NovelToon NovelToon
Shadows In Motion

Shadows In Motion

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: KiboyGemoy!

Karya Asli By Kiboy.
Araya—serta kekurangan dan perjuangannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KiboyGemoy!, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 17

Perlahan Araya melangkah masuk ke kamar yang Rifan katakan tadi. Ia terpukau dengan luas dan rapinya kamar tersebut, namun masih terlihat sepi.

Gadis itu melepaskan kopernya, ia perlahan berjalan ke arah jendela yang begitu besar, tertutup tirai. Gadis itu membukanya, sehingga cahaya matahari menyinari wajahnya.

"Rasanya lega dan menenangkan. Rifan ... aku benar-benar berhutang budi padamu," ucapnya dengan senyum di wajah.

Araya berjalan ke arah meja—sepertinya itu meja belajar. Araya membuka laci meja tersebut, dan menemukan sebuah buku dan polpen. Kebetulan sekali, yah.

Araya mulai duduk di kursi, membuka buku yang belum terkena tinta sama sekali. Membuka tutup polpen dan mulai mencetak beberapa huruf di sana.

"Mungkin ini adalah hari di mana aku membuat diary," lirihnya.

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

Sedangkan di sisi lain, Rasti yang puas menangis hingga matanya membengkak berjalan masuk ke kamar milik Araya. Wanita itu berjalan dengan langkah yang berat, seakan hidup pun ia sudah tidak mampu.

Wanita paruh baya itu duduk di pinggiran kasur milik Araya, ia menyentuh bantal Araya dengan lembut kemudian tersenyum lirih.

Wanita itu mulai berdiri, berjalan ke arah meja belajar Araya kemudian membuka laci. Di dalam sana tertulis sebuah permohonan.

PERTEMUKAN AKU DENGAN AYAH.

Rasanya benar-benar sakit, namun Rasti tidak peduli. Ia mengambil kertas kecil itu lalu merobeknya hingga terurai kecil.

Rasti perlahan duduk di bawah lantai, ia meremat bajunya, dadanya terasa sesak sulit untuk dihentikan.

"Irdan ... luka yang kamu berikan masih berbekas sampai sekarang!" teriaknya penuh amarah, ia benar-benar membenci mantan suaminya itu.

Flashback On.

Di sebuah apartemen yang besar, Rasti keluar dari kamar mandi dengan keadaan gundah. Ia berjalan menurni satu persatu anak tangga hingga sampai di rumah tamu di mana Irdan tengah menonton siaran langsung televisi.

Berita tersebut membahasa tentang seorang Ballerina yang begitu terkenal karena cara menarinya yang menarik dan sungguh menawan. Irdan sama sekali tidak pernah memalingkan wajahnya selama menonton.

Dengan penuh ragu gadis itu berjalan mendekat, akhir-akhir ini pun hubungan mereka tidak membaik. Namun, Rasti harus mengatakannya pada Irdan.

Gadis itu duduk di sebelah Irdan. Berdehem.

"Sayang, apa kamu masih marah?" tanya Rasti, ragu.

Irdan menoleh sejenak. "Hmm."

Rasti memegang tangan Irdan dengan lembut, wanita itu menatap Irdan dengan lekat. "Sayang ... apakah kamu menyukai anak kecil?" tanyanya.

Irdan menatapnya dengan alis sebelah naik. "Iya," jawabnya.

Rasti mengembangkan senyum, betapa leganya ia mendengar jawaban Irdan.

"Baguslah kalau begitu, bagaimana pun kamu akan menjadi seorang ayah," ucapnya membuat Irdan reflek mendorongnya menjauh, pemuda itu berdiri dengan tatapan marah.

"Kamu hamil?!"

Wajah Rasti berubah menjadi tegang. "I-iya, kenapa?" jawabnya.

"Rasti apa yang telah kamu lakukan adalah kesalahan besar. Kita berdua belum menikah!" ucap Irdan penuh frustasi.

Rasti berdiri dengan mata memanas. "M-maksud kamu apa, Irdan? Bukankah kita berdua sudah berjanji untuk selalu bersama?"

Irdan mengusap wajahnya kasar. "I-iya, tapi tidak sampai kamu hamil. Aku memang menyukai anak kecil bukan berarti aku ingin memiliki seornag anak."

Bagaikan panah yang tiba-tiba menyerang dan menusuk hati Rasti, dada gadis itu tiba tiba saja terasa nyeri menerima kenyataan dari mulur Irdan.

"I-irdan, sekarang kandungan aku berusia tiga Minggu. Bukankah kamu sayang sama aku?" tanya Rasti ingin memastikan kalau masih ada harapan.

Irdan menjauh dengan kepala yang menggeleng. "Aku tidak kau tahu, Rasti! Kamu tau kan kalau kita menjalin hubungan secara diam-diam?"

Rasti mengangguk dengan cepat. "Iya, Irdan. Bukankah sekarnag waktunya untuk mengakui ku di depan orang-orang?"

Irdan menggigit bibir bawahnya dengan erat, kedua tangannya pun bercakap pinggang. "Rasti, dengar ... aku tidak pernah mengharapkan kehadiran seorang anak dari janinmu, jadi ... gugurkan saja anak itu," ucap Irdan begitu saja.

Makin terpukul, Rasti benar-benar tidak percaya dengan apa yang dia dengar. "Apa kamu gila, hah! Ini anak kaku, Irdan! Sebagai seorang pria seharusnya kamu bertanggungjawab!" teriak Rasti di depan pemuda itu.

"Terserah, sekarang aku ingin memutuskan hubungan dengan mu. Oh, yah, keluar dari apartemen ini!" Irdan menarik pergelangan tangan Rasti dengan kuat dan mendorongnya keluar.

"Irdan, kenapa kamh melalukan hal ini. Bukankah kamu mencintaiku? Katakan pataku bahwa kamu melakukannya!" ucap Rasti meraih tangan Irdan dan menahannya dnegan kuat.

Irdan menghempas tangan Rasti dengan kasar. "Tidak! Aku baru saja membangun usahaku, tidak mungkin akan hancur di depan mata! Anggap saja kita tidak pernah berhubungan, pergilah!"

Brak!

Irdan menutup pintu dengan kuat di depak Rasti, gadis itu pun terus menerus mengetuk pintu apartemen Irdan dan berteriak melampiaskan amarah marahnya.

"Irdan, aku harus bagaimana! Aku tidak memiliki tempat untuk pulang, dan ... hiks! Kamu jahat, Irdan! Kamu manusia ter-anjing di dunia ini?" teriak Rasti dengan tangan yang terus menerus memukul pintu apartemen hingga tangannya memerah.

Dari sekian banyaknya hari yang telah kita lalui ini yang ku dapatkan. Aku bodoh, sangat bodoh sehingga melupakan diri aku sendiri demi lelaki sialan kayak Irdan!

"Aku benar-benar hancur!" teriak Rasti memegang kepalanya yang terasa sakit.

Saat itu Rasti berusaha untuk hidup, mencari pekerjaan di mana-mana, menyiapkan banyak uang untuk persiapan lahiran. Wanita itupun tinggal di sebuah rumah kumuh yang tidak lagi memiliki penghuni.

Saat perutnya semakin membesar, semakin sulit untuk bekerja sehingga ia dipecat. Ia pun semakin bingung dan kacau, hari hari nya hanya menangis, menangis, dan menagis. Ingin menggugurkan kandungannya namun ia merasa tak mampu.

Saat Araya lahir di dunia, banyak orang-orang yang terus menerus mengatainya anak haram. Hingga akhirnya wanita itu membuat surat palsu tentang anaknya sendiri. Membangun kisah sendiri agar anaknya itu berkembang tanpa masalah di suatu hari ini.

Namun, di saat Araya berubur delapak tahun semuanya tiba tiba saja berantakan. Entah siapa yang memberitahu bahwa Ayah Araya adalah seormag dancer sehingga gadis itu ingin menjadi seperti dirinya.

Rasti benar-benar hancur di saat mengetahui bahwa anaknya ingin mengetahui siapa ayah, dan di mana dia, dan bagaimana kabar Ayah! Rasti benar-benar hancur!

Wanita itu selalu dihantui dengan rasa bersalah.

Flashback off.

"Mama takut, sangat takut kalau orang-orang tahu kamu anak haram, Araya. Maafkan, Mama," lirihnya menyesal dengan apa yang dia perbuat sewaktu dulu.

"Mama benar-benar terjerumus dalam masalah cinta buta sehingga Mama lupa pada diri mama sendiri, bukankah itu menyedihkan?" lanjutnya dengan senyum pahit.

"Semoga kamu bisa mendapatkan mimpimu itu, tapi tidak dengan kamu berada di sisi ku karena sampai sekarang trauma Mama masih tersimpan erat. Mama ... melakukan hal itu untuk kamu sendiri."

(⁠╥⁠﹏⁠╥⁠)

1
Alexander
Ceritanya bikin aku terbuai sejak bab pertama sampai bab terakhir!
Kiboy: semoga betah😊
total 1 replies
Mèo con
Terharu, ada momen-momen yang bikin aku ngerasa dekat banget dengan tokoh-tokohnya.
Kiboy: aaa makasih banyakk, semoga seterusnya seperti itu ಥ⁠‿⁠ಥ
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!