NovelToon NovelToon
AKU SEHARUSNYA MATI DI BAB INI

AKU SEHARUSNYA MATI DI BAB INI

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Isekai / Menjadi NPC / Masuk ke dalam novel / Kaya Raya
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

ongoing

Tian Wei Li mahasiswi miskin yang terobsesi pada satu hal sederhana: uang dan kebebasan. Hidupnya di dunia nyata cukup keras, penuh kerja paruh waktu dan malam tanpa tidur hingga sebuah kecelakaan membangunkannya di tempat yang mustahil. Ia terbangun sebagai wanita jahat dalam sebuah novel.

Seorang tokoh yang ditakdirkan mati mengenaskan di tangan Kun A Tai, CEO dingin yang menguasai dunia gelap dan dikenal sebagai tiran kejam yang jatuh cinta pada pemeran utama wanita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#10

Wei Li berdiri di depan cermin selama hampir lima menit tanpa ngapa-ngapain. Bukan karena kagum sama pantulan dirinya. Tapi karena otaknya lagi ribut.

Gaun hitam yang dia pakai pas di badan. Terlalu pas buat seseorang yang sebenernya pengen menghilang. Bahunya terbuka sedikit, lehernya terekspos, dan kainnya jatuh lurus tanpa banyak hiasan mahal, sederhana, dan jelas bukan selera Lu Xian Yue yang lama. Wei Li mengangkat tangannya, lalu menjatuhkannya lagi. Ia mengusap lengan kirinya pelan, lalu melipat kedua tangannya di depan perut. Gerakan kecil, refleks. Deg-degan. “Gue keliatan kayak orang yang siap dimakan,” gumamnya.

Pintu kamar terbuka tanpa diketuk. “Tenang,” suara Jae Hyun masuk duluan sebelum orangnya. “Kalau dimakan pun, Nyonya keliatan mahal. Predator mikir dua kali.” Wei Li meliriknya lewat cermin. “Lo selalu nenangin orang pake cara yang aneh.” Jae Hyun berdiri di sampingnya, membenarkan manset jasnya sendiri. “Profesionalisme.” Wei Li menghembuskan napas panjang. “Gue benci acara beginian.”

“saya tahu,” jawab Jae Hyun. “Makanya Tuan Kun maksa.” Wei Li memutar badan, menatap Jae Hyun. “Lo yakin ini ide bagus?” Jae Hyun tidak langsung jawab. Ia memandang Wei Li dari kepala sampai kaki, lalu mengangguk pelan. “Bagus atau nggak, tapi perlu.” Wei Li mendecak. “Gue beneran jadi umpan.”

“Umpan dengan gigi,” balas Jae Hyun. “Dan dipegang sama hiu terbesar di kolam.” Mobil berhenti di depan gedung acara di sebuah hotel mewah di Bund, Shanghai. Lampu-lampu menyala terang, karpet merah terbentang, dan orang-orang berpakaian mahal lalu-lalang seperti dunia ini cuma milik mereka. Begitu pintu mobil dibuka, Wei Li langsung merasakan tatapan. Bukan satu dua tapi banyak.

Ia menegakkan punggungnya secara refleks. Tangannya sempat mengepal, lalu ia paksa untuk rileks. Ia melangkah keluar, hak sepatunya menyentuh marmer dengan bunyi jelas. Jae Hyun berjalan setengah langkah di belakangnya. “Jangan nunduk,” bisiknya pelan. “Kalau anda keliatan ragu, mereka nyium darah.”

Wei Li mendengus pelan. “Santai banget cara lo ngejelasin.” Begitu mereka masuk, suasana langsung berubah. Musik pelan, gelas kristal berdenting, aroma parfum mahal bercampur alkohol. Orang-orang tersenyum, tertawa, bersalaman semuanya tampak ramah, tapi mata mereka tajam. Wei Li melipat tangannya sebentar, lalu menurunkannya lagi. Ia merasa telanjang. “Gue pengen pulang,” gumamnya.

“Belum lima menit,” jawab Jae Hyun. Dan saat itulah Kun A Tai muncul. Bukan dengan cara dramatis. Tidak ada pengumuman. Tidak ada sorotan lampu. Tapi ruangan berubah. Obrolan di sekitar mereka mengecil. Beberapa orang menoleh. Beberapa pura-pura tidak melihat, tapi jelas memperhatikan. Kun A Tai berdiri di samping Wei Li, cukup dekat sampai Wei Li bisa mencium aroma samar alkohol dan kayu dari dirinya. “kau telat,” kata Wei Li tanpa menoleh. Kun A Tai meliriknya. “kau masih di sini.”

“Sayangnya.”

Kun A Tai tersenyum tipis. “Pegang aku.”

Wei Li menoleh cepat. “Apa?”

“Lengan ku,” ulang Kun A Tai, datar. “Atau kau mau berdiri sendirian dan dimakan pelan-pelan?” Wei Li mendecak, tapi tetap menyelipkan tangannya ke lengan Kun A Tai. Sentuhannya hangat. Terlalu nyata. Tubuh Kun A Tai sedikit menegang, lalu rileks. Mereka mulai berjalan. Dan itu seperti parade. Orang-orang menyapa Kun A Tai, mengangguk hormat, tersenyum palsu. Beberapa mata langsung beralih ke Wei Li menilai, menghitung, menebak.

Seorang wanita mendekat. Cantik. Elegan. Senyumannya terlalu sempurna. “Tuan Kun,” katanya manis. “Lama tak bertemu.”

Kun A Tai mengangguk singkat. “Nyonya Wang.”.Wanita itu melirik Wei Li dari ujung rambut sampai ujung sepatu. “Dan ini?” Wei Li bisa merasakan tatapan itu seperti pisau tipis. Kun A Tai menjawab sebelum Wei Li sempat buka mulut. “Pendamping ku.”

Senyum Nyonya Wang sedikit kaku. “Oh? Baru ya?” Wei Li tersenyum kecil. “Baru tampil. Bukan baru ada.” Kalimat itu keluar begitu saja. Bahkan Wei Li sedikit terkejut. Nyonya Wang tertawa kecil, tapi matanya dingin. “Berani juga.”

Wei Li mengangkat bahu. “iya lah aku hidup dari keberanian.” Kun A Tai meliriknya. Sekilas. Tapi Wei Li menangkapnya. Setelah wanita itu pergi, Wei Li menghembuskan napas pelan. Tangannya yang melingkar di lengan Kun A Tai sedikit mengencang. “aku barusan sinis,” gumamnya. “Bagus,” jawab Kun A Tai. “kau mulai keliatan berbahaya.”

Wei Li mengerutkan kening. “Itu pujian?”

“Di dunia ku,” jawab Kun A Tai, “iya.” lanjut nya. Mereka berhenti di dekat meja minuman. Kun A Tai mengambil dua gelas, menyerahkan satu ke Wei Li. Wei Li menerimanya, tapi tidak langsung minum. Tangannya sedikit bergetar, dan ia sadar itu. Ia menaruh gelas itu di meja.

Kun A Tai memperhatikannya. “kau tak perlu minum.”

“ya aku tahu,” jawab Wei Li. “Tapi tangan ku nggak nurut.” Kun A Tai mencondongkan badan sedikit. “Takut?” Wei Li menatap lurus ke depan. “Iya.”

“Bagus,” katanya. “Takut membuat kau hidup.” Wei Li terkekeh pendek. “Lo selalu punya cara aneh buat nenangin orang.”

“Gue nggak nenangin,” jawab Kun A Tai. “Gue jujur.” Tiba-tiba, suara yang sangat tidak asing terdengar. “Kun A Tai.” Wei Li menegang. Tangannya refleks mengepal, lalu ia paksa untuk santai lagi. Shen Yu An berdiri beberapa langkah dari mereka. Senyumnya ramah. Terlalu ramah.

“Udah lama,” lanjut Shen Yu An. Matanya beralih ke Wei Li. “Dan ini… kejutan.” Wei Li bisa merasakan udara berubah. Kun A Tai berdiri lebih tegak. "tidak perlu terlihat akrab,” kata Kun A Tai dingin. “kau bukan teman ku.”

Shen Yu An tertawa kecil. “Santai. aku hanya penasaran.” Tatapan Shen Yu An terkunci ke Wei Li. “kau terlihat beda.” Wei Li menatap balik. Tidak menghindar.

“Orang bisa berubah,” katanya. “Atau kau baru sadar sekarang?” Alis Shen Yu An terangkat sedikit. “Menarik.”

Kun A Tai bergerak setengah langkah ke depan. Posisi protektif. Jelas. “Jauhi dia,” katanya. Shen Yu An tersenyum tipis. “Kenapa? Takut?”

“Bukan,” jawab Kun A Tai. “aku malas untuk membersihkan kekacauan.” Wei Li bisa merasakan detak jantungnya makin cepat. Tapi kali ini, bukan cuma takut. Ada sesuatu yang lain. Adrenalin. Shen Yu An menatap Wei Li sekali lagi, lalu mundur. “Sampai jumpa, Nona Lu.” Saat ia pergi, Wei Li baru sadar bahunya tegang. Ia menghembuskan napas panjang dan mengusap lengannya sendiri.

“huh aku baru saja masuk kandang singa,” gumamnya. Kun A Tai meliriknya. “Dan kau berdiri.”

Wei Li menatap ruangan penuh orang-orang berbahaya itu. Untuk pertama kalinya, ia tidak cuma ingin kabur. “Kalau aku harus hidup di dunia ini,” katanya pelan, “aku tak ingin menjadi korban.” Kun A Tai menatapnya lama. “Hati-hati dengan keinginan itu.”

Wei Li tersenyum miring. “Terlambat.” Lampu-lampu berkilau di atas mereka. Musik terus berjalan. Orang-orang tertawa. Dan di tengah semua itu, Wei Li berdiri masih gemetar, masih takut tapi tidak lagi tak terlihat.

1
Queen AL
nama sudah ke china-chinaan, eh malah keluar bahasa gue. tiba down baca novelnya
@fjr_nfs
/Determined/
@fjr_nfs
/Kiss/
X_AiQ_Softmilky
uhuyy Mangat slalu🤓💪
@fjr_nfs: /Determined/
total 1 replies
Jhulie
semangat kak
@fjr_nfs
jangan lupa tinggalkan like dan komennya yaa ☺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!