NovelToon NovelToon
Pernikahan Paksa Sang Bangsawan

Pernikahan Paksa Sang Bangsawan

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Tamat
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Sabrina Rasmah

Pernikahan Emelia dengan Duke Gideon adalah sebuah transaksi dingin: cara ayah Emelia melunasi hutangnya yang besar kepada Adipati yang kuat dan dingin itu. Emelia, yang awalnya hanya dianggap sebagai jaminan bisu dan Nyonya Adipati yang mengurus rumah tangga, menemukan dunianya terbalik ketika Duke membawanya dalam perjalanan administrasi ke wilayah terpencil.
Di sana, kenyataan pahit menanti. Mereka terseret ke dalam jaringan korupsi, penggelapan pajak, dan rencana pemberontakan yang mengakar kuat. Dalam baku tembak dan intrik politik, Emelia menemukan keberanian yang tersembunyi, dan Duke Gideon dipaksa melihat istrinya bukan lagi sebagai "barang jaminan", melainkan sebagai rekan yang cerdas dan berani.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Sabrina Rasmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

cinta yang hangat

Emelia menatap mata abu-abu Gideon, rona merah di pipinya tidak pernah pudar. Tidak ada lagi paksaan, hanya kesepakatan diam-diam di antara mereka, pemahaman baru yang tumbuh dari bahaya dan kemitraan. Jantungnya berdebar kencang, menanggapi hasrat yang membara di mata suaminya.

Duke Gideon perlahan mendekatkan wajahnya, memberikan Emelia waktu untuk menolak jika dia mau. Tapi Emelia tidak menolak. Sebaliknya, didorong oleh keberanian baru yang dia temukan dalam petualangan mereka dan pengakuan tulus suaminya, Emelia mengambil kendali.

Dengan gerakan cepat dan tak terduga, Emelia mengangkat kepalanya sedikit dari bantal dan menyatukan bibir mereka terlebih dahulu. Ciuman itu singkat, manis, namun penuh dengan janji dan inisiatif.

Duke terkejut sesaat, lalu seringai kemenangan dan kekaguman merekah di bibirnya. Dia menarik diri sedikit, menatap Emelia dengan mata berbinar penuh afeksi dan geli.

"Licik kau, istriku," bisik Duke Gideon, suaranya dipenuhi rasa geli dan kepuasan yang mendalam, sebelum dia menundukkan kepalanya lagi, kali ini untuk ciuman yang lebih dalam dan penuh gairah,

Duke Gideon menundukkan kepalanya lagi untuk ciuman yang lebih dalam dan penuh gairah, sebuah ciuman yang dibalas Emelia dengan antusiasme yang sama besar. Di kamar tidur yang diterangi matahari itu, segala keraguan dan masa lalu sirna, digantikan oleh kehangatan dan hasrat yang tulus.

Saat ciuman itu mereda, Emelia menyandarkan kepalanya di dada Gideon, tepat di area di mana dia terluka akibat insiden dermaga. Dia bisa mendengar detak jantung suaminya yang kuat dan cepat, berpadu dengan detak jantungnya sendiri. Tangannya bergerak lembut, menyusuri kontur otot dada Gideon.

Emelia mendongak, menatap mata suaminya dengan ekspresi polos namun penuh rasa ingin tahu.

"Aku boleh mencium dada mu ini, Gideon?" tanya Emelia, nada suaranya sedikit malu-malu tapi ada keberanian baru di sana, diiringi tawa kecilnya.

Gideon tersenyum lembut, senyum yang mencapai matanya, dipenuhi rasa geli dan afeksi yang melimpah. Dia menyadari betapa jauh mereka telah datang, dari pernikahan tanpa cinta hingga momen keintiman yang penuh tawa dan permintaan yang berani.

"Tentu saja, Duchess," jawab Gideon, suaranya rendah dan penuh izin. "Semuanya milikmu."

Emelia tersipu, lalu dengan lembut menundukkan kepalanya dan mengecup area di sekitar balutan luka Duke. Ciuman itu adalah simbol penyembuhan, baik untuk luka fisik Gideon maupun untuk hati mereka berdua. Di momen itu, di kamar tidur mereka, mereka berdua tahu bahwa petualangan terbesar mereka adalah membangun hidup bersama, satu ciuman, satu sentuhan, dan satu tawa dalam satu waktu.

Emelia mengangkat kepalanya dari dada Gideon, matanya berbinar penuh semangat. Prospek petualangan baru selalu berhasil memicu percikan di matanya.

"Ke hutan? Berkemah?" tanya Emelia, penuh antusiasme.

Gideon mengangguk, senyumnya tetap terpatri di bibirnya. "Ya. Besok aku akan mengajakmu pergi ke hutan di wilayah selatan untuk melatih pasukanku. Kita akan berkemah di sana selama beberapa hari."

"Melatih pasukan? Itu terdengar serius, Gideon," ujar Emelia. "Tapi aku pasti ikut! Aku akan siapkan pakaian berkudaku."

"Bagus," kata Duke, kehangatan memenuhi suaranya. "Ini bukan latihan biasa. Aku ingin kau mengawasi dan memberikan wawasanmu, Nyonya Adipati. Kau sudah membuktikan pandanganmu yang tajam di medan perang mini kita."

Emelia tersipu mendengar pujian itu. Ide menghabiskan beberapa hari di alam terbuka, berdekatan dengan Gideon, jauh dari formalitas kastil, terdengar sangat menarik baginya.

"Aku tidak sabar," bisik Emelia, menyandarkan kepalanya lagi ke dada Gideon.

Duke memeluk Emelia erat, menikmati kedamaian dan kebahagiaan baru yang memenuhi hidupnya. Petualangan berikutnya menanti mereka, dan kali ini, mereka menghadapinya bukan hanya sebagai rekan, tetapi sebagai suami dan istri yang bersatu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!