NovelToon NovelToon
Perfect Love Revenge

Perfect Love Revenge

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Mengubah Takdir
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Sinopsis

Rania, seorang gadis desa yang lembut, harus menanggung getirnya hidup ketika Karmin, suami dari tantenya, berulang kali mencoba merenggut kehormatannya. Belum selesai dari satu penderitaan, nasib kembali mempermainkannya. Karmin yang tenggelam dalam utang menjadikan Rania sebagai pelunasan, menyerahkannya kepada Albert, pemilik sebuah klub malam terkenal karena kelamnya.

Di tempat itu, Rania dipaksa menerima kenyataan pahit, ia dijadikan “barang dagangan” untuk memuaskan para pelanggan Albert. Diberi obat hingga tak sadarkan diri, Dania terbangun hanya untuk menemukan bahwa kesuciannya telah hilang di tangan seorang pria asing.

Dalam keputusasaan dan air mata yang terus mengalir, Rania memohon kepada pria itu, satu-satunya orang yang mungkin memberinya harapan, agar mau membawanya pergi dari neraka yang disebut klub malam tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 17

Pagi itu, cahaya matahari yang menembus celah gorden vila terasa lebih lembut, namun tidak bagi ekspresi di wajah Airon. Seperti hari-hari sebelumnya, wajah itu tetap sekeras pahatan batu granit, dingin, angkuh, dan tak tersentuh.

"Selamat pagi, Tuan Airon," sapa Rania dengan suara yang jernih saat ia melihat suaminya menuruni tangga spiral.

"Iya, selamat pagi," sahut Airon pendek. Ekspresinya masih sama, sebuah topeng dingin yang mungkin akan membuat orang lain lari ketakutan, namun Rania sudah mulai terbiasa. Ia belajar menari di antara kedinginan pria itu.

Saat mereka tiba di meja makan, Rania meletakkan secangkir kopi hitam mengepul dengan gerakan yang sangat hati-hati di hadapan Airon. "Tuan mau sarapan? Saya sudah membuat nasi goreng kornet. Pasti Tuan suka," tawarnya dengan binar harapan di matanya.

"Tidak," tolak Airon tanpa ragu.

"Tapi ini nasi goreng kornet kesukaan banyak orang, Tuan..."

"Saya tidak suka kornet," potong Airon cepat, suaranya datar namun tegas.

Rania sedikit menghela napas, rasa kecewa sempat melintas namun ia segera menyembunyikannya dengan senyum tipis. "Kalau begitu, tidak apa-apakan jika saya makan sendiri? Saya merasa tidak enak jika makan sementara Tuan hanya memandangi."

"Makan saja," kata Airon pelan. Ia meraih cangkir kopinya, menyesap aroma kafein yang kuat buatan Rania. Diam-diam, mata cokelat gelapnya melirik ke arah Rania yang mulai menikmati makanannya dengan lahap. Melihat Rania makan dengan penuh syukur membuat Airon tertegun sejenak.

"Tuan mau?" Tawar Rania tiba-tiba saat ia menangkap basah Airon yang sedang menatapnya.

"Tidak," sahut Airon cepat, mengalihkan pandangannya kembali ke kopi, menyembunyikan rasa geli yang sempat muncul di sudut hatinya.

Pukul sepuluh tepat, Airon sudah berada di sebuah hotel mewah untuk memenuhi janji temu.

"Tuan Airon, hari ini kita bertemu Pak Prayoga. Saya harap Tuan tidak membatalkannya lagi. Beliau sudah cukup sabar menunggu jadwal Anda," Ergan mengingatkan saat mereka melangkah menuju ruang VIP.

"Baiklah. Kamu siapkan semua berkasnya," ucap Airon tenang. Kali ini ia memang tak berniat menghindar.

Di sudut lain kota, di dalam vila yang megah namun sunyi, Rania sedang menatap layar televisi dengan pandangan kosong. Kebosanan mulai merayapinya. Di desa dulu, hidupnya begitu dinamis. Pagi-pagi ia sudah turun ke sawah, membantu panen atau menanam padi di bawah terik matahari. Sorenya, ia mengurus rumah dan memasak. Ia terbiasa bekerja keras hingga peluh membasahi keningnya. Kini, terjebak dalam kemewahan tanpa aktivitas berarti membuatnya merasa seperti burung di sangkar emas.

Sementara itu, pertemuan bisnis Airon berjalan lancar.

"Saya kira Pak Airon akan mengundur lagi pertemuan ini," ucap Pak Prayoga sembari menjabat tangan Airon dengan erat.

"Akhir-akhir ini banyak hal tak terduga terjadi, Pak. Saya mohon maaf atas ketidaknyamanannya," ujar Airon dengan sikap profesional yang sempurna.

"Tidak masalah, Pak Airon. Hal tak terduga adalah bumbu dalam bisnis," sahut Pak Prayoga ramah.

Diskusi kontrak baru saja berakhir ketika seorang perempuan muda berambut pendek sebahu dengan gaya sangat modis melangkah masuk. "Daddy!" serunya sembari melambaikan tangan.

Pak Prayoga tersenyum lebar. "Daddy baru saja selesai, Julia. Kamu datang tepat waktu." Beliau kemudian menoleh pada Airon. "Pak Airon, perkenalkan, ini anak saya, Julia."

"Hallo, Julia," ucap gadis itu manis, mengulurkan tangannya dengan percaya diri.

"Airon," balas Airon singkat, menyambut uluran tangan itu dengan jabat tangan formal tanpa binar ketertarikan sama sekali.

Setelah berpamitan, Airon dan Ergan melangkah pergi. Di belakang mereka, Julia menatap punggung Airon dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Itu rekan bisnis Daddy?" tanya Julia.

"Ya, dia pengusaha muda yang sangat hebat," jawab Pak Prayoga.

"Dia tampan dan mapan, Dad. Dan perempuan mana pun tidak akan mungkin menolak laki-laki sepertinya," ujar Julia terus terang. Ia merasakan getaran aneh sejak pandangan pertama. Namun, ia menyadari sesuatu. "Tapi sepertinya dia tidak tertarik padaku, Dad."

"Jangan ambil kesimpulan terlalu cepat. Mana ada laki-laki yang bisa menolak kecantikan putri seorang Prayoga?" Canda ayahnya yang membuat Julia tertawa, meski hatinya sudah mulai merencanakan sesuatu.

Di dalam mobil menuju kantor, Ergan angkat bicara. "Sepertinya anak Pak Prayoga itu sangat tertarik pada Anda, Tuan."

"Aku tidak peduli," sahut Airon acuh tak acuh.

"Sebaiknya begitu, Tuan. Secara pribadi, saya jauh lebih menyukai Nyonya Muda," ucap Ergan terang-terangan menunjukkan dukungannya pada Rania.

Airon menyipitkan mata, menoleh ke arah asistennya. "Kenapa? Apa kamu tertarik pada Rania?" tanyanya dengan nada curiga yang kental.

Ergan tersenyum tenang. "Tentu saja saya tertarik untuk melihatnya bahagia, Tuan. Nyonya Muda adalah wanita yang sangat baik, sopan, dan lembut. Saya lebih suka melihat Anda bersama beliau daripada dengan wanita ambisius lainnya."

Jawaban itu entah mengapa membuat hati Airon mendingin. Ia sempat merasa panas mendengar Ergan memuji istrinya, namun penjelasan Ergan membuktikan bahwa itu adalah rasa hormat, bukan perasaan romantis laki-laki pada perempuan.

Malam harinya, Airon pulang dalam keadaan lelah. Seperti biasa, Rania sudah menunggunya di depan pintu.

"Selamat malam, Tuan," sapa Rania, segera mengambil tas kerja Airon.

"Selamat malam, Nyonya Muda," sahut Ergan yang malam itu bertugas menyetir.

"Selamat malam, Ergan," balas Rania dengan senyum ramah yang tulus.

"Pulanglah. Besok jemput saya jam delapan," perintah Airon pada Ergan. Setelah asistennya itu pamit, Airon melangkah ke kamar diikuti Rania.

"Siapkan air hangat, saya mau mandi," suruh Airon.

Rania segera bergerak ke kamar mandi, memastikan suhu airnya pas. Sambil menunggu, Rania menyiapkan kopi hitam. Sesuai prosedur keamanan yang ia buat sendiri sejak insiden "garam" waktu itu, Rania mencicipi kopinya terlebih dahulu. Trauma dijilatnya kopi di lantai masih menghantui setiap geraknya.

Tok! Tok! Tok!

"Tuan Airon, kopinya sudah saya letakkan di meja..." Teriak Rania dari ambang pintu kamar mandi yang sedikit terbuka. Tak ada jawaban, hanya suara gemericik air. "Jika Tuan butuh sesuatu, saya ada di kamar sebelah."

Sesaat kemudian, suara berat Airon terdengar. "Rania..."

Rania berlari kecil kembali ke kamar Airon. Jantungnya berdegup kencang. Ia selalu merasa was-was setiap kali dipanggil secara mendadak. Apa kopinya kurang manis? Apa suhunya salah? pikirnya cemas.

"Iya, Tuan?" Rania berdiri di depan Airon yang kini sudah mengenakan jubah mandi hitam.

"Kemari," panggil Airon.

Rania mendekat dengan langkah ragu. Ia menelan ludah berkali-kali, wajahnya menunjukkan ketakutan yang nyata.

"Kenapa wajahmu begitu? Kamu takut pada saya?" Airon mengernyit, merasa aneh melihat istrinya seperti sedang menghadapi eksekusi mati.

"Ti....tidak, Tuan..."

Airon menghela napas. "Buka mulutmu."

Rania patuh meski bingung. Airon kemudian memberikan sebuah tablet kecil. "Apa ini, Tuan?"

"Itu vitamin. Makanlah. Saya lihat sariawanmu sudah mulai sembuh, tapi kamu perlu tambahan nutrisi agar tidak gampang sakit," ujar Airon sembari memalingkan wajah, menyembunyikan perhatiannya yang canggung.

Rania terpaku. Rasa lega menyapu seluruh tubuhnya. Ternyata bukan kemarahan, melainkan perhatian. "Terima kasih banyak, Tuan."

"Kembalilah ke kamarmu," kata Airon.

Setelah Rania pergi, Airon duduk di tepi ranjang dan menyesap kopi buatannya. Pikirannya kembali ke masa lalu, saat ia dengan kejam menghukum Rania menjilat kopi di lantai. Ia melihat kembali wajah ketakutan Rania tadi.

Setakut itukah dia pada saya? tanya Airon pada dirinya sendiri.

Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, rasa bersalah yang tajam menyusup ke ulu hatinya. Hati pria yang dikenal berdarah dingin itu kini mulai terusik oleh bayangan ketulusan seorang wanita yang ia sebut istri.

Jangan lupa untuk dukung terus kisah ini dengan klik VOTE/BINTANG, berikan LIKE, dan tinggalkan KOMENTAR kalian di bawah ya! Dukungan kalian adalah semangat buat Author. Salam sayang, Author!

1
Dew666
💎💎💎💎💎
Bintang Nabila
bagus sih ini. kita kayak nonton drama, aku bisa bayangin adengannya. untuk author keren sih
Lingga Ganesa
mantappuuuuuu thorrrrrrr
Ririn Wati
Good novel thor
Syifa Nabila
Keren sih ini
Bestreetg
karya author is the best
Lela Alela
🥳🥳🥳🥳🥳🥳
Delisa
Bagus banget jalan ceritanya kak author
Delisa
Bagus banget jalan ceritanya kak author
partini
ya kalau dah merasa kamu sebagai asisten ya harus menjaga dong ,be smart don't be stupid lah Edgar
masa tangan kanan ga punya rencana 🤦🤦
Ariany Sudjana
apapun yang terjadi Rania, tetap percaya sama Airon, apalagi sudah ada calon pelakor hadir di kantor
Ariany Sudjana
puji Tuhan, hubungan Rania dan Airon sudah lebih baik dan mereka saling mencintai 😄
partini
ko sama Thor
Ariany Sudjana
ini gimana sih penulisnya, bab 21 dan 22, kok sama isinya? hanya sedikit beda di akhir
Ariany Sudjana
semoga Rania tetap sabar yah mendampingi Airon, apalagi sekarang pelakor murahan sudah muncul, pasti akan selalu meneror Riana
Ariany Sudjana
foto itu foto masa kecil Airon dan Rania yah?
partini
ini Casanova patah hati karena wanita weleh 😂😂😂😂
partini
apa Arion Suka lobang sana sini yah 🙄agak lupa TK kira dia frustasi Karnena di tinggal cewenya
partini
pawangnya di temukan kuntinya berdatangan 😂😂😂
Mayya
Best sih menurut aku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!