NovelToon NovelToon
Mengandung Benih Mantan Suamiku

Mengandung Benih Mantan Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Cerai / Obsesi / Penyesalan Suami
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nadia_Ava02

Delia Aurelie Gionardo hanya ingin mengakhiri pernikahan kontraknya dengan Devano Alessandro Henderson. Setelah satu tahun penuh sandiwara, ia datang membawa surat cerai untuk memutus semua ikatan.

Namun malam yang seharusnya menjadi perpisahan berubah jadi titik balik. Devano yang biasanya dingin mendadak kehilangan kendali, membuat Delia terjebak dalam situasi yang tak pernah ia bayangkan.

Sejak malam itu, hidup Delia tak lagi sama—benih kebencian, dendam, dan rasa bersalah mulai tumbuh, mengikatnya kembali pada pria yang seharusnya menjadi "mantan" suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia_Ava02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MBMS - Bab 17 Sesal

Dev menghubungi nomor telepon Delia berkali-kali, tapi nomor tersebut tak lagi aktif. Bahkan ia memilih mengabaikan dan mematikan telfon dari Giselle.

"Lebih cepat, Liam!" titah Dev dengan tidak sabar.

"Baik," Liam segera mempercepat laju kendaraannya.

Pikiran Dev kacau saat ini. ia bahkan sudah tidak perduli lagi dengan cacian dan makian pada dirinya, saat ini ia hanya ingin memeluk Delia. Tubuh yang selama ini diam-diam selalu ia rindukan, ingin ia hirup lagi aroma tubuhnya yang menenangkan.

"Del, maafkan aku Delia.." bisiknya nyaris bergetar.

Kini Dev tidak perduli lagi dengan ego ataupun harga dirinya. Itu semua sudah tidak lagi penting, yang terpenting adalah menemui Delia, ia tak bisa seperti ini. Rasa bersalah yang amat besar kini merasuki hatinya.

Bahkan Devano sangat bersyukur karena sang mama mau menamparnya hari ini. Jika tidak mungkin Dev akan selamanya buta terhadap perasaannya sendiri.

Tak lama kemudian, kini mobil mereka telah sampai di depan apartemen Delia, dengan langkah tegas dan cepat, Dev mulai memasuki lift untuk naik ke unit apartemen Delia.

Dev akhirnya berhasil masuk ke unit apartemen Delia. Suasana di dalam sunyi, hanya bau lembut yang dulu pernah menemaninya saat pertama kali ia datang.

"Del…," panggilnya pelan, langkahnya menapak satu-satu.

Ruang tamu kosong. Sofa rapi, meja tanpa gelas atau cangkir teh. Seolah tidak ada kehidupan di sana.

Dev berjalan cepat ke kamar Delia. "Delia?!" suaranya meninggi. Ia membuka pintu kamar, juga kosong. Seprei sudah terlipat, lemari sudah ditutup rapat, tak ada jejak baju yang biasa ia kenal.

Ia lari kecil ke kamar mandi. Menggedor pintu. "Del! Delia!" Pintu terbuka lebar, hanya suara tetesan air dari kran yang tak tertutup sempurna. Tak ada siapa pun di sana.

Dev memegang keningnya. Nafasnya berat. "Ke mana kamu pergi…" desisnya.

Ia berbalik, pandangannya menyapu meja rias di pojok kamar. Ada satu map putih terselip di antara sisir dan parfum yang sudah hampir habis. Dengan tangan gemetar ia menarik map itu.

Begitu dibuka, matanya membeku. Selembar kertas berlogo rumah sakit jatuh ke lantai. Di atasnya tertera nama Delia A. Gionardo, usia kehamilan 16 minggu, catatan dokter kandungan.

Dev membungkuk memungutnya. Tangannya bergetar saat membaca tulisan itu, bibirnya kering, dunia seolah berhenti berputar.

"Ke…hamilan?" suaranya pecah, hanya berupa bisikan.

Ia terduduk di tepi ranjang, kertas itu masih di genggamannya. Semua potongan kenangan, sikap Delia akhir-akhir ini, mual di pagi hari, wajahnya yang pucat, berputar cepat di kepala Dev.

Malam dimana mereka menghabiskan waktu bersama sebelum Dev menandatangani surat perceraian, empat bulan yang lalu. Malam itu, Dev menuntaskan semua hasratnya pada tubuh Delia bahkan berkali-kali. Dan kini Dev yakin, jika anak yang tengah dikandung oleh Delia adalah anaknya.

"Delia… kenapa kamu tidak bilang…" suara Dev hampir tidak terdengar, matanya memerah, dadanya sesak.

Kertas itu kini basah oleh titik-titik air yang jatuh dari wajahnya sendiri.

Dev menatap lekat kertas itu, jari-jarinya mencengkeram sampai hampir merobeknya. Suara napasnya mulai memburu, dada naik turun.

"Apa yang sudah aku lakukan…" suaranya parau, hampir tidak terdengar. Ia menunduk, kertas di tangannya bergetar.

Kepalanya berputar hebat. Semua kata-kata tajam yang pernah ia lontarkan ke Delia, semua tuduhan yang ia percaya, semua dinginnya sikap yang ia tunjukkan, sekarang berbalik menjadi pukulan yang menghantam dirinya sendiri.

Dengan satu gerakan ia melempar kertas itu ke lantai, lalu memukul meja rias dengan kepalan tangan. Brak! bunyinya pecah di ruangan sunyi. Darah merembes dari buku jarinya, tapi Dev bahkan tidak peduli.

"Bodoh!" bentaknya pada diri sendiri. "Bodoh! Kenapa aku tidak percaya padanya!" pukulan kedua menghantam dinding, meninggalkan noda darah kecil.

Ia menunduk, bahunya bergetar. "Delia…" kali ini suaranya seperti anak kecil yang memanggil ibunya. "Maafkan aku… maafkan aku…"

Dev jatuh berlutut di lantai kamar, kedua tangannya menutup wajahnya. Air mata yang selama ini ia tahan luruh begitu saja, jatuh di atas kertas kehamilan yang tadi terlepas dari genggamannya.

Liam yang berdiri di ambang pintu hanya bisa memandang, hatinya ikut mencelos. Untuk pertama kalinya ia melihat Devano Henderson seperti ini pecah, bukan lagi sosok presiden direktur dingin yang selalu tampak tak tergoyahkan.

"Delia… aku janji akan menemukanmu," Dev menggenggam kertas itu lagi, menempelkannya di dadanya sendiri. "Aku akan menemukanmu, dan aku akan memperbaiki semuanya…" desisnya lirih.

***

Di sisi lain, malam sudah turun di kota. Lampu-lampu kota menyala temaram, memantul di kaca jendela apartemen mewah milik Devano.

Giselle duduk bersandar di sofa ruang tengah dengan gaun rumah satin berwarna merah marun. Sejak sore ia sudah di sana, mengatur meja dengan wine dan makanan ringan, bahkan sempat meminta pelayan menata bunga segar di meja makan. Semua ia rancang agar ketika Dev pulang, suasananya sudah 'tepat' untuk mengikat hatinya.

Tapi jam terus bergulir. Jarum pendek sudah melewati angka sepuluh malam, sementara apartemen itu tetap sunyi. Ponsel di tangannya bergetar, nomor Dev. Tapi lagi-lagi hanya 'tidak terhubung.'

"Dasar pria menyebalkan!" desis Giselle sambil mengatupkan bibirnya. Ia meneguk wine yang sejak tadi tak tersentuh.

Ia bangkit, berjalan mondar-mandir sambil menggenggam ponselnya erat-erat. Dalam kepalanya, semua rencana sudah begitu rapi, pagi tadi ia sendiri yang menyusupkan surat perceraian dan kontrak ke rumah keluarga Henderson lewat kurir pribadi, sambil membuat seolah-olah itu dikirim dari Delia. Ia juga yang diam-diam mendatangi Delia, mengancamnya dengan kata-kata yang membuat wanita itu memilih pergi. Semua supaya jalannya untuk bertunangan dan menikah dengan Dev menjadi lapang.

Namun seharian ini Dev justru tak mengangkat teleponnya. Tidak ada pesan. Tidak ada kabar.

"Kenapa jadi begini?" gumamnya. "Aku sudah rapikan semua jalan untukmu, Devano. Harusnya sekarang kamu mencariku, bukan menghilang."

Ia meletakkan ponsel itu keras di meja hingga terdengar bunyi thak!, napasnya mulai tersengal karena kesal. Tangannya kemudian meraih gelas wine dan meneguk habis isinya.

Di wajahnya, senyum manis semu yang tadi ia latih di depan cermin kini memudar, berganti guratan marah. Ia tahu Dev sedang entah di mana, dan itu membuatnya cemas sekaligus takut rencananya berantakan.

"Kalau kau tidak pulang malam ini juga, Devano…" ia berbisik ke dirinya sendiri, "aku tidak akan memaafkanmu!"

1
ArchaBeryl
Semakin seru ne🤭
Dev jangan jadi di paksa Delia nya
di bujuk secara halus dunk🤭
Nadia_Ava02: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
tia
jngn di gantung thor
Nadia_Ava02: /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
tia
ditunggu updatenya lg thor
Nadia_Ava02: terimakasih Kaka.. masih setia membaca..🤗🤗🤗
total 1 replies
ArchaBeryl
Semangat ya Dev
kasih maaf aja Del tapi jangan cepat² balikan lagi ma Dev
hukumnya masih kurang 🤣
Nadia_Ava02: astaga../Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
ArchaBeryl
Kenapa mesti bohong Del
Akui aja toh kalian kan sudah bercerai
biar Dev berjuang samapi titik darah penghabisan 🤭
semangat ya Dev awal perjuangan baru di mulai
Nadia_Ava02: biar Dev makin penasaran kak../Joyful//Joyful//Joyful/
total 1 replies
Pixie Quill
Luar Biasa
ArchaBeryl
Lanjut kak
kak sekali² cazy up dunk kak🤭🤭
ArchaBeryl: Makasih kak🤗🤗🤗
total 2 replies
ArchaBeryl
Sehat² ya kakek Arthur
Biar bisa lihat cicit nya
ArchaBeryl: pasti kak 🤗
total 2 replies
tia
nikmatii saja penyesalan u Dev
Nadia_Ava02: nikmati sambil minum kopi lebih enak itu...🤣🤣🤣
total 1 replies
ArchaBeryl
sabar ya Dev
semua butuh waktu dan perjuangan 🤭🤭
Nadia_Ava02: tetap semangat...💪🏻🤣🤣🤣
total 1 replies
tia
lanjut thor
Nadia_Ava02: Siap Kaka...🥰🥰
total 1 replies
ArchaBeryl
Bagus Del...
Siksa terus Dev dengan penyesalan 🤗🤗🤗
Nadia_Ava02: /Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
total 1 replies
tia
sukurin ,,kalo udah gk ada baru nyesel
Nadia_Ava02: siap Kaka...🥰🥰
total 3 replies
ArchaBeryl
Dasar wanita 🐍😏😏
Makan to rencana mu yg berantakan 😏😏
Ayo Dev Nikmati penyesalan mu yg tak seberapa 😄😄
Nadia_Ava02: /Joyful//Joyful//Joyful/
total 1 replies
ArchaBeryl
Sebentar lagi dev pembalasan baru di mulai🤭🤭🤭
jangan pakai acara nangis Bombay ya Dev 🤣🤣🤣
Nadia_Ava02: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 3 replies
tia
thanks you udah dobel up thor
Nadia_Ava02: sama-sama Kaka.../Kiss/
total 1 replies
tia
dobel up thor
Nadia_Ava02: sudah bisa dibaca Kaka... silahkan...🥰🥰
total 3 replies
tia
kafok dev laki laki pecundang
Nadia_Ava02: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
total 1 replies
ArchaBeryl
Kak Delia nanti di buat pergi aja dari Dev sementara waktu
biar nyesel to Dev
bila perlu ortu Dev tau kalau mereka sudah cerai dan bantu Delia buat sembunyi
soalnya mereka pasti senang kalau tau bakalan punya cicit sama cucu🤭🤭
ArchaBeryl: sama² kaka🤗🤗
total 2 replies
ArchaBeryl
Sedihnya lihat Delia 🥹🥹
tunggu karma buatmu ya Dev 😏😏
Nadia_Ava02: biar tenggelam se'anu-anunya.. /Joyful//Joyful/ehh/Hammer//Hammer//Hammer//Hammer/
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!