NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 18.

Author's POV

Senang, tentu saja. Bukan hanya Sean yang senang mendapatkan pengalaman pertama Fany tapi, Fany juga senang bahwa Sean adalah pria pertamanya. Meskipun dirinya bukan gadis pertama bagi Sean tapi, ia cukup senang karena melakukannya setelah mereka menikah secara resmi.

Setelah semalaman menghabiskan malam dengan kegiatan panas mereka, Sean seakan tidak ingin beranjak dari ranjang. Ia bangun dan tidak mendapati Fany di dalam kamar itu. Tapi, dari dalam kamar mandi masih terdengar suara gemericik air. Sean bergegas ke kamar mandi untuk memeriksa apa yang dilakukan istrinya dengan berlama-lama di dalam sana.

"Sayang, Fany, kamu ngapain di dalam lama sekali?" Tanya Sean sambil menggedor pintu kamar mandi. Tapi tidak ada jawaban dari dalam membuat Sean agak khawatir. Sampai akhirnya ia memilih merusak pintu kamar mandi itu dan menerobos masuk ke dalamnya.

"Sean, apa yang kau lakukan?" Tanya Fany agak terkejut mengetahui suaminya masuk dengan cara yang tidak ramah. Ia melihat pintu kamar mandi itu sudah rusak. Sean menghela nafas lega melihat Fany ternyata sedang berendam di dalam bak mandi.

"Kupikir terjadi sesuatu, kau tidak menjawab ku saat aku memanggilmu. Kamu lama sekali di dalam." Kata Sean sambil terkikik menertawakan dirinya sendiri.

"Ya ampun, aku hanya lelah dan butuh relaksasi. Berendam membuatku sedikit nyaman." Jawab Fany. "Eh, kamu mau ngapain?" Tanya Fany saat Sean ikut masuk ke dalam bak mandi.

"Mau coba ngerasain berendam." Jawab Sean santai.

"Sean, jangan macam-macam!" Ujar Fany mewanti-wanti melihat senyum Sean yang mencurigakan. "Kau menyakitiku." Lanjutnya pelan menyerupai bisikan.

"Apakah masih sakit?" Tanya Sean dengan nada lembut seakan ia khawatir pada Fany. Wanita itu menganggukkan kepalanya pelan kemudian Sean meraba bagian yang dimaksud dengan pelan dan penuh kelembutan. "Maaf, tapi ini tidak akan berlangsung lama. Selanjutnya tidak akan sakit lagi." Ucap Sean.

"Sean." Gumam Fany. Pria itu kemudian mendongak menatap istrinya. "Peluk!" Ujar Fany. Kemudian Sean menarik Fany ke dalam pelukannya. Di dalam pelukan Sean, Fany merasa ada sesuatu yang melindunginya, ia begitu nyaman di sana sampai ia tidak ingin semuanya berakhir.

"Sean, jika suatu hari nanti Arinka kembali, apa kau akan meninggalkanku?" Pertanyaan itu membuat Sean menegang. Kenapa Fany menanyakan hal itu? "Sean, apa kau akan meninggalkanku?" Tanya Fany lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari suaminya.

"Jangan bahas itu, Fan. Dia tidak mungkin kembali. Dia sudah pergi." Ucap Sean.

"Maksud kamu?" Tanya Fany lagi.

"Dia sudah meninggal." Jawab Sean. Meskipun ia sendiri tidak melihat jasad Arinka tapi begitulah yang ia dengar dari sepupu Arinka. Ia menceritakan pada Sean bahwa Arinka meninggal saat melahirkan secara prematur bayi yang ia kandung, hasil dari buah cintanya bersama Sean.

"Sean. Maafkan aku. Aku tidak tahu tentang itu." Ucap Fany.

"Tidak apa-apa." Jawab Sean kemudian melepaskan pelukan mereka dan menangkup pipi Fany dengan kedua tangannya.

"Sebaiknya kita cepat mandi dan pergi untuk makan. Jangan sampai kamu sakit karena terlambat makan." Ucap Sean. Fany menganggukkan kepalanya kemudian ia berdiri dibantu oleh Sean menuju ke shower dan mandi bersama. Tentu saja bukan hanya mandi biasa, Sean bahkan mencuri ciuman Fany di sela-sela kegiatan mereka membuat bibir Fany nyaris membengkak karenanya.

......

"Lihat, gara-gara kelakuan kamu nih!" Omel Fany sambil menunjuk bibirnya yang terlihat lebih tebal dari biasanya, membuat Sean terkikik geli melihatnya. Sean baru saja selesai menyiapkan makanan untuk mereka. Sean merogoh kantong kemejanya dan memberikan sesuatu pada Fany.

"Apa ini?" Tanya Fany melihat butiran pil yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Kontrasepsi." Jawab Sean. "Aku tidak memakai pengaman semalam." Lanjut Sean membuat kedua mata Fany menyipit.

"Sean, apa kamu tidak ingin memiliki anak dari ku?" Tanya Fany dengan nada kecewa. Sean mendekatinya dan duduk di sampingmu sambil merangkul pundak Fany.

"Bukan seperti itu. Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua dulu denganmu. Kita menikah mendadak dan belum sempat merasakan yang namanya berpacaran. Aku masih ingin menikmati kebersamaan kita sebelum nanti sampai tiba saatnya semua perhatianmu akan tertuju pada anak kita." Jawab Sean.

"Sean. Kau cemburu pada anak kecil?" Tanya Fany.

"Siapapun yang terkait denganmu. Aku cemburu." Jawab Sean.

"Tapi, darimana kau mendapatkan pil ini? Apa selama ini kau memberikan ini juga pada wanita - wanita yang telah kau tiduri?" Tanya Fany menyelidik, Sean mendesah pelan.

"Fan, aku tidak pernah tidur dengan wanita - wanita itu selain kamu dan Arinka." Jawab Sean jujur. Jadi memang benar bahwa Fany bukanlah wanita pertama yang tidur dengan Sean. Fany agak merasa iri aja hal itu.

"Sean, apa yang kau rasakan saat tidur dengan Arinka dan aku? Apa Arinka lebih membuatmu merasa puas?" Tanya Fany dengan nada pelan.

"Jangan membahas itu, Fan!" Ujar Sean.

"Jawab saja! Aku tidak akan marah." Ujar Fany.

"Untuk saat ini, aku hanya ingin kamu." Jawab Sean. "Sudahlah, jangan membahas apapun lagi! Sekarang makan makananmu dan minumlah pil nya!" Ujar Sean lagi. Fany mengangguk meskipun dalam hatinya bergemuruh, saat ini Sean hanya ingin bersamanya, tidak tahu sampai kapan dan apa yang akan terjadi pada hubungan mereka nantinya. Yang jelas, ucapan Sean seakan menyebutkan bahwa suatu saat Sean akan memilih wanita lain untuk dirinya.

......

Bersambung....

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!