Seraphina dan Selina adalah gadis kembar dengan penampilan fisik yang sangat berbeda. Selina sangat cantik sehingga siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta dengan kecantikan gadis itu. Namun berbanding terbalik dengan Seraphina Callenora—putri bungsu keluarga Callenora yang disembunyikan dari dunia karena terlahir buruk rupa. Sejak kecil ia hidup di balik bayang-bayang saudari kembarnya, si cantik yang di gadang-gadang akan menjadi pewaris Callenora Group.
Keluarga Callenora dan Altair menjalin kerja sama besar, sebuah perjanjian yang mengharuskan Orion—putra tunggal keluarga Altair menikahi salah satu putri Callenora. Semua orang mengira Selina yang akan menjadi istri Orion. Tapi di hari pertunangan, Orion mengejutkan semua orang—ia memilih Seraphina.
Keputusan itu membuat seluruh elite bisnis gempar. Mereka menganggap Orion gila karena memilih wanita buruk rupa. Apa yang menjadi penyebab Orion memilih Seraphina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secretwriter25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Kemarahan Orion
Suasana kediaman keluarga Callenora tampak sunyi, semua orang tertidur dengan lelap. Tapi Alina masih mondar-mandir dengan gelisah di kamar Seraphina. Berulang kali ia memeriksa ponselnya, namun tak kunjung ada kabar tentang keberadaan Seraphina.
Suara mobil berhenti tepat di depan manshion. Alina mengintip keluar jendela. Orion keluar dari dalam mobil mewah—dan bergegas memasuki manshion dengan terburu-buru. Alina bisa melihat dengan jelas ekspresi wajah emosinya.
“DAMIANN! KELUAR KAU!” Teriak Orion penuh amarah. Pria itu menggedor pintu manshion penuh emosi.
Alina berlari dan bergegas membukakan pintu. “Ada apa, Tuan? Kenapa kau datang tengah malam?” tanya Alina gugup.
“Dimana Damian? Dimana pria brengsek itu?” tanya Orion dingin.
“Tuan Damian sedang tidur,” jawab Alina.
“Panggil dia! CEPAT BANGUNKAN!” teriaknya.
“Ada apa ini? Kenapa kau datang di tengah malam seperti ini? Kau mengganggu kami. Itu tidak sopan, Orion!” Damian menuruni anak tangga, menghampiri Orion.
“Apa terjadi sesuatu, Orion? Kau terlihat sangat panik?” tanya Eveline khawatir.
“kAU!” Orion menarik kerah baju Damian. “Beraninya kau menyakiti Seraphina!” bentaknya kasar.
“Apa-apaan ini! Kenapa kau membentak Papa!” Selina yang baru saja datang mendorong tubuh Orion.
“Kau pasti dalang dibalik semua ini!” Orion menunjuk Selina dengan mata memerah.
“Ada apa ini? Kenapa dengan Sera? Bukannya kamu mengatakan kalau Seraphina sedang beristirahat karena masih lelah setelah ke Paris kemarin?” Eveline menatap suaminya.
“Di mana dia?” suara Orion terasa bergetar di dalam ruangan megah itu.
Damian meneguk pelan. “Siapa?”
“Seraphina—calon istriku sekaligus putrimu yang kau tinggalkan di hutan. Sendirian,” jawab Orion.
“Kamu meninggalkan Sera di hutan?” Tubuh Eveline melemas mendengar ucapan Orion.
“Nyonya…” Beberapa pelayan menangkap tubuh Eveline agar tidak jatuh ke lantai.
Rahang Damian mengeras, otot di pelipisnya bergetar. “Aku melakukannya untuk menghukum dia!”
“Menghukum?” Orion terbahak. “Kau menghukumnya atau memang berniat membunuhnya?”
“Dia putrimu! Darah dagingmu!” tinju Orion mengepal. “Ayah macam apa meninggalkan putrinya sendiri di tempat seperti itu?”
PLAKK!
Suara tamparan menggema dalam ruangan itu—tapi bukan dari Orion, melainkan Eveline yang menampar wajah Damian.
“Dimana putriku?” tanyanya dengan suara dingin.
Damian terperanjat. Dia tidak pernah melihat ekspresi seperti itu yang ditampakkan oleh istrinya.
“A-ku tidak tau…” jawab Damian.
Eveline menarik napas kasar. Air mata mulai membanjiri wajahnya. “Orion… tolong selamatkan putriku…” Eveline menatap Orion sambil memohon.
“Tenanglah nyonya… aku sudah mengamankan Seraphina. Dia baik-baik saja sekarang meskipun nyaris menjadi santapan harimau,” jelas Orion.
“Astaga!” Eveline menghela napas lega. “Bisakah kau mengantar aku menemuinya?” tanya Eveline.
Orion melirik Axel. “Axel… bawa nyonya Eveline ke sana!” perintah Orion.
Axel mengangguk. Ia bergegas menuntun Eveline keluar rumah, menuju ke rumah sakit untuk menemui putrinya.
“Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Tuan Damian?” suara Orion terdengar rendah, namun tajam seperti pisau. “Kau hampir membunuh putrimu sendiri.”
Damian menatapnya, dingin. “Aku hanya menyingkirkan masalah sebelum semuanya terlambat.”
Orion mencengkeram kerah jas Damian, mendorongnya ke dinding. “Masalah?” desisnya. “Kau menyebut putrimu sendiri masalah?”
“Kau tidak tahu siapa dia sebenarnya, Orion. Aku melakukannya karena aku ingin menghukumnya. Aku tidak akan membiarkan keluarga kami dipermalukan karena gadis seperti dia!” jelas Damian.
Pria itu melangkah maju, menatap Orion tajam, matanya dingin, tak berperasaan. “Dia membawa aib ke rumah ini. Ke diriku.” Damian terkekeh kecil.
“Apa menurutmu dia aib hanya karena penampilannya?” Orion semakin terbahak.
“Bukan. Ini bukan tentang penampilannya!” jawab Damian. “Sera… dia sudah tidak lagi suci. Dia tidak perawan,” jelas Damian.
Beberapa pelayan saling bertatapan lalu mulai saling berbisik.
Rasa dingin merayap ke tulang Orion. “Kau meninggalkannya karena itu?”
“Perjanjian keluarga, Orion. Kau ingat, bukan?” bibir Damian mengeras. “Jika ada yang mengotori garis darah kita lewat hubungan sebelum pernikahan, pertunangan batal. Jadi, batalkan pertunangan itu sekarang!” perintah Damian.
“Setelah itu kau bisa langsung menikah dengan Selina. Dia masih suci, aku menjaganya dengan baik.” Damian menatap Selina.
Orion terbahak mendengar ucapan Damian. “Aku sudah bisa menebak apa yang kau inginkan, Tuan Damian,” ujarnya.
“Sera telah membuat pilihannya. Dia mencintai pria itu dan aku akan mengizinkannya membawa Sera,” jelas Damian.
“Pria mana yang kau maksud?” Orion mengernyitkan dahinya.
“Pria yang masuk ke kamar Seraphina malam itu. Jika kau tidak percaya—Selina bisa menunjukkan rekaman cctv-nya padamu,” jawab Damian.
“Aku tak bisa membiarkan aibnya mencemarkan nama keluarga. Aku takkan membiarkan garis keturunanku ternoda. Perjanjian itu sudah batal dan aku akan menikahkan Sera dengan pria yang menidurinya malam itu!” ucap Damian final.
“Beraninya kau membuat keputusan sepihak tanpa mendengar penjelasan dari Sera!” Orion mencekik leher Damian.
Namun, Damian berhasil menepis tangan Orion dengan kasar. “Aku tahu cukup banyak! Sejak malam pesta topeng itu, dia membawa pria bertopeng masuk ke dal—”
“Cukup!” Orion membentak, hingga Damian terdiam. “Kau bahkan tidak tahu apa yang terjadi malam itu.”
Ia menatap Damian dengan tajam, “Kalau bukan karena aku, putrimu mungkin sudah mati di hutan itu. Dia menggigil, tubuhnya penuh luka. Dan kau di sini, menyebutnya kotor?”
Damian terdiam.
Orion menarik napas panjang, lalu menatap ke arah pintu kamar Selina yang sejak tadi hanya menonton.
“Mulai detik ini, aku tidak akan biarkan siapa pun menyentuhnya lagi—termasuk kau. Apalagi kau, Jalang!” Orion menunjuk Selina.
“Kami punya buktinya, Orion! Sera sudah menjajakan tubuhnya ke banyak pria. Dia tak pantas bersanding bersamamu,” ucap Selina.
“Lalu? Siapa yang menurutmu pantas denganku? Kau?” Orion tertawa mengejek. Ia melangkah mendekati Selina lalu berbisik di telinganya. “Aku tidak suka sampah sepertimu!”
“Jangan ikut campur urusan keluarga kami, Orion,” ucap Damian dingin.
Orion menatapnya sekali lagi dengan tatapan tajam dan menusuk. “Sejak aku menyematkan cincin di jari manis Sera—semua urusannya menjadi urusanku!” tegas Orion.
“Aku tidak akan membiarkan kekasihku berurusan dengan sampah-sampah keparat seperti kalian!”
🍁🍁🍁
Bersambung…