NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Duda / CEO / Cinta Paksa / Beda Usia
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

KISAH PERJUANGAN SEORANG LAKI-LAKI MENGEJAR CINTA GADIS BERCADAR YANG BELUM MOVEON SAMA PRIA MASA LALUNYA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

"Sekelas perusahaan gue nggak bisa cari informasi tentang dia? Gak masuk akal! ini bener-bener nggak masuk akal!" Ucap lucky menggeleng dengan bibir terbuka, tak percaya.

"Entah. gue juga bingung," kata Leon.

"Sistem ini bisa lacak siapa aja. Bahkan orang biasa dari pelosok pun pasti ke detect!" Ujar lucky serius. Sistem informasi dari perusahaannya sudah dilevel tertinggi, bisa dengan mudah mencari informasi orang-orang.

"Itu dia masalahnya, justru karena dia gak punya jejak sama sekali. jadi pencariannya sulit."

"Saya yakin dia bukan orang biasa. Orang biasa nggak mungkin bisa hapus jejaknya. Kalaupun dia ngehapus, pasti masih ada jejak kecil yang bisa dijadikan celah untuk mengakses." Celetuk Bella menduga.

Beberapa langsung menimpali dengan dugaan yang berbeda-beda. yakin bahwa Tama bukan orang biasa.

Tiba-tiba Sabrina menyalakan TV. Perhatian langsung teralihkan.

Layar menampilkan berita mengejutkan, lima jasad ditemukan di sebuah kontrakan.

Cuplikan video memperlihatkan Garis polisi membentang didepan kontrakan reyot. Pintu utamanya terbelah. Tampak polisi berlalu lalang, memeriksa tempat kejadian. Warga berkerumun dibalik garis kuning, sebagian menutup mulut, sebagian lagi ditanya-tanya oleh beberapa polisi.

Dilayar terpampang barang bukti berupa pistol, celurit dan gergaji mesin, semuanya berlumuran cairan kental berwarna merah pekat.

Mereka terkejut bukan main mulai bertanya-tanya, dan Sabrina mulai menjelaskan bahwa kontrakan itu dihuni Tama. dan Sabrina menduga bahwa Tama termasuk korban yang terjerat. Namun, Revan langsung membantah karena diberita itu tak ada sorotan atau penjelasan mengenai korban yang memiliki tato, juga berambut buzzcut berwarna silver seperti ciri-ciri Tama.

"Astaghfirullah. Tapi pintunya ngebelah gitu. Seperti habis dipotong pake gergaji mesin!" Ucap Bella cemas, memikirkan kondisi Tama.

"Jangan-jangan dia dimut1lasi sama mereka? Bagaimana ini, kak?" Panik Sabrina meneteskan air mata.

Suasana ruangan mendadak mendadak sunyi. Lucky menelan ludahnya susah payah. Bella memeluk adiknya, mencoba saling menguatkan perasaan masing-masing.

Namun, tiba-tiba suara muntahan terdengar, lucky Bella dan Sabrina reflek menoleh.

Leon muntah dengan kepala tertunduk. Revan membungkuk memuntahkan isi perutnya kelantai.

"Lu berdua kenapa muntah disini sih? Jadi kotor kan!" Omel lucky kesal bercampur jijik. Ia menutup hidungnya dengan satu tangan.

"Kalian mikirin apa bisa sampai muntah?" Tanya Bella heran.

Leon dan Revan tak merespon. Wajah mereka pucat. Matanya memerah. Napasnya tersengal-sengal. Tanpa sepatah katapun, Leon bangkit dan pergi keluar ruangan, lalu disusul Revan, meninggalkan ruangan ini. Menyisakan Bella, lucky dan Sabrina yang terdiam. Lucky berdiri, menjauh. Hidungnya ditutup, bau muntah terasa menyengat.

"Lucky. Tolong suruh pekerja untuk membersihkan." Titah Bella tiba-tiba.

Lucky mengganguk cepat dan menelpon ob, menyuruh mereka datang kesini. Tak lama, ob datang dan membersihkan muntahan yang berserakan dilantai hingga bersih tak bersisa. Lantai tampak kinclong, wangi dan terasa seperti sedia kala.

"Dek, kakak pulang dulu ya, ditelpon papih!" Kata Bella setelah mengangkat panggilan yang entah kapan.

Sabrina mengganguk dan menawarkan bantuan pada kakaknya itu, mau dianter sopir atau pulang sendiri. Bella mengatakan pulang sendiri saja, tak mau merepotkan.

"Biar saya yang anter, bel!" Ucap lucky to the point.

"Gak usah!" Ketus Bella. Teringat kelakuan tak senonoh lucky yang memegang titik sensitifnya ketika dimobil.

Lucky menghela nafas. "Pesen taxi mahal loh. Nanti kalo ada supir yang macam-macam sama kamu gimana? Apalagi sekarang banyak kasus-kasus sopir yang melecehkan penumpangnya." Lucky tak kehabisan akal. Dengan sengajanya ia menakut-nakuti Bella melalui hal semacam itu.

'itu kamu supirnya, lucky. Kamu gak sadar lagi ceritain diri sendiri?' batin Bella sinis. Sopir m3sum.

"Iya, bener mbak. Sekarang banyak kejadian seperti ituloh. Mending Dianterin aja sana, sekalian pdkt-an." Goda Sabrina menyenggol lengannya. Bella hanya bisa menghela nafas, capek.

"Tenang, mbak. kak lucky orangnya baik kok. Kalau sampai dia macam-macam sama mbak, laporin aja. Suruh dia tanggung jawab." Lanjut Sabrina.

Wajah Lucky sumringah, mendapat dukungan dari calon adik ipar. "Kalau saya sampai macam-macam sama kakak kamu. Saya akan bertanggung jawab, Sabrina. Detik itu juga saya nikahin dia." Ucapnya full senyum.

"Apaan sih! Ngarep banget! Saya gak Sudi nikah sama kamu, lucky. Jangan sampai. Saya nggak mau jadi istri kamu. Kita gak cocok, nggak pantas. Ingat itu!" Kecam Bella memudarkan senyum lucky.

"Kak!" Tegur Sabrina lirih, nyelekit banget omongannya.

Bella tak menggubris. "Dek! Kakak pamit dulu,  assalamualaikum! Bye" Kata Bella lembut. Ia berjalan, melewati lucky yang tengah menatapnya, dengan sorot mata nanar. Bella tak iba, ia justru memberi tatapan sinis, terkesan benci.

'seenggak pantes ini gue?' batin lucky, memandang kepergian Bella.

"Susul kak. Semangat jangan nyerah. Nanti juga luluh kok!" Sabrina memberi semangat. "Benci-benci, lama-lama juga cinta tuh, gengsi banget kamu, mbak." Lanjut Sabrina dalam hati, berpikir demikian. 

Seandainya Sabrina tahu kalau Bella mencintai arhan, maka entah apa yang akan terjadi di antara keduanya.

Lucky mengganguk. Tanpa banyak bicara, ia langsung melangkah pergi. Matanya langsung menangkap Bella didepan sana. Lucky berlari cepat, menyusulnya.

"Sana pergi laki-laki brengsek!" Usir Bella menggeser posisinya, menjauhi lucky disebelahnya.

Hati lucky sakit. Namun ia mencoba tetap tegar. "Bella, maafkan saya. Saya bener-bener tidak sengaja saat itu."

Bella tak menjawab. Hatinya masih sakit, terpukul setelah kejadian itu.

"Saya akui, saya memang salah. saya bukan pria sebrengsek itu yang cuma mau enaknya doang, bel. Saya siap menikahi kamu saat itu. Tapi kamu malah menolaknya."

"Sudah berapa kali sayang bilang. Kamu itu bukan type saya, lucky. Sekeras apapun kamu berusaha, tetap gak akan ngebuat saya terpikat sama kamu. Nggak sama sekali." Tekan Bella tanpa peduli perasaan lucky. "Jangan berharap bisa menikah dengan saya. Saya nggak akan menerima ajakan kamu, sampai kapanpun."

"Bel, saya nggak bakalan nyerah!" Ucap lucky, tersenyum getir.

"Menyerahlah lucky. Apa nggak bosen kamu saya sakitin dan saya tolak habis-habisan? Jangan buang energi untuk hal yang sia-sia. Lebih baik kamu Pergi dari hidup saya. Demi tuhan, saya muak bertemu kamu setiap saat."

Lucky tersenyum hampa. Hatinya hancur berantakan. "Hargai perjuangan seseorang sebelum kamu kehilangan dia selamanya." Ucapnya tenang, menahan kesesakan didada.

"Baguslah! Orang seperti kamu lebih baik hilang saja dari hidup saya. kehadiran kamu juga tidak penting dihidup saya." Kata Bella tanpa belas kasihan.

Pandangan lucky mendadak kosong sesaat. Nafasnya tercekat. Namun ia memaksa sabar, tersenyum, seolah biasa-biasa saja. "Jangan dong! Kalau saya hilang, nanti kamunya rindu lagi. 'bang lucky mana ya? Kok gak bisa dihubungi? Dia kemana sih? Kenapa harus pergi? Bang lucky, aku kangen kamu, rindu semuanya tentang kamu!" Canda lucky menirukan suara Bella.

Bella memutar bola matanya, jengah. "Rindu? Kangen? Nggak banget. Dikira sepenting itu kamu dihidup saya? sampai-sampai saya harus rindu gitu." Ia menarik napas kasar." Lucky kamu terlalu sok asik sama saya. Sok ngelawak. Kamu pengen buat saya ketawa? Jangan kebanyakan drama. Lawakan kamu nggak ada lucu-lucunya. Memuakkan. Annoying, kamu tau annoying? Penggangu" Bella menekankan kata-kata terakhir.

"Cukup Bella!" Tegur lucky, matanya memerah. "Jagalah mulut kamu saat berbicara dengan seseorang. Jangan sampai gara-gara omongan pedas kamu bisa menyakiti perasaan orang lain. Dengan saya kamu bisa begitu. Tapi bagaimana kalau orang lain yang kamu giniin? Kamu pikir mereka bakalan terima? Nggak, bel! Nggak. Mereka bakalan bertindak, bisa saja kamu ditampar, bahkan lebih parahnya dib*n*h." Ia tak tahan lagi dengan kata-kata pedas itu.

"Hanya dengan kamu saja saya begitu. Selebihnya saya jaga sikap. Jadi nggak usah mengajari saya, oke?" Bella tak suka diperingatkan.

Lucky tak menjawab. Keduanya berjalan beriringan tanpa adanya obrolan, masuk kelift. Bella diam sibuk dengan pikirannya yang tertuju pada sosok pria yang ditemuinya di makam. Disampingnya, lucky sibuk menenangkan diri, berusaha menekan rasa sesak yang terkumpul di dalam dada.

"Mau kemana pak lucky?" Tanya seseorang pengusaha menggunakan bahasa inggris begitu pintu lift terbuka dilantai 10, melirik lucky lalu melirik Bella.

Lucky mendekat, Bella dibelakangnya. menatap 10 laki-laki dan 5 perempuan dihadapan mereka, pakaian mereka rapih dan modis. Penampilan kelima perempuan itu cukup terbuka, dengan belahan dada rendah.

"Saya mau pergi!"

"Tidak ikut meeting?" Tanyanya.

"Meeting?"

"Iya, jadi...." Beberapa orang menjelaskan. Lucky menyimak dengan serius, sesekali melirik buah semangka besar yang menggoda iman, membangkitkan jiwa kelaki-lakiannya.

Dibelakangnya Bella menyimak dengan antusias penjelasan mereka. Meski menggunakan bahasa inggris, Bella sangat paham apa yang dibicarakan. Dari yang ia tangkap, tujuan Meeting itu ingin membahas tentang politik, mengusut kasus kematian keluarga Robert serta arhan putra pratama, dan lokasi serta waktu penyelenggaraan acara penghargaan dunia yang wajib dihadiri semua tokoh penting tanpa terkecuali.

Lucky terdiam, mendengar pembicaraan soal kematian keluarga Robert, tokoh politik, elite global, orang-orang yang punya sangkut pautnya dengan Robert dan Arhan Putra Pratama. Kasus itu seperti bayangan yang membebaninya, membuatnya khawatir. kasus itulah yang ia sembunyikan, jangan sampai terbongkar. Bahaya, bisa-bisa orang tersisa yang masih ada sangkut pautnya dengan Robert, mengincarnya tanpa ampun, lucky harus waspada.

Namun yang membuatnya semakin khawatir cuma satu— bagaimana jika kasus kematian banyak orang ini terbongkar? Bukan hanya ia saja yang terlibat. Tapi juga Leon, Revan, dan arhan yang ikut terjerat. Lebih tepatnya, tokoh-tokoh penting yang mati bukan lucky pelakunya, tetapi pasukan arhan. Lucky cuma mengeksekusi keluarga inti, asistennya dan Robert saja yang ditawan disebuah markas saat itu.

"Beberapa reporter juga ditemukan dalam keadaan t3was mengenaskan setelah menyorot berita tentang mendiang tuan Robert."

"Lebih tepatnya saat menyorot ratusan orang berpakaian serba hitam dan tertutup, dalam dugaan kami jika merekalah yang terlibat dalam ini. Sepertinya  Kelompok itu bukan kelompok biasa," ujar seseorang dalam bahasa inggris.

Fyi: Mereka kelompok arhan

Bella menelan ludahnya susah payah, cemas dengan pikiran menebak-nebak siapa dalang dibalik ini semua.

"Siapa kelompok itu? Apa kalian punya informasi tentang mereka?" Tanya lucky serius, pura-pura lugu. Aksi ini dilakukan agar orang-orang tak berspekulasi tentangnya.

"Dari informas-"

Penjelasan salah satu orang menggantung kala mendengar suara pintu lift terbuka. Semua menoleh kebelakang. Leon dan Revan keluar, mendekati kerumunan mengajak tamu penting itu keruangan meeting besar, mereka pun menurut dan segera masuk kedalam lift. Lucky menghela nafas lega setelah kepergian mereka.

"Luk! Lo harus ikut, ini penting banget!" Kata Leon.

"Oke, tapi yang ngejelasin siapa? Bukan gue kan?" Tanya lucky takut-takut. Pasalnya ia masih pemula, sulit berbicara didepan orang banyak. Khawatir ditertawakan dan dianggap nggak becus sebagai pengusaha nomor 2 didunia.

"Tenang aja, yang ngejelasin bukan Lo. Lo duduk manis aja, nyimak." Kata Revan.

"Mereka yang bahas dan ngulik kasus ini semua sampai tuntas." Kata Leon berusaha tetap tenang, meski ketar-ketir.

Lucky jantungan, telapak tangannya terasa dingin ketika mendengar bagian 'sampai tuntas'.

"Kasus ini besar juga ya. Jangan-jangan kamu lagi pelakunya lucky." Celetuk Bella menebak.

"N-nggak usah nuduh-nuduh orang, Bella. Saya nggak ada sangkut pautnya dengan itu." Elak lucky gugup.

"Kenapa kamu gugup? Biasanya orang-orang yang gugup dan ketakutan itu sedang menyembunyikan sesuatu loh!" Bisik Bella semakin curiga.

Lucky terbungkam seribu bahasa.

Leon yang mendengar ikut panik, Revan melongo, keringat dingin.

"Itu, mereka semua datang!" Alih Leon sengaja, menunjuk kedepan. Reflek Bella, lucky dan Revan mengalihkan perhatian.

Tampak disana, ratusan tamu berpakaian formal dari berbagai kalangan dan negara, sedang berjalan kearahnya. Leon berjalan seorang diri, menghampiri. Lucky Bella dan Revan memerhatikan Leon yang menyampaikan sesuatu pada mereka dari jarak jauh. Entah apa yang disampaikan. Tak lama, Kerumunan terpisah dan menghilang. Leon kembali lagi.

"Semuanya sudah hadir diruang meeting. Ayo kita kesana, mereka menunggu kita." Kata Leon dengan ekspresi serius, menyeka keringat dipelipisnya.

Lucky menyisingkan lengan jasnya. "Bella kamu harus ikut! Temani saya!"

"Emang boleh?" Tanya Bella pelan.

"Boleh, ini keinginan saya." Kata lucky serius.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!