NovelToon NovelToon
Amor

Amor

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Keluarga / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Dark Romance
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Jonjuwi

Asila Ayu Tahara. Perempuan yang tiba-tiba dituduh membunuh keluarganya, kata penyidik ini adalah perbuatan dendam ia sendiri karna sering di kucilkan oleh keluarganya . Apa benar? Ikut Hara mencari tahu siapa sih yang bunuh keluarga nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonjuwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Curiga

Hara kembali ditanyai perkara kematian seorang preman yang sempat cekcok dengannya, tapi kali ini Hakim banyak membantu berbicara bahwa selama keluar dari kantor kemarin ia benar-benar bersama Hara.

Kini ia terduduk di bangku taman menunggu matahari terbit jelasnya, ia menunggu sambil memangku anak kucing.

Hakim, Kala dan Alves memperhatikan Hara dari kejauhan.

“Lo udah ke TKP Kim?” kali ini Kala mengeluarkan suaranya

Hakim mengangguk, Kala merogoh saku jaketnya mengeluarkan sebuat jepit rambut berwarna kuning muda dengan ukiran bintang. Jepit tersebut dibungkus oleh plastik klip juga.

“Gue nemu ini di TKP, gue inget ini punya siapa. Tapi gak gue masukin ke barang bukti gue … takut” lanjut Kala

Hakim menoleh ke arah plastik yang menggantung di hadapannya, dengan gerakan pelan ia meraih benda itu lalu menatapnya lama.

“Kalian ada curiga ke temen nya Hara?” kali ini Alves memulai obrolan

Kala dan Hakim sontak menoleh ke arah Alves yang baru saja memulai bicaranya

“Setelah kejadian ibu hamil, lalu kematian keluarga Hara tuh anak gak pernah muncul lagi di depan kita.” lanjut Alves

“Gue sempet nelpon dia waktu Hara bebas setelah diperiksa terkait pembunuhan keluarganya, tapi gak di angkat.” jawab Kala

“Gue bener-bener tau banget Kim, ini jepitan dia.” lanjut Kala

Hakim merogoh sakunya mengambil handphone dan menunjukkan foto jepit rambut yang sama.

“Anjing, ini jepitan yang sama kan sama yang di TKP rumah Hara itu!” ucap Alves

“Dan ada ini” Hakim menggulir foto berikutnya yang menunjukkan sebuah pemantik

“Kim?” Alves berkata sembari menatap Hakim

“Gue gak mau suudzon, soalnya pas gue kasih tau Hara soal ini dia bilang mungkin jepitan itu milik Kakak nya” jawab Hakim

“Kalo emang yang di rumah itu punya Kakaknya Hara, terus yang di TKP kasus sekarang punya siapa?” tanya Kala

Hakim terdiam lalu kembali menatap Hara yang masih memainkan tubuh kucing.

“Kalian kerja dah sana, gue mau nyamperin Hara dulu” ucap Hakim

Sebelum pergi Hakim mengambil plastik di tangan Kala dan kini Hakim berjalan meninggalkan keduanya untuk menghampiri Hara.

“Hara?”

Hara menoleh ke belakang mendapati Hakim yang dengan senyumnya itu berjalan menghampiri bangku tempatnya duduk.

“Ada mau saya omongin.”

Hara tampak biasa ia membalas tatapan Hakim yang sangat fokus tertuju padanya.

“Kali ini, untuk kebaikan semuanya. Saya mohon kamu jujur.”

Kini Hara tampak mengerutkan alisnya, seolah tak mengerti apa yang Hakim ucapkan.

“Jepit ini. Bukan milik Dita kan?.”

Hakim mengangkat plastik berisi jepit rambut yang lagi-lagi Hara sangat mengenalnya.

Hara tak langsung menjawab ia malah menatap Hakim dengan tatapan penuh kebingungan.

“Hara, saya mohon kerjasamanya,”

Hara menggigit bibir bawahnya, sejujurnya kini tubuhnya sangat kaku, jemarinya juga sedikit bergetar mencari-cari kain yang bisa ia remas.

Hakim menyadarinya ia meraih telapak tangan yang bergetar itu lalu menggenggamnya dengan erat

“Hara? Gak apa, bilang sama saya.”

“Saya tau kamu juga pasti menaruh curiga ke orang tersebut, Hara?” Hakim menatap lamat mata Hara yang bergerak resah

“Dewi pelakunya?” lanjut Hakim

Sontak Hara menoleh ke arah Hakim, dengan tatapan yang sungguh Hakim tak mengerti.

“K-kak”

Hakim hanya berdehem menjawab panggilan tersebut

“K-kak, bukan Dewi kan?”

Buliran air mata yang menggenang di pelupuknya kini tumpah seketika, ia terisak dengan nafas yang terputus-putus, seolah dadanya sakit sekali.

“Saya bakal periksa dia, tapi kali ini handphone nya benar-benar gak bisa dihubungi”

“K-kak, De-dewi gak mungkin kaya gitu.”

Lepas sudah tangisannya kini, Hara menangis sambil menutupi wajah dengan telapak tangannya.

Hakim meraih tubuh itu untuk ia peluk dan mengusap hangat punggung yang bergetar itu.

Sampai matahari itu terbit pelukan itu masih berlangsung, pasalnya Hara benar-benar belum berhenti menangis.

“Kita sarapan dulu ya?”

Hara mengurai pelukan nya dan mengusap wajahnya yang basah.

“Boleh ke rumah orang tua Kakak ngga?”

“Aku aja kok, kalo Kakak sibuk.” lanjutnya sebelum Hakim menyelaknya

“Boleh, ayo kita pulang ke rumah.”

Hara dan Hakim memutuskan untuk sarapan dirumah orang tua Hakim, tak peduli dengan Alves dan Kala yang terus menelpon dirinya untuk mengurus kasus tersebut. Hakim hanya ingin berbicara dengan Hara terlebih dahulu.

Kini mereka tengah menyantap bubur ayam buatan Ibu Hakim, lengkap dengan keberadaan Adik dari Hakim yang baru saja pulang dari tempat bekerjanya.

“Jadi Kak Hara ini temennya Bang Hakim?”

Hara mengangguk kini merasakan kecanggungan lagi karna menemui orang baru di dalam rumah itu.

“Gak apa-apa sayang, Erlang ini baik kok.” ucap Ibu yang mengelus punggung lengan Hara

Hara sedikit mengangkat wajahnya untuk menatap Erlang.

“Setelah makan, mari kita bicara Hara” kali ini Hakim beranjak membawa mangkuk kotornya untuk ia bawa ke wastafel

“Dibiarkan istirahat dulu loh Hara nya” kali ini Ayah menjawab

“Kenapa gak disini aja ngobrolnya Bang.”

“Urusan penting ini, orang luar gak boleh tau” jawab Hakim

Kini benar-benar hanya ada mereka berdua, Hakim memilih untuk berbicara dengan Hara di tengah kebun strawberry milik Ayahnya.

“Kak?”

“Ada yang mau kamu jujurin?” kini Hakim sudah terduduk di sebuah saung yang cukup besar

“Banyak”

“Dari mana kamu bohongin saya?”

“Kak, aku gak ada niat nutupin ini semua. Aku sama kaya Kakak yang masih bimbang sama feelingku sendiri”

Tak ada jawaban dari Hakim, Hara tau pasti bahwa Hakim menunggu penjelasan lengkap darinya.

“Kematian kucing di depan cafe pas pertama kita ketemu, aku sempet liat bercak merah di baju nya Dewi terus aku liat note yang juga warna kuning muda persis dengan note yang ada di beberapa kasus”

“Pas kematian Agri itu aku bener-bener gak curiga sama sekali sama Dewi Kak, karna gak masuk akal.” lanjutnya

“Kamu bilang kamu nunggu diluar saat Dewi ngobrol sama Agri?”

Hara mengangguk

“Aku nunggu diluar dan gak lama Dewi juga keluar tapi gak ada yang aneh Kak.”

“Barulah setelah aku jalan keluar dari sana Agri yang tiba-tiba manggil itu bikin kita nengok lagi ke belakang, dan lehernya penuh darah”

“Kasus ibu hamil coba kamu ceritain ke saya”

“Seperti yang aku bilang di pernyataan kemaren, aku kaget dia marahin aku dan Dewi yang ngalah buat ngasih bangku ke ibu hamil itu”

“Setelah itu? Ada yang aneh?”

Hara sempat terdiam kerut wajahnya seolah sedang mengingat-ingat kejadian saat itu.

“Kita pulang ke pisah, Dewi bilang dia mau nyamperin orang tua nya di sekitaran sana.”

Hakim mengerutkan keningnya

“Bukan nya saat itu kamu bilang orang tua Dewi lagi keluar kota ya? Waktu itu saya mau periksa Dewi lebih lanjut perihal es matcha yang dia pesan, dan waktu kematian Agri dan Ibu hamil itu cuma selang satu… atau dua hari”

Kini Hara yang terdiam ini benar-benar tak masuk akal.

“Kak?”

“Dan waktu kematian keluarga kamu ini paling masuk akal kalo Dewi pelakunya”

“Kenapa Kak?”

“Kalo memang pelakunya bukan Dewi, saat dia berhasil bunuh keluarga kamu dan baju seragamnya penuh dengan darah ia mungkin akan mencari baju ganti di kamar terdekat dari ruang tamu tersebut.”

“Tapi ini kenapa dia harus pergi kebelakang dan ambil baju yang ada di kamar kamu, kaya dia udah tau kalo dibelakang ada kamar, jelas-jelas keluargamu gak pernah nerima tamu siapapun berkunjung selain Dewi.”

Hara benar-benar tak terpikirkan kesana hanya Dewi yang berhasil bertamu ke dalam rumahnya selama ini.

“Masalah preman di minimarket itu gimana Kak?”

“Dewi mata-matai kamu.”

Hara terbelalak lalu menengok kesana dan kemari setelah Hakim berkata demikian.

“Tenang Hara, disini aman.”

"Kak? Maksud Dewi baik, dia mau jagain aku"

"Tapi caranya salah, Hara."

1
Ulla Hullasoh
keluarga yang kejam..... apa hara itu anak tiri?
lin
wah seru nih lanjutkan thorr jangan lupa buat mampir
Ryohei Sasagawa
Thor, ceritanya seru banget! Aku suka banget sama karakternya.
Jonjuwi: Kakaaa makasi banyak, trs dukung aku yaa🥺❤️
total 1 replies
Nadeshiko Gamez
Terperangkap dalam cerita ini.
Jonjuwi: Makasih kaaa udah mampir, dukung aku trs yaa🥺❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!