapatkan penanganan, Amelia harus menjalani rawat inap karena belum juga siuman. Dia juga harus menjalani pemeriksaan di bagian kepala karena khawatir ada luka dalam atau cedera.

Setelah mengurus administrasi dan lain sebagainya, Amelia dipindahkan ke ruangan vip. Selang lima menit kemudian, Gunawan dan Ira datang.

“Adek, sayang.” Suara Ira bergetar hebat. Dari situ pun sudah terlihat jelas bagaimana khawatirnya dia pada keadaan putrinya.

“Sssttt, mama. Mama tenang dulu. Jangan ganggu adek. Hasil tes rontgen dia belum keluar, jadi kita tidak tahu bagian tubuh dia yang mana yang sakit.

“Kenapa bisa begini, Pa? Mama pikir kalian pergi ke mana membawa mobil tanpa pamit terlebih dahulu. Ternyata anak kita, anak kita kecelakaan.” Ira menangis histeris. Alex segera memeluk istrinya dan mencoba menenangkan wanita itu.

Dalam diam nya Amelia, dia tidak sepenuhnya tidak dadakan diri. Meski samar, tapi Amelia bisa mendengar suara Ira menangis. Dia hanya kehilangan tenaga untuk mengontrol tubuhnya sendiri. Bahkan membuka mata saja dia tidak punya tenaga. Amelia hanya bisa diam dan mendengar.

“Ini semua salah Rehan, Ma. Coba Rehan tidak membanca chat dari Gunawan waktu itu. Awal mula masalah keluarga dari sana.”

“Jangan ungkit masa yang sudah lewat, kita fokus pada kesehatan adik kamu saja.”

“Baik, Pa.”

Ira mendekat dan duduk di kursi yang ada di samping bed Amelia. Dengan lembut dia mengusap pipi anakannya, merapikan poni yang menghalangi matanya, lalu menggenggam tangan gadis yang tengah terbaring lemas itu.

“Sayang, ini mama, Nak. Bangun, sayang. Jangan bobo terus, mama takut.” Ira gemetar saat berbicara. Dia benar-benar dilanda kekhawatiran yang luar biasa.

“Bagaimana bisa, bagaimana bisa kamu merasa bahwa kamu tidak punya hak atas mama. Mungkin, mungkin mama memang tidak melahirkan kamu, tapi sayang … sejak kamu lahir ke dunia ini, tangan mama yang pertama menerima kamu. Mama juga yang menjaga dan memandikan kamu, mama juga yang menyusui kamu. Apa itu belum cukup untuk membuktikan bahwa kamu anak mama. Kamu tumbuh dari asi mama. Darah dan daging kamu terbentuk dari darah mama dan keringat papa, serta kasih sayang abang. Mama mohon, jangan berpikir bahwa kita tidak terikat darah hanya karena kamu tidak lahir dari rahim mama, sayang.”

Hati Amelia menangis mendengar ucapan Ira. Untuk sesaat dia merasa asing pada keluarganya karena dia tidak bisa Legowo menerima kenyataan bahwa dia bukan anak kandung mereka. Namun, Amelia sadar jika kasih sayang yang dia dapatkan adalah bukti nyata bahwa adopsi atau bukan, bagi mereka Amelia tetap lah anak mereka.

Mama, jangan menangis. Adek minta maaf sama mama. Adek janji, jika adek sudah bisa membuka mata. Adek akan bilang sama mama kalau adek sayang sama mama. Tunggu sebentar ya, Ma. Adek ngantuk, adek tidur dulu.

“Pa, papa.”

“Ada apa, Ma? Jangan teriak-teriak ini rumah sakit.”

“Lihat.” Ira menunjuk ujung mata Amelia yang meneteskan air mata. “Dia pasti mendengar kita buka? Iya kan?”

Ira sangat berharap anaknya lekas siuman. Sekecil apapu harapan itu, jangan pernah menyerah. Karena pertolongan Allah itu bisa datang di ujung harapan manusia.

Amelia merasakan sakit disekujur tubuhnya. Kepalanya terasa berdenyut, dan lengan nya perih. Lututnya terasa sakit.

Perlahan dia membuka mata, lalu terpejam kembali karena silau oleh sinar lampu yang ada tepat di atas tubuhnya.

Rasa sakit di kepalanya semakin terasa seiring dengan kesadarannya yang meningkat.

“Mama ….” Amelia merengek. Sontak saja, Ira dan Alex langsung berdiri dan berlari mendekati putri mereka.

“Iya, sayang. Ini mama, Nak.”

“Kepala adek sakit, mama.”

“Pa, panggil dokter.”

“I-iya, papa panggil dokter sekarang juga.”

Sambil setengah berlari, Alex mencoba menghubungi Rehan untuk memberitahu bahwa Amelia sudah siuman.

“Iya, Pa. Rehan ke rumah sakit sekarang.”

Rehan yang sengaja diminta oleh Ira untuk mengambilkan pakaian ganti unti dirinya dan Amelia, bergegas marapikan semua perlengkap yang dibutuhkan. Lalu segera pergi menuju rumah sakit.

1
The first child
iya bang re, habis manis banget/Drool/
The first child
baca novel dapet bonus belajar agama/Smile/
Emak RJ: Hanya sikit. Aku juga masih belajar hehehe
total 1 replies
Scar
Tengkiuuu thor, bikin liburanku jadi lebih seru!
Emak RJ: Makasih ya udah mampir. Sehat selalu kakak 🫶🏻
total 1 replies
Yoko Littner
karya ini layak dijadikan film, semoga sukses terus thor ❤️
Emak RJ: Masya Allah terharu banget aku. Tanchuuuu ya kakak 🥹🫶🏻
total 1 replies
Mamah Mput(Bilanoure)
wah, ibunya gak suka apa gimana sebenernya? penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!