Aira memergoki suaminya selingkuh dengan alasan yang membuat Aira sesak.
Irwan, suaminya selingkuh hanya karena bosan dan tidak mau mempunyai istri gendut sepertinya.
akankah Aira bertahan bersama Irwan atau bangkit dan membalas semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazilla Shanum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membanggakan Selingkuhan
Irwan yang masih mengerjakan pekerjaannya tidak terasa waktu sudah sore dan waktunya jam pulang.
Tok ... tok ... tok! pintu ruangan Irwan diketuk dari luar oleh Lisa.
"Masuk!" sahut Irwan.
"Mas, kamu lupa janji kamu sama ibu kamu?" tanya Lisa.
Irwan melihat jam yang melingkar ditangannya. "Iya, Sayang. Untung aja kamu ingetin, kamu tunggu di depan sebentar ya, aku selesaikan satu pekerjaan lagi."
"Baik, Mas," jawab Lisa sambil menutup pintu.
"Cepet banget kayaknya waktu bergulir, kayaknya baru tadi aku bekerja. Sekarang udah sore aja," gumam Irwan.
Ia mempercepat gerakan jari-jari tangannya agar bisa menyelesaikan satu pekerjaan lagi. Setelah beberapa menit, akhirnya selesai juga. Irwan segera merapikan mejanya.
Ia pergi ke kamar mandi sebentar untuk memperbaiki penampilannya, tak lupa menyemprotkan sedikit parfum dibajunya agar tercium wangi.
Irwan pun siap untuk pulang, ia menenteng tas kerjanya keluar dari ruangannya, ia tidak mau membuat Lisa menunggunya terlalu lama. Bisa-bisa Lisa marah padanya.
"Ayok, Sayang!" ajak Irwan.
Lisa pun segera bangkit dari duduknya, dan berjalan dibelakang Irwan. Walaupun kabar mengenai kedekatan mereka sudah tersebar, tetap saja Lisa tidak ingin terlalu menampakan pada semua karyawan secara terang-terangan jika ia yang genit. Keduanya pun masuk kedalam lift.
"Mas, apa aku udah cantik?" tanya Lisa.
Irwan menoleh, memperhatikan selingkuhannya itu dari atas sampai bawah. "Aku bahkan bingung, kamu kapan jeleknya. Emangnya kayaknya nggak pernah deh.
"Ah, kamu bisa aja Mas. Dasar gombal!" jawab Lisa dengan senyum manja. Siapa yang tidak senang dipuji cantik oleh bosnya yang kaya.
Tring! Pintu lift terbuka.
Keduanya kembali bersikap formal, melangkahkan kakinya dengan cepat hingga akhirnya sampai juga diparkiran.
Irwan dan juga Lisa langsung masuk kedalam mobil, dan mobil pun langsung melaju meninggalkan kantor Alexander Group.
"Enak banget ya jadi Pak Irwan, bisa seenaknya datang dan pulang tanpa ada yang berani menegurnya. Pasti udah mau ke hotel lagi tuh sama si Lisa," ucap salah satu karyawan yang tidak sengaja berpapasan dengan Irwan.
"Suram kayaknya masa depan nih kantor kalau terus-terusan berada di tangan Pak Irwan, nggak ada kemajuan juga, iya kan? Masih gini-gini aja, malah sepertinya tertinggal deh sama perusahaan lain," jawab karyawan yang lain.
Hampir satu kantor setiap harinya selalu membicarakan sosok Irwan dan juga Lisa.
Sedangkan orang yang lagi dibicarakan, sedang asik menikmati perjalanannya yang terasa lancar, mungkin karena belum jam pulang kerja.
"Nanti aku harus bersikap gimana sama mama kamu dan juga teman-temannya, Mas?" tanya Lisa.
"Cukup jadi diri kamu sendiri aja, Sayang. Semua orang pasti bakalan suka dengan karakter kamu," jawab Irwan dengan senyum manis.
"Kamu yakin begitu? Kalau nanti malah ada yang nanyain istri kamu gimana?" tanya Lisa lagi.
"Biar aku aja yang jawab, kamu hanya tinggal senyum aja sama mereka," jawab Irwan.
"Baiklah kalau begitu, makasih ya, Mas. Karena kamu udah sangat pengertian sama aku. Aku juga udah nggak sabar untuk segera undang teman mama kamu untuk pernikahan kita," ucap Lisa dengan semangat.
"Iya Sayang, kamu tenang aja hal itu pasti akan segera aku realisasikan. Tinggal nunggu waktu, kamu sabar sedikit, ya," jawab Irwan sambil tersenyum.
"Aku pasti akan selalu sabar untuk menunggu kamu, Mas," ucap Lisa dengan suara manja.
Irwan kembali fokus melihat ke arah jalanan, hingga akhirnya setelah beberapa menit berlalu, akhirnya mereka sampai juga di rumah Bu Dewi.
Keduanya pun langsung turun dari mobil dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah Bu Dewi yang sudah dipenuhi dengan banyak tamu arisan yang merupakan teman Bu Dewi.
"Akhirnya kalian datang juga," kata Bu Dewi langsung berdiri untuk menyambut mereka berdua.
Lisa tersenyum melihat mamanya Irwan dan segera menyodorkan tangannya untuk mencium tangan Bu Dewi.
"Cantik sekali kekasih kamu ini, Irwan. Mama jadi nggak sabar buat punya mantu cantik begini," ucap Bu Dewi memuji kecantikan Lisa.
"Tante bisa aja, malah menurutku Tante jauh lebih cantik," jawab Lisa yang mencoba mencari perhatian calon mertuanya.
"Jangan Tante dong manggilnya, Mama aja Sayang. Ayo gabung sama teman arisan Mama, bentar lagi mereka juga udah mau pulang," ucap Bu Dewi.
"Maaf ya, Ma. Aku sama Lisa terlambat datangnya," ucap Irwan.
"Iya Irwan nggak apa-apa kok, Mama ngerti kalo kamu itu sangat sibuk. Jadi, Mama juga nggak mungkin maksa kamu datang tepat waktu. Kamu duduklah disana, bisa minum dulu. Mama mau bawa Lisa dulu biar bisa kenalan sama teman-teman Mama," jawab Bu Dewi yang tak sabar ingin segera mengenalkan Lisa pada teman-temannya.
"Yaudah sana, Ma," sahut Irwan.
Bu Dewi dan Lisa pun melangkahkan kakinya untuk bergabung dengan para ibu-ibu arisan itu.
"Pinter juga Irwan cari selingkuhan ya, Bu Dewi," ucap Bu Mira.
"Eh, kok malah selingkuhan sih. Dia ini bentar lagi akan jadi calon mantu. Gimana cantik kan? Namanya Lisa, sekretarisnya Irwan di kantor. Ya gimana lagi, mantu saya yang dulu udah nggak bisa dipertahankan lagi. Banyak sekali masalah rumah tangga sama Irwan. Jadi sebagai ibu, saya kan hanya mendukung aja apa yang terbaik untuk anak saya," jawab Bu Dewi panjang lebar.
"Nggak rugi sih Irwan kalau dapat gantinya kayak si Lisa. Dia udah kayak model aja, cantik dan juga seksi. Pantas kalo Irwan juga langsung cepet kepincutnya," sahut Bu Nira.
"Irwan itu tipe cowok yang setia lho, jika bukan istrinya itu yang selingkuh lebih dulu. Nggak mungkin Irwan sampai cari wanita lain. Udah ngurus perceraian kok, masih proses aja. Makannya bentar lagi tinggal urus pernikahan mereka. Kalian harus pada datang ya ke acara pernikahan Irwan nantinya," jawab Bu Dewi dengan yakin akan menikahkan Irwan dengan Lisa.
Lisa yang mendengar hal itu hanya bisa senyum-senyum saja.
"Pasti dong Bu Dewi, mana mungkin kita nggak datang. Tapi, emang acaranya disini? Nggak mau dihotel bintang lima Bu Dewi? Punya anak yang udah sukses tinggal bikin aja acara di hotel Bu Dewi," ucap Bu Nira yang memanasi Bu Dewi.
"Saya lebih ingin acara disini aja Bu Nira. Ya bukannya gimana, karena halaman kan juga luas, lebih nyaman aja tempatnya. Tapi, konsepnya nggak akan jauh beda kok dari hotel," jawab Bu Dewi.
Kepala Lisa semakin besar setelah mendengar ucapan Bu Dewi.
Mereka terus mengobrol, dan Bu Dewi tak hentinya membanggakan Irwan dan juga Lisa. Hingga akhirnya teman-teman Bu Dewi pun pamit pulang.
"Ayo kita makan dulu, gara-gara keasikan ngobrol sama temen, Mama sampai lupa buat ngajakin kamu makan, Nak," ucap Bu Dewi pada Lisa.
"Iya nggak apa-apa, Ma. Aku juga seneng kok ngobrol sama temen Mama, semuanya asik. Seru ya Ma kalau sering ngumpul gitu," jawab Lisa.
"Iya bener. Kamu emang paling mengerti Mama deh."
Mereka bertiga pun pindah ke meja makan, Lisa segera berdiri untuk melayani Irwan.
"Kamu mau makan sama apa, Mas?" tanya Lisa yang sudah berlagak menjadi seorang istri agar lampu hijau dari Bu Dewi semakin terang.
Irwan pun segera menunjuk beberapa menu, dan Lisa juga langsung mengambilkan ke piring Irwan.
"Benar-benar istri idaman banget ya, Irwan. Pokoknya kamu nggak boleh menunda waktu lagi, kalian harus segera menikah dan Mama ingin pernikahan kamu dan juga Lisa sangat mewah," ucap Bu Dewi.
"Ma, kita makan aja dulu. Jangan dulu bicara saat makan," jawab Irwan.
"Iya iya baiklah. Mama kan hanya nggak ingin sampai kamu kehilangan Lisa, dia udah spek bidadari banget buat ada disamping kamu. Pasti Aira juga nggak masalah kalau kamu menikahinya. Dia kan bodoh, dan juga cinta mati sama kamu," sahut Bu Dewi.
Lisa juga akhirnya tak banyak bicara dan ikut makan. Hingga akhirnya mereka pun selesai makan dan pindah ke ruang keluarga.
"Kamu mau langsung pulang?" tanya Bu Dewi pada Irwan.
"Iyalah Ma, ini udah malam. Aku masih harus nganterin Lisa ke apartemennya," jawab Irwan.
"Nginep aja deh disini di rumah Mama. Mama belum puas buat bincang-bincang sama Lisa," sahut Bu Dewi.
"Iya Ma, mungkin lain kali aja aku nginep disini. Kasian Mas Irwan udah kelelahan, apalagi pekerjaan kantor emang lagi banyak-banyaknya," kata Lisa yang cosplay menjadi wanita yang sangat pengertian untuk Irwan.
"Baiklah kalau begitu. Mama nggak mungkin bisa mencegah kalian lagi, makasih ya karena kalian udah mau datang ke sini," jawab Bu Dewi.
"Iya, Ma."
Bu Dewi segera mengantarkan mereka berdua ke depan.
Irwan dan juga Lisa masuk ke dalam mobil dan Irwan mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumah Mamanya.
"Mas, malam ini aku nginep dirumah kamu aja gimana? Kata Mama kamu tadi kalau istri kamu bodoh," ucap Lisa. Ia penasaran seperti apa rumah Irwan.
"Jangan dulu, Sayang. Bisa bahaya kalau sampai kepergok sama orang-orang, aku juga ingin jaga image kamu. Tunggulah beberapa bulan lagi, aku akan menceraikan istriku," jawab Irwan.
"Hufftt, lama banget. Gimana coba kalo aku hamil?" tanya Lisa dengan bibir mengerucut.
"Hamil?"