Aruna hanya memanfaatkan Arjuna Dewangga. Lelaki yang belum pernah menjalin hubungan kekasih dengan siapapun. Lelaki yang terkenal baik di sekolahnya dan menjadi kesayangan guru karena prestasinya. Sementara Arjuna, lelaki yang anti-pacaran memutuskan menerima Aruna karena jantungnya yang meningkat lebih cepat dari biasanya setiap berdekatan dengan gadis tersebut. *** "Mau minta sesuatu boleh?" Lelaki itu kembali menyuapi dan mengangguk singkat. "Mau apa emangnya?" Tatapan mata Arjuna begitu lekat menatap Aruna. Aruna berdehem dan minum sejenak, sebelum menjawab pertanyaan Arjuna. "Mau ciuman, ayo!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 16
Setelah bertarung dengan banyaknya soal-soal, besok merupakan hari libur yang ditunggu-tunggu. Aruna berencana liburan singkat di hari Minggu bersama kedua sahabatnya. Mereka akan menghabiskan waktu pergi ke tempat bermain dan kebun binatang. Ethan yang tidak diajak, langsung melayangkan nada protesnya. Mau tak mau akhirnya lelaki itu ikut, sebagai supir.
"Nah, jadi gue kan nggak perlu capek- capek nyetir!" Karin bersorak senang.
Ethan langsung melirik sinis. "Nggak bisa, gue mau gantian pokoknya. Lagian tempat yang mau kita tuju itu sekitar 2 jam lebih,"
Aruna dan Misel memilih diam, karena keduanya tidak bisa membawa mobil. Membiarkan Karin dan Ethan yang sejak tadi sibuk berdebat.
"Oke, gue yang bawa asal lo duduk di depan. Awas lo, gue capek nyetir malah lo enak-enak tidur!" Misel yang sejak tadi diam, kini melotot pada Ethan.
Karin dan Aruna menahan senyum gelinya. Modus, batin keduanya melirik Ethan penuh arti. Namun, Misel tentu tidak menyadarinya. Gadis itu justru merasa Ethan sedang mencari gara-gara.
"Kok gue sih?! Aruna aja!" Misel menunjuk Aruna yang langsung menggeleng.
"Kan yang sering tidur cuma lo, Sel. Bener kata Ethan, lo duduk depan. Nanti kalau Aruna di depan, terus dia muntah gimana?"
Misel mengangguk pasrah. "Ya udah deh, yang penting besok kita jadi jalan-jalan."
Arjuna menghentikan langkah di antara mereka. Lelaki itu baru selesai dan hendak menjemput Aruna agar pulang bersama.
"Eh, lo ikut mau nggak Jun? Masa gue cowok sendiri?" Ethan langsung mengajak Arjuna, ketiga gadis disana langsung menatap lelaki tersebut--- menunggu jawaban.
"Nggak ganggu kalian bertiga?" Karin langsung cemberut.
"Gue jomblo sendirian! Nggak asik!"
Misel langsung membantahnya. "Lah, gue juga jomblo kok."
"Gue juga," Sahut Ethan ikut-ikutan.
"Yaudah, kalian jadian aja biar nggak jomblo." Sahut Aruna dengan gaya santainya.
Misel langsung menatap Aruna dengan heran. "Emang pacaran boleh bertiga?" Karin mencebik kesal, tidak paham dengan sahabatnya yang tidak pernah peka.
"Boleh dong, satu pacar kandung terus satunya lagi selingkuhan. Asal bukan Arjuna aja yang kaya gitu,"
Arjuna langsung menggenggam jemari Aruna. "Aku nggak akan selingkuh, Runa." Aruna menoleh dan mengangguk.
"Bagus, kamu emang nggak bisa selingkuh. Cewek yang mau jadi selingkuhan kamu---adu jotos dulu sama aku!"
Karin, Misel dan Ethan sepertinya hanya menjadi topping di hidup Aruna. Sok- sokan berkata adu jotos, padahal gadis tersebut tidak tegaan terhadap orang lain.
"Pulang duluan yuk," Ajak Arjuna yang membuat Aruna menurut.
Lelaki itu melajukan motornya membelah ramainya jalan. Arjuna berhenti di salah satu warung nasi padang. Aruna yang meminta ingin makan, gadis itu mengeluh lapar.
"Habis ini mau beli sesuatu nggak?" Arjuna menatap Aruna yang sedang menikmati ayam goreng.
"Mau! Pengen beli donat, tadinya mau bikin tapi males." Arjuna menggangguk. "Tapi, kalau toko kue kita udah jadi--- ya aku bakal rajin buat kue kok."
Lelaki itu mengangguk mendengarkan, tidak mau membuat Aruna terbebani dan berjanji. Toh nanti dia akan mempekerjakan karyawan untuk membantu.
"Besok malam kalau nggak capek, ajarin buat kue ya? Jadi, aku bisa bantu-bantu." Aruna mengangguk antusias.
"Siap bos! Nanti aku ajarin kamu bikin kue pakai resep rahasia, dijamin rasanya enak."
Arjuna tersenyum menatap binar bahagia terpancar dari sepasang manik kekasihnya. "Oh ya, emang resepnya pakai apa?" Aruna mendekat ke telinga Arjuna. Gadis itu menatap sekeliling yang sepi.
"Pakai cinta!"
Cup
Arjuna langsung menegang. Telinganya memerah ketika menerima kecupan sekilas dari Aruna.
"Runa!" Geramnya melotot.
"Apasih, lagian juga sepi. Cie telinganya merah," Ledeknya membuat Arjuna salah tingkah.
"Habiskan makanan kamu!" Titahnya, tidak menanggapi lebih dalam lagi.
Bahaya. Mereka sedang berada di luar, bukan apartemen Aruna. Lelaki itu tidak yakin bisa menahan diri dengan baik, karena sudah merasakan lembut dan manisnya bibir Aruna yang pandai menggoda.
Selesai makan, sesuai permintaan Aruna-- -keduanya menyusuri toko donat. Mata Aruna berbinar cerah melihat topping donat yang begitu lucu.
"Ssst, nanti kalau aku ulang tahun." Juna yang awalnya fokus menatap sekitar, kini menatap Aruna. Membuka telinga dengan lebar dan mendengarkan. "Kamu kasihnya donat dua biji ya, terus di kasih tulisan Hbd sayang. Nah nanti kita makan donatnya berdua di dekat laut sambil lihat sunset."
Arjuna mengangguk, menyimpannya dalam pikiran. "Maaf sayang, aku belum tahu kapan kamu ulang tahun? Untungnya, aku punya pacar yang mau request duluan---daripada marah karena pacarnya lupa." Aruna merasakan pipinya bersemu, malu.
Nah kan, Arjuna itu belum tahu. Sudah Aruna duga, jadi mengurangi resiko perdebatan---lebih baik jujur duluan. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Toh Arjuna belum pernah pacaran, Aruna juga masih ingat dengan misinya---membuat Arjuna menjadi cowok romantis.
"Dua Minggu lagi, tanggal 30."
"Noted. Nih, aku kasih pengingat di ponsel." Arjuna menunjukkan layar ponselnya. "Kamu nggak serius kan tentang minta dua biji donat? Terus mau kadonya apa?"
Aruna melirik sekitar. "Serius, kadonya kan---" Gadis itu mendekat pada telinga kekasihnya. "Dicium sama kamu," Matanya mengedip genit.
Arjuna tertawa pelan. Aruna selalu bersamaan dengan sikap centilnya. Nanti dia akan membelikan kadonya setelah mengantar Aruna pulang. Untuk donat, jelas saja Arjuna tidak memesan dua. Apa Aruna masih berpikir bahwa Arjuna tidak mampu? Bahkan toko donatnya pun mau lelaki itu beli, jika Aruna minta.
***
Keesokan paginya, sesuai rencana bersama--- Ethan datang ke apartemen Aruna. Disana sudah ada Arjuna, Misel dan Karin yang sudah siap berangkat. Akhirnya, Karin meminta Arjuna untuk duduk di depan bersama Ethan. Meski terpaksa, Ethan tetap kalah. Misel sendiri duduk di belakangnya.
"Sayang, sini buka mulutnya!" Pinta Aruna mencondongkan tubuhnya ke depan agar dekat dengan Arjuna.
Lelaki itu membuka mulut dan menerima suapan manis dari Aruna. Ethan melirik dengan sinis, tidak ingin kalah dari pasangan sok romantis tersebut---lelaki itu meminta Misel untuk menyuapinya. Dengan menggerutu dan setengah tidak ikhlas, Misel menyuapi Ethan. Dengan seenaknya, Ethan menjilat jemari Misel yang menyuapinya keripik singkong.
"Enak!" Ucapnya tersenyum manis.
Karin merasa dirinya salah tempat, berada di antara dua orang yang sedang kasmaran. Tapi mau bagaimana lagi, sudah nasibnya begini.
"Ih jorok Ethan! Lo kok jilat jari gue sih!" Misel mendengus kesal dan wajahnya cemberut. Sementara Ethan yang melirik dari kaca spion tertawa kecil.
"Baru juga jari, Sel. Belum yang lainnya, ya nggak Jun?" Arjuna langsung tersedak seketika.
Aruna di belakangnya bersikap santai. Layaknya gadis polos belum mengerti mengenai hal-hal tersebut. Padahal, dia yang lebih pro dibanding Arjuna. Wajah Arjuna memerah seketika, lelaki itu menatap jalanan dan menerima sodoran minum dengan pelan.
"Apasih Than! Kalau lo ngomong yang aneh-aneh, mending turun deh!" Kesal Karin.
"Heh Karin, ini mobil gue. Bukan pakai mobil lo, jadi suka-suka gue."
Perdebatan tersebut mewarnai perjalanan menuju tempat wisata yang mereka kunjungi. Tujuan pertama yaitu kebun binatang. Mereka berkeliling dan memberi makan beberapa hewan. Arjuna dan Ethan hanya menurut dari belakang.
"Cari makan yuk! Gue laper nih," Misel mengeluh dengan keringat di pelipisnya, jemari Ethan bergerak mengusapnya pelan.
"Mau makan apa?" Ethan bertanya dengan pelan.
Karin dan Aruna saling memberi kode dan mesam-mesem menatap kemesraan keduanya yang begitu jarang terlihat. Lebih sering ribut dan adu mulut karena berbeda pendapat.
"Makan yang segar-segar, soto deh!" Sahutnya dengan tubuh lemas.
"Iya, gue juga mau soto." Sahut Aruna menimpali.
Ethan berdecak pelan. "Jauh-jauh kesini perjalanan beberapa jam, yang dimakan sama aja kaya di kantin sekolah. Mending ke sekolah sekalian Sel, sana sama Aruna."
Bosan sekali melihat menu makan Aruna dan Misel sang pecinta soto sejati. Aruna suka soto karena ada daging ayamnya. Gadis itu penyuka ayam. Sementara Misel, suka makan yang sehat-sehat katanya---menurut gadis itu, soto merupakan makanan paling sehat yang ada di kantin.
"Siapa tahu kan rasanya beda, di semua tempat juga mau aku cobain sotonya. Kalau enak, nanti kita balik kesini ya Sel, lo mau kan?"
Misel mengangguk setuju, Karin hanya pasrah saja. Makan apapun asal membuatnya kenyang. Arjuna hanya memperhatikan Aruna dan setia membawakan tas milik gadis tersebut.
"Lo berdua aja nggak bisa bawa mobil, nggak bisa baca maps. Nyasar gue syukurin!"
Karin tertawa, senang melihat interaksi Ethan dengan kedua sahabatnya. "Yah, kan ada Karin. Karin bisa bawa mobil kok, kalau masih nyasar---tinggal telfon pacar gue. Juna kan pinter."
Mentang-mentang punya pacar!
Akhirnya mereka memilih makan soto. Setelah perdebatan sengit yang membuat Ethan mengalah. Arjuna sendiri tidak pemilih makanan, asal Aruna suka--- dirinya juga suka.
Selesai makan, mereka ingin istirahat sejenak sebelum menuju tempat bermain yang ada banyak permainan. Arjuna kali ini gantian menyetir, di sebelahnya ada Aruna yang tertidur pulas.
Sampai di tempat, dirinya melirik teman- temannya yang terlihat tidur sejenak. Sambil menunggu, Arjuna membelikan tiket masuk untuk mereka semua terlebih dahulu. Kembali ke mobil, mereka menunggunya di luar dengan wajah lebih segar.
"Darimana Jun?" Ethan bertanya terlebih dahulu.
Arjuna mengangkat 5 tiket masuk untuk mereka. Mereka berjalan masuk dengan pelan, masih ada sedikit sisa kantuk.
Ketika masuk, melihat banyak wahana permainan yang menyenangkan, wajah Aruna berbinar senang seketika. Gadis itu mengayunkan tangannya yang menggandeng jemari Arjuna. Lelaki itu menoleh, melihat wajah antusias dan bahagia Aruna.
"Ayo naik rollercoaster!" Ajak Aruna semangat.
Misel yang penakut memilih tidak ikut dan duduk di bawah. Gadis itu menatap keempat temannya yang tampak bahagia menikmati permainan.
"HUH SERUU BANGETT!" Karin berkata dengan keras setelah permainan selesai.
Misel tersenyum melihat teman-temannya begitu senang. Mereka melanjutkan langkahnya, bersiap menaiki kereta yang duduknya berdua. Ethan duduk di tengah sendirian, di belakangnya ada Misel dan Karin. Kereta tersebut meluncur memasuki lorong-lorong dan melewati pemandangan yang bagus.
Mereka menghabiskan waktu hingga malam hari. Tidak seperti rencana mereka, dimana malam hari sudah sampai di rumah.
"Nginep hotel aja deh, bahaya bawa mobil pas ngantuk."
Usul Ethan yang membuat Aruna mengangguk. Tidak tega membiarkan Arjuna yang tampaknya kelelahan juga.
"Di depan ada pasar oleh-oleh, kayaknya mau beli baju-baju disitu dulu deh buat ganti. Nanti lurus terus, ada hotel kok." Karin membacakan maps yang sedang dirinya lihat.
Aruna menguap beberapa kali. Arjuna sampai menutup mulutnya yang sejak tadi terbuka. Lelaki itu mengusap pipi lembut Aruna yang dingin. Dengan gentle, Arjuna melepas jaket miliknya dan dia pakaikan pada Aruna.
Selesai dengan kegiatan yang melelahkan dan menyenangkan, sampai hotel--- mereka serempak bersih-bersih dan tertidur lelap. Rencananya, besok pagi mereka langsung pulang. Arjuna dan Ethan yang menyetir mobil, tentu harus banyak istirahat agar tidak mengantuk.