Ayah Sambungku K-Pop Idol

Kirana langsung terdiam.

"Euh.... Jika kau tidak mau tidak apa-apa," segera Hyunjin mengklarifikasi.

"Bukan tidak mau, hanya rasanya agak..." diakhiri dengan ucapan yang menggantung.

"Aku hanya sedang merindukanmu, Kiran. Jika aku bisa, aku akan terbang menemuimu sekarang juga. Tapi aku tidak bisa," keluhnya.

"Bolehkah aku berbicara jujur?"

"Ya. Apa yang ingin kau bicarakan?" Seketika Hyunjin resah. Ia merasa salah bicara.

"Sebetulnya, aku tidak berpikir melakukannya denganmu secepat itu. Budaya di Indonesia agak sedikit berbeda."

"Maafkan aku. Jadi kau menyesal dengan apa yang sudah kita lakukan?" ujar Hyunjin sedih.

"Sejujurnya, iya. Sedikit," ungkap Kirana hati-hati.

Hyunjin merasa tak nyaman. Ia sedikit kecewa. "Aku tidak tahu. Maafkan karena telah membuatmu melakukannya."

"Tidak, kau tidak perlu meminta maaf. Aku memang sedikit menyesal. Tapi aku bahagia. Jika kau mau melakukannya lagi, aku akan bahagia melakukannya. Aku hanya tidak terbiasa saja."

"Benarkah tidak apa-apa jika aku menginginkannya?"

Wajah Kirana merona merah. "Ya. Ya, tentu saja," ucap Kiran gugup.

"Syukurlah. Terima kasih kau sudah jujur, kalau begitu aku juga akan jujur. Bolehkah?"

"Ya. Tentu, kau boleh jujur juga."

"Baiklah. Kiran," Hyunjin menghela nafas. "Aku tidak tahu kau merasa seperti itu. Namun, bagiku, memiliki seorang kekasih, salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan biologisku. Dan aku sangat menyukai saat melakukannya denganmu."

Mendengarnya Kirana tersipu.

"Jadi, jika kau tidak keberatan. Bisakah, saat kita tidak bisa bertemu, kita melakukan..." Hyunjin sedikit ragu, "panggilan video yang sedikit...begitu?"

Kirana berpikir, jika ia menolak, ia khawatir Hyunjin malah melampiaskan dengan cara yang lain. Mungkin dengan menonton hal-hal berbau 'dewasa', atau bahkan melakukannya dengan seseorang yang entah siapa.

Fans Hyunjin bukankah sangat banyak? Terbanyak dibanding member Stray Kids yang lain. Pasti ada saja yang mau jika Hyunjin menginginkannya. Bukankah begitu?

"Jika aku menolak, apa kau akan mencari seseorang untuk melakukannya?"

"Tentu saja tidak," sahut Hyunjin tegas. "Aku tidak melakukannya dengan sembarang orang, Kiran. Hanya dengan orang yang aku sukai. Saat aku mencintainya, maka aku ingin melakukannya dengannya. Walaupun aku memiliki banyak kesempatan untuk melakukannya dengan banyak wanita, tapi aku tidak melakukannya. Aku bukan orang seperti itu, Kiran. Aku ingin melakukannya denganmu karena aku mencintaimu."

Rasanya Kirana semakin jatuh cinta setelah penuturan jujur Hyunjin.

"Kau percaya aku?" Hyunjin melihat wajah Kirana lebih cerah dan lega sekarang.

"Baiklah. Aku percaya."

"Syukurlah. Aku senang mendengarnya," ujar Hyunjin. "Jadi bagaimana dengan harimu?"

Kemudian mereka mengobrol santai membicarakan banyak hal. Mencoba semakin saling mengenal. Dan nyatanya, Kirana dan Hyunjin semakin merasa cocok satu sama lain.

Tanpa terasa mereka sudah bervideo call selama kurang lebih dua jam lamanya.

"Kau belum mengantuk?" tanya Kirana.

"Sedikit," ujar Hyunjin. "Kau sudah mengantuk? Di sana sudah..." ia melihat ke arah jam di sudut ponselnya, "pukul sebelas malam."

"Dan di sana sudah pukul satu malam. Harusnya kita sudah tidur," ujar Kirana.

"Iya, sudah waktunya beristirahat. Tapi aku masih belum bisa beristirahat."

"Kenapa?" tanya Kirana dengan polosnya.

"Aku terpikir untuk..." Tiba-tiba Hyunjin membuka kaos yang digunakannya.

Sontak Kirana menutup mulutnya dengan tangan. "Kau sedang apa?"

"Giliranmu," titahnya.

"Apa?!"

Hyunjin bangkit dari duduknya, menyandarkan ponselnya pada sesuatu, menyalakan sebuah musik yang cukup sensual, lalu mundur ke belakang. "Aku harus berlatih tarian ini. Aku ingin kau melihatnya."

"Tapi..."

Hyunjin langsung saja mulai menggerakkan tubuh indahnya yang terpampang di depan Kirana mengikuti alunan musik.

Gerakannya begitu sensual. Dan Kirana tahu, maksud Hyunjin melakukannya adalah bukan untuk latihan, melainkan karena maksud yang lain.