follow IG Othor @ersa_eysresa
Di usia 30, Aruni dicap "perawan tua" di desanya, karena belum menemukan tambatan hati yang tepat. Terjebak dalam tekanan keluarga, ia akhirnya menerima perjodohan dengan Ahmad, seorang petani berusia 35 tahun.
Namun, harapan pernikahan itu kandas di tengah jalan karena penolakan calon ibu mertua Aruni setelah mengetahui usia Aruni. Dia khawatir akan momongan.
Patah hati, Aruni membuatnya menenangkan diri ke rumah tantenya di Jakarta. Di kereta, takdir mempertemukannya dengan seorang pria asing yang sama sekali tidak dia kenal.
Apakah yang terjadi selanjunya?
Baca kisah ini sampai selesai ya untuk tau perjalanan kisah Aruni menemukan jodohnya.
Checkidot.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Dua hari menjelang acara lamaran, suasana di rumah Pak Burhan dan Bu Aisyah berubah menjadi sangat sibuk namun penuh sukacita. Halaman depan rumah yang biasanya lengang, kini dipenuhi hiruk-pikuk persiapan. Sebuah tenda kecil berwarna putih bersih mulai didirikan, tiang-tiangnya kokoh menopang atap yang akan melindungi tamu dari teriknya matahari atau kemungkinan hujan.
Aruni dan Tante Dina melihat dari jauh Pak Burhan yang sedang mengawasi , sesekali memberi arahan kepada penata tenda memastikan tidak ada detail yang terlewat. Mereka berdua sibuk membersihkan area taman, sementara Bu Aisyah di dapur sudah memulai persiapan bahan-bahan untuk hidangan yang akan disajikan walau tidak semua, karena mereka akan menggunakan jasa katering.
"Aruni, tendanya sudah pas belum posisinya?" tanya Pal Burhan, menunjuk ke arah tenda yang mulai tegak berdiri.
"Sudah, ayah. Sepertinya cukup untuk menampung tamu nanti," jawab Aruni, mengamati hasil kerja pekerja tenda. "Aku sudah konfirmasi lagi ke Rico. Ternyata keluarga besarnya yang akan ikut melamar ada sepuluh keluarga, dan setiap keluarga membawa mobil masing-masing."
Mendengar itu, Tante Dina yang sedang menyuapi Rubby sedikit terkejut. "Sepuluh keluarga? Wah, banyak juga ya, Run."
Aruni mengangguk setuju. "Aku rasa sudah cukup satu tenda ini tante, jangan terlalu besar, nanti sebagian ada yang masuk di dalam rumah."
Tante Dina mengangguk setuju dengan ucapan Aruni. "Oh ya, Run, Tante ada ide. Bagaimana kalau kita sewa dekorasi lamaran juga? Biar ada spot bagus untuk foto-foto kenang-kenangan. Kan lumayan, buat memori acara spesialmu."
Mata Aruni berbinar. Ia langsung menyukai ide itu. "Wah, itu ide bagus sekali, Tante! Aruni setuju. Biar ada dokumentasinya juga. Bisa jadi kenangan manis nanti."
"Oke kalau begitu, nanti Tante bantu cari vendor dekorasi yang bagus dan tidak terlalu mahal di kota kecamatan," kata Tante Dina, mengeluarkan ponselnya. "Kamu fokus saja dengan persiapan yang lain."
"Terima kasih banyak, Tante!" ucap Aruni tulus.
"Tidak perlu sungkan. "
Kesibukan di rumah Pak Burhan menarik perhatian para tetangga sekitar. Beberapa di antara mereka tampak celingukan dari balik pagar, mencoba mengintip apa yang sedang terjadi. Bisik-bisik mulai terdengar di antara ibu-ibu yang sedang menjemur pakaian, menyiram tanaman dihalaman atau bahkan yang hanya sekedar lewat saja.
"Bu Wati, itu di rumah Pak Burhan kok ramai sekali, ya?mau ada acara apa?" tanya Bu Sumi, tetangga sebelah, kepada Bu Wati.
Bu Wati ikut menoleh ke arah rumah Pak Burhan. "Iya, Bu Sumi. Ada tenda-tenda juga. Kira-kira ada acara apa, ya? Kok kita tidak dapat undangan."
"Betul, Bu Wati. Biasanya kalau ada acara besar, Bu Aisyah pasti minta bantuan ibu-ibu sini untuk masak-masak," timpal Bu Joko yang kebetulan lewat. "Tapi ini sepi-sepi saja dapur Bu Aisyah, Aku melihat Aruni dan adik Bu Aisyah juga datang. Seperti nya ada acara penting, nggak biasanya Dina datang. "
Memang benar, Bu Aisyah sengaja tidak mengundang para tetangga untuk membantu memasak di rumah. Ia ingin acara lamaran putrinya ini berjalan lebih privat, hanya melibatkan keluarga inti dan calon keluarga barunya. Selain itu, Aruni juga menggunakan jasa katering agar tidak terlalu repot, sehingga dapurnya tidak terlalu sibuk. Hanya membuat sedikit kue untuk suguhan.
Di dapur, Bu Aisyah dan Tante Dina yang baru selesai menyuapi Rubby sekarang sedang sibuk membuat kue.
"Mbak, itu tetangga pada ngelihatin terus kayaknya," bisik Tante Dina pada Bu Aisyah. "Mereka pasti penasaran ada acara apa disini. "
Bu Aisyah terkekeh pelan. "Biarin saja, Din. Ini kan acara lamaran, bukan pesta syukuran. Jadi tidak perlu mengundang banyak orang kita undang Pak RT saja nanti. Nanti kalau sudah resepsi pernikahan, baru kita undang semua tetangga."
"Iya juga sih, mbak." sahut Tante Dina. "Lagipula, mbak juga kan nggak mau merepotkan ibu-ibu di sini untuk bantuin masak."
"Betul itu. Kita kan juga sudah dibantu orang-orang pekerja tenda itu untuk pasang tenda. Itu sudah lebih dari cukup nggak usah banyak orang, jadi kayak repot beneran." jawab Bu Aisyah, fokus mencetak kue pastel.
Sementara itu, Aruni dan adiknya sibuk membantu ayah mereka menata kursi-kursi di bawah tenda yang baru. Ia sesekali tersenyum pada tetangga yang kebetulan melintas, meski tidak menjelaskan secara detail tentang acara yang akan berlangsung. Ia ingin menjaga privasi keluarganya, setidaknya sampai hari H lamaran tiba.
Menjelang sore, vendor dekorasi yang disarankan Tante Dina akhirnya tiba juga. Mereka mulai menata area tenda dengan hiasan bunga-bunga segar, kain-kain brokat berwarna pastel, dan sebuah backdrop cantik yang dihiasi inisial A & R. Aruni tak henti-hentinya tersenyum melihat hasil kerja mereka. Benar kata Tante Dina, ini akan menjadi kenangan yang indah.
"Wah, bagus sekali, Tante!" seru Aruni, mengagumi dekorasi yang mulai terbentuk.
"Benarkan, Tante bilang juga apa," kata Tante Dina bangga. "Nanti kalau sudah jadi, pasti lebih cantik lagi. Kamu bisa foto sepuasnya di sini. Bersama keluarga kita dan keluarga Rico.
Malam harinya, setelah semua persiapan fisik selesai, keluarga Pak Burhan berkumpul di ruang tengah. Mereka membahas lagi detail acara, memastikan semuanya berjalan lancar sesuai rencana. Bu Aisyah mengecek ulang daftar masakan, Pak Burhan memeriksa sound system sederhana yang akan digunakan untuk menyambut tamu, sementara Aruni dan Tante Dina menyiapkan detail kecil lainnya.
"Aruni, kamu sudah buka hadiah yang diberikan Rico sebelum kita berangkat?" tanya tante Dina tiba-tiba, teringat tas yang diberikan Rico kepada Arunj.
Aruni tersenyum. "Sudah Tante. isinya baju kebaya berwarna gold, cantik sekali"
“Wah, benarkah. Berarti Mama Rico sudah mempersiapkan semuanya untukmu. "
Aruni mengangguk dengan senyum bahagia.
"Bu, Aku ke rumah Pak RT dulu bu, mau undang pak Rt agar besok datang ke acara lamaran Aruni." pamit Pak Burhan.
"Iya, Pak. Setidaknya Pak RT tau kalau Aruni lamaran besok. " kata Bu Aisyah.
Pak Burhan segera berangkat kerumah Pak Rt bersama Aldo anak keduanya. Sampai di rumah Pak Rt, Orang yang bersangkutan sedang duduk santai di teras rumah.
"Assalamu'alaikum, "
"Waalaikumsalam, Pak Burhan. Ayo silahkan masuk."
Pal Burhan masuk kedalam rumah diikuti Aldo. Mereka duduk berhadapan di ruang tamu.
"Ada apa Pak Burhan, ada yang bisa saya bantu? "
"Saya ingin mengundang bapak besok ke rumah kami untuk menghadiri acara lamaran Aruni. " ujar Pak Burhan.
"Oh, jadi acara lamarannya Aruni... orang-orang disini pada penasaran pak, ada acara apa di rumah Pak Burhan kok sampai pasang tenda. " kata pak RT dengan senyum lebar.
"Iya, Pak. Alhamdulillah."
"Alhamdulillah, kalau begitu saya akan datang besok pak, InshaAllah. "
Pemberitahuan lamaran di rumah Pak RT itupun membuat beberapa orang tau acara apa di rumah Pak burhan dan Bu Aisyah besok.
Dan saat pagi tiba kabar lamaran Aruni mulai menyebar sampai ke desa sebelah. Dan di dengar oleh Bu Yanti.