NovelToon NovelToon
Nikah Muda Karena Terpaksa

Nikah Muda Karena Terpaksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Orie Tasya

Damian pemuda urakan, badboy, hobi nonton film blue, dan tidak pernah naik kelas. Bahkan saat usianya 19 tahun ia masih duduk di bangku kelas 1 SMA.

Gwen, siswi beasiswa. la murid pindahan yang secara kebetulan mendapatkan beasiswa untuk masuk ke sekolah milik keluarga Damian. Otaknya yang encer membuat di berkesempatan bersekolah di SMA Praja Nusantara. Namun di hari pertamanya dia harus berurusan dengan Damian, sampai ia harus terjebak menjadi tutor untuk si trouble maker Damian.

Tidak sampai di situ, ketika suatu kejadian membuatnya harus berurusan dengan yang namanya pernikahan muda karena Married by accident bersama Damian. Akan tetapi, pernikahan mereka harus ditutupi dari teman-temannya termasuk pihak sekolah atas permintaan Gwen.

Lalu, bagaimana kisah kedua orang yang selalu ribut dan bermusuhan ini tinggal di satu atap yang sama, dan dalam status pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orie Tasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

"Kita jadi nggak nih ke rumah Gwen?" tanya Mika yang sudah bersiap-siap.

"Jadi dong, nih gue udah dapet alamatnya dari tata usaha." Axel berucap bangga, dengan berbagai alasan akhirnya ia bisa mendapatkan alamat di mana Gwen tinggal.

"Hebat juga lo, Xel," sambar Jun.

"Dia bucin parah sama Gwen, ya apapun dilakuin dong buat ayang." Jane menimpali, dan hal itu sukses membuat Axel menunduk malu, tak lain dengan Jun dan Mika yang saling melirik.

"Serius lo, Jane? Gue baru tahu kalau si Axel naksir berat sama Gwen. Berita besar nih. Eh kalau lo berdua jadian PJ, ya." Jun terkekeh.

Jane yang melihat Axel semakin malu, agak sakit hati.

Satu pertanyaannya, kenapa bukan dia yang Axel suka? Kenapa harus Gwen? Mencoba menahan rasa sakit, ia berpura-pura terlihat baik-baik saja dengan ikut-ikutan menggoda Axel.

"Iya nih mesti ditagih PJ, dobel pokoknya. Yuk ah jalan, keburu sore ntar," ajak Jane. Mereka bertiga mengangguk, lalu berjalan keluar kelas, menuju tempat parkir.

Ketika sampai di tempat parkir, keempatnya tak sengaja bertemu dengan anak buah Damian yang hanya bertiga tanpa ketua mereka.

"Eh, itu genknya Damian, bukan? Itu keknya si Jason, Christ, sama Axton, kan?" tunjuk Mika pada ketiganya yang tengah bersandar pada mobil.

"Iya, lah tumben. Biasanya kek teletubies berempat terus. Ke mana tuh ketua genknya. Samperin, yuk?" ajak Jun, yang lengannya langsung ditahan oleh Jane.

"Ngapain nyamperin mereka, lo mau nyari masalah, Jun? Nggak usah napa."

"Ngapain takut sih, orang ketuanya nggak ada, kan cuma nanya. Habis gue penasaran. Gwen nggak masuk, dan si Damian juga nggak kelihatan batang hidungnya. Lo lo pada apa nggak penasaran sama gosip yang menyebar, saat Gwen tercyduk berangkat bareng si Damian."

Ketiganya saling melirik, lalu mengangguk. Gosip itu memang masih memanas di sekolah. Apalagi, Alicia yang menyebar rumor jika dirinya adalah calon istri Damian.

"Bener juga lo, Jun. Noh si Nenek lampir juga nyebar rumor kalau dirinya calon istri Damian, dan udah dilamar sama keluarga Pranata. Bisa-bisa Gwen dituduh jadi pelakor nih. Ya udah yok samperin mereka." Mika berjalan lebih dulu diikuti ketiga temannya yang mengekor di belakang.

Akhirnya keempat orang itu berjalan mendekati genk Damian yang masih asyik mengobrol sembari bersandar pada badan mobil.

"Eh, pada ngapain ini anak kelas dua dari kawanan rakyat jelata ke mari? Hormat nih sama senior," ujar Jason seenaknya yang langsung mendapat geplakan di kepala belakang oleh Christ. Ingatkan mereka jika Christ adalah orang yang paling waras di genk Damian.

"Napa sih lo Christ, pakai mukul kepala gue. Emang mereka anak kelas dua, kan? Kita itu senior mereka. Orang kita harusnya udah kelas tiga."

"Makannya kalau bego jangan dipelihara," sambar Jane. Kalau tidak ada Damian, Jane sedikit berani dengan mereka.

"Wah, wah nih mulut cewek bener-bener ya, beraninya kalau nggak ada Damian." Jason mendelik pada Jane, namun gadis itu justru berkacak pinggang, balik menantangnya.

"Jane udah deh, jangan bikin masalah. Kita ke sini cuma mau nanya, kan?" Jun mencoba melerainya.

"Mau nanya apa emang? Kalau mau nanya pelajaran jangan ke kita-kita, kalau film baru paling fresh tahun ini, dan pemainnya seksi-seksi boleh deh nanya sama gue." Axton berbangga diri dengan menepuk dadanya sendiri.

"Nggak usah, makasih. Jangan racuni otak kita dengan otak lo yang mesum itu. Kita ke sini mau nanya, kok ketua lo yang songong itu nggak kelihatan?" Jane menatap ke sana ke mari, mungkin saja Damian bersembunyi di dalam mobil. Bisa habis dia kalau Damian tahu ia mengatainya.

"Ngapain lo pada nan-"

"Damian izin nggak masuk, lagi sakit," sambar Christ, dengan telapak tangan yang membungkam mulut Jason.

"Eh, si berandalan itu bisa sakit juga ternyata, gue kira nggak bisa sakit," sindir Jane, yang membuat Jason kembali emosi.

Dia melangkah mendekati Jane, dan si empunya justru menantangnya dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Lo pikir Damian dewa dengan banyak nyawa, gue aduin Damian juga lo, biar dihajar tuh mulut lo."

"Ih tukang ngadu."

"Apaan, daripada lo. Beraninya di belakang. Coba kalau ada Damian, mana berani lo."

Axel yang kesal kini berdiri di tengah-tengah antara Jason, dan Jane. "Udah, ngapain lo berdua pada debat. Lo juga Jane, ngapain juga buang-buang waktu untuk hal nggak penting. Sesama orang yang memiliki nama berawalan huruf J itu mesti akur."

"Ogah!" seru keduanya kompak.

Axel menepuk dahinya, lelah dengan pertengkaran mereka berdua. "Udah deh, daripada lo berdua pada debat. Mending kita buruan ke rumah Gwen deh, keburu sore. Soal Damian sama Gwen nggak masuk kompakan, mungkin itu kebetulan aja."

"Tapi gosip kemarin itu gimana?" Jun bertanya lagi.

"Anggap aja cuma gosip, nggak mungkin Gwen ada hubungan sama si Damian, mustahil. Udah yuk ah cabut."

Axel lantas menyeret Jane segera menjauh dari gerombolan Damian, jika tidak mereka akan terus berdebat.

***

Gwen kembali masuk ke dalam kamar Damian, ia melihat jika suaminya itu tengah asyik bermain Hp sembari tiduran di atas ranjang.

"Jangan maen hape mulu deh, ntar kepala lo tambah meledak," ujarnya sembari meletakkan susu hangat di atas nakas, dan semangkok sup daging yang masih mengepul di dalam mangkok.

Damian yang mencium aroma harum dari sup buatan Gwen, langsung menaruh ponselnya dia atas ranjang, dan menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang.

"Delivery lo?" tanyanya.

"Enak aja, ini gue yang masak."

"Masa? Nggak percaya gue, emang lo bisa masak enak apa?" Damian beranjak dari atas ranjang, lalu mengambil mangkok berisi sup daging yang Gwen hidangkan.

"Kalau lo ngehina terus, jangan dimakan." Gwen hampir merebut mangkok berisi sup itu dari tangan Damian, namun secepat kilat Damian menampik tangan Gwen.

"Ini buat gue, kan? Jangan diambil lagi."

"Tapi lo ngehina gue terus, itu emang masakan gue."

"Tapi gue pernah muji lo, kok."

"Kapan?"

Damian tak langsung menjawab, dia memilih mengambil sendok, dan memakan supnya dengan nasi hangat yang ada di piring. Matanya agak melebar ketika lidahnya merasakan rasa nikmat yang luar biasa, ini bahkan lebih enak dari masakan bi Asih di rumahnya.

"Kok lo diem aja, ayo jawab. Kapan lo pernah muji gue."

"Diem dulu napa, gue lagi makan nih."

Gwen memperhatikan ketika suaminya itu makan dengan lahap. Matanya berbinar, ia yakin Damian pasti menyukai masakannya.

"Masakan gue enak ya?"

Damian mengernyitkan dahi, lalu mendongak menatap Gwen. "Eumm... Biasa aja."

Gwen langsung mencebik kesal, dan berusaha merebut mangkok yang ada di pangkuan Damian.

"Apaan sih lo."

"Balikin."

"Nggak mau, orang gue lagi makan. Udah sono pergi," usirnya dengan mengibaskan tangannya menyuruh Gwen menjauh.

"Katanya biasa aja, kok lo makan terus."

"Gue laper, kata orang tuh nggak boleh nyia-nyiain makanan. Ntar rejeki lo seret."

Gwen mengernyitkan dahi sembari membatin, 'Nih otak preman sekolah bisa bener juga ternyata.'

"Apa lo lihat-lihat, gue tahu gue ganteng. Nggak usah dikasih tahu. Gue udah bisa baca pikiran lo."

Baru dipuji dalam hati, tapi narsisnya sudah kambuh lagi. Gwen menggulung majalah yang ada di nakas, lalu ia gunakan untuk memukul kepala Damian.

Bug!

"Aduh, sakit tau. Lo demen banget mukulin gue. Ini kepala gue yang pusing bukannya sembuh malah tambah nyut-nyutan." Damian protes.

"Bodo, tuh obat banyak. Salah sendiri lo jadi cowok narsisnya udah over dosis. Kalau rasanya biasa aja, mending jangan dimakan, pesen aja noh delivery. Duit lo 'kan banyak. Daripada gue sakit hati lo hina terus."

"Siapa yang menghina? Emang rasanya biasa aja kalau gue yang makan sendiri, coba lo suapin apalagi pakai mulut lo tuh pasti rasanya man...."

Bug!

Bug!

Gwen geram dengan segala tingkah Damian, ia memukulinya dengan guling. Si preman sekolah ini tingkahnya semakin manjadi-jadi.

"Mulut lo ya, mau gue jahit?" Gwen mendelik ke arahnya. Namun, Damian justru tertawa kencang.

"Apa lo ketawa gitu, mau gue hajar lagi lo."

"Galaknya istriku."

"Jijik gue, Dam."

Bukannya mereda, tawa itu justru semakin kencang.

Baru kali ini Damian bisa tertawa lepas. Di balik sikap kasarnya, di balik semua kata-katanya yang kurang ajar, dan tingkahnya yang membuat semua guru angkat tangan. Damian sebenarnya orang yang menyenangkan. Dia seperti itu karena kurang perhatian, dan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

"Apa lo malah masih ketawa?"

"Lihat muka lo kalau lagi marah tambah jelek.

Kayaknya kalau bukan gue, nggak ada yang mau jadi pacar lo."

Yang dikatakan Damian memang benar, entah memang dia ini tidak laku atau bagaimana, Gwen memang sudah menyabet jomblo terlama, bahkan seumur hidup. Ia tak pernah pacaran, dan tahu-tahu sekarang malah sudah menikah, di usia sekolah lagi, dan parahnya suaminya berandalan kelas kakap di sekolahnya yang hobi tawuran, membully orang, dan nonton film blue.

"Bodo, penting gue bisa jaga kehormatan gue."

Damian terkekeh lagi, ekspresi Gwen saat ini begitu menggemaskan baginya. Gwen memang tidak terlihat wah dengan dandanannya yang sederhana, namun dia cantik dari cara dia bersikap, dan otaknya yang smart. Lama-lama Damian betah menikah dengan gadis ini, tapi bukan Damian namanya kalau dia tidak gengsian. Dia akan menunjukkan sikap sukanya dengan godaan, yang dianggap Gwen sebagai kejahilan.

Sekali lagi, saat Gwen hampir menjauh dari ranjangnya, Damian kembali mencekal lengan istrinya, dan menghempaskan tubuh di atas ranjang. Damian sendiri mendekat, duduk di belakang istrinya dengan posisi seperti tengah memeluknya.

"Jadi lo masih perawan, ya?"

"Huh, pertanyaan macam apa itu? Ya iyalah, lo pikir gue cewek kek di luar sana. Denger ya, Damian Alexander Pranata. Kehormatan itu nomor satu buat gue. Meskipun gue miskin, tapi gue nggak bakal jual kehormatan gue, ngerti lo."

Damian mengulum senyumnya. ia mendekatkan bibirnya di dekat telinga Gwen. "Jadi, gue dong yang pertama? Kan lo udah gue halalin."

Sumpah ya, sekarang tubuh Gwen merinding disko. Dari ucapan Damian, ia yakin pikiran suaminya sudah ke mana-mana. Ia ingin pergi, namun Damian mencekal lengannya begitu kuat.

"Lepasin!"

"Nggak, gue mau kaya gini. Jangan bilang lo malu. Kenapa sih lo, harusnya lo itu dipeluk cowok paling keren satu sekolahan itu bangga, bukannya mau minggat."

"Keren kepala lo, lepasin gue."

"Nggak mau," ujarnya keras kepala.

"Dam, lepasin nggak? Atau gue...."

Belum sempat Gwen melanjutkan ucapannya, ponselnya berbunyi nyaring, dan kebetulan juga ponsel Damian juga berbunyi.

"Telepon dari siapa?" tanya Damian.

"Dari Dirly, dan lo?"

"Dari Christ."

Gwen langsung mengangkat teleponnya dan....

"Apa? Datang ke rumah!" seru mereka bersamaan.

Gwen menjauhkan ponselnya guna menatap Damian.

"Ada apaan?"

"Temen gue nyari gue ke rumah, Dam."

"Lah sama, tuh tiga bocah nggak ada akhlak juga ke rumah gue nyariin gue. Mampus kita kalau ketahuan."

Gwen tidak bisa berpikir sekarang, bisa gawat kalau teman-temannya tahu jika ia sudah pindah rumah karena menikah dengan Damian.

...***Bersambung***...

1
Lasmin Alif nur sejati
kenapa aku ikut deg degan ya 🤣🤣🤣🤣
Lasmin Alif nur sejati
ceritanya seru thorr, semangat terus nulisnya ya thorr🤭
Ciaaaa: Terima kasih banyak kak, author makin semangat nulis kisahnya🤩
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk yg banyak q ksih bunga lagi deh
kalea rizuky
q ksih bunga biar banyak up ya thor
Ciaaaa: hihii boleh dong, tapi sabar yaa author lagi ada kerjaan nanti di up lagi😊
total 1 replies
kalea rizuky
nah gt jangan mau di injak injak Gwen gue suka cwek. tegas g menye2
Lasmin Alif nur sejati
lanjut thor
Ciaaaa: sabar ya kak, masih mikir kata" yang akan di rilis😄
total 1 replies
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr
Lasmin Alif nur sejati
mau jadi suami bucin nantinya 🤣
Lasmin Alif nur sejati
kasihan sekali si gwen
Lasmin Alif nur sejati
semangat thorr💪
Ciaaaa: Terima kasih kak, silahkan baca bab selanjutnya🙏
total 1 replies
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
jangan mau Gwen cowok bekas
kalea rizuky
dih Damian tukang celup ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!